Bagiku tempat itu neraka pertama yang kupijak. Tak bisa kubayangkan nantinya aku juga akan kembali ke sana.
-Anjennie Claire.*****
Jauh di belahan barat sana, di ujung kota Laurent sebuah jalan menuju perbukitan memiliki rumah sakit jiwa terasing. Diisi oleh sebagian pasien spesial, dengan keluarga berlimpah harta. Jangan berharap bisa masuk ke sini tanpa koneksi uang dan jabatan. Mereka yang tidak memiliki salah satu di antaranya, akan terbuang begitu saja dan menjadi lebih gila lagi karena hal ini.
Suasana ruangan dokter rumah sakit jiwa Claire mendadak mencekam. Kentara siluet perawat cantik berlari dengan nafas terengah. Raut takut berbaur khawatir telah tersirat di sana. Firasat buruk calon pendengar telah mengepung, sebelum ucapan sang suster terdengar.
Dokter Jhoni mendengus frustasi, sesaat mengusap kepala gusar tanpa sadar. Sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Seratus persen keyakinannya hari ini, gadis itu pasti membuat masalah lagi.
"Perawat Mariana baru saja tertusuk pisau."
Seperti dugaannya. Benar, gadis itu lagi. Pelipis sang dokter terus menjadi pelampiasan, alasan membubungnya rasa kesal yang memuncak. Setiap pemeriksaan kamar dilakukan, tak pernah ada benda tajam terlihat. Kamar gadis itu bersih tanpa benda-benda berbahaya, obat-obatan yang diberikan selalu habis tepat waktu. Walau hal itu rutin dilakukan, masih tetap ada perawat yang terluka. Terlebih pada ruangan paling terisolir, dipenuhi CCTV di setiap sudut rumah sakit jiwa Claire.
"Aku akan ke sana sekarang juga. Pastikan kau periksa kembali CCTV-nya!"
Sang suster juga tidak habis pikir atas kecerdikan gadis itu dalam menyembunyikan benda tajam. Bagi perawat di sini memasuki ruangan bertulis Anjennie Claire, harus siap beresiko kehilangan jiwa dan raga. Pasien satu ini sangat berbeda dari pasien lainnya, maka ia sangat bergidik saat berurusan dengan pewaris satu-satunya keluarga Claire. Ia kurang yakin dengan ide dokter Jhoni.
Setengah jam berjalan keluar dari ruangan, setelah memasuki lorong gelap. Jhoni memantapkan mental melangkah menuju pintu paling besar di lorong itu. Jemarinya perlahan mendorong pintu, manik sipit membulat dadakan saat peristiwa naas di depan mengancam jantungnya. Gadis cantik itu tersenyum skeptis sembari menyayat kulit di lengannya sendiri. Kali ini Jhoni menyaksikan langsung dengan mata telanjang.
Sedang respon gadis itu malah menatap Jhoni datar, saat mendengar suara pintu terbuka. "Wah dokter mesum datang!" Jangan lupakan nada suaranya yang terkesan berat tapi terbesit ancaman.
"Nona muda Claire. Dari mana kau mendapatkan pisau itu?"
Jennie mengangkat benda di tangannya tak lupa menghadiahi senyum miring. "Ini?" Kembali menjatuhkan pisau meneruskan pekerjaan yang tertunda. Menyayat lagi bagian tubuh lainnya, seakan memperlihatkan betapa ketagihan akan rasanya. Padahal Anjennie tidak punya riwayat self injury sebelumnya.
Jhoni lupa kalau gadis ini memiliki keluarga berkali-kali lipat lebih berada. Di dalam lemari Jennie tersimpan beberapa cek dan puluhan kartu. Mulai dari yang warnanya hitam sampai pelangi sekalipun. Mungkin saja ia menyogok salah seorang perawat di sini. Harusnya Jhoni tidak perlu berpikir lagi tentang prosesnya.
"Keluarkan aku dari sini, sekarang juga. Atau aku akan mengirimkan video mesummu bersama perawat yang sering kau sentuh di ruanganmu!" Mata Jennie berkilat sembari melontarkan kalimat penuh ancaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE
Mystery / ThrillerJennie itu sempurna. Berkepribadian baik. Juga memiliki otak setara Bill Gates. Sayangnya dibalik senyuman yang biasa gadis itu pancarkan. Tersembunyi sebuah rahasia yang mengerikan. Jika ada yang mengetahuinya, nyawa bisa menjadi taruhan. Namun Vee...