6. Pertemuan.

769 134 28
                                    

Anjennie kau tidak akan lupa pada sahabat masa kecilmu, kan? -Jay William.

*****

Pagi ini, cuaca benar-benar cerah dengan sedikit awan di langit. Langkah dua gadis cantik dengan ciri khas senyum yang berbeda, berjalan melewati koridor kelas. Memasuki sebuah pintu kelas yang kebetulan memang terbuka lebar, seakan pertanda orang-orang di dalamnya memang menyambut mereka dari tadi.

Alice menggandeng lengan Jennie menuju kursi tempat biasanya duduk. Tatapan anak-anak lainnya terpusat pada mereka berdua.

Ekspresi yang berbeda-beda dari masing-masing mereka cukup membingungkan. Benci, iri dan memuja. Hanya para murid laki-laki yang menatapnya memuja. Sisanya para murid perempuan menatap mereka berdua penuh kedengkian. Merasa penasaran, Alice mulai berbisik di rungu Jennie.

"Bisa kau jelaskan? Kenapa mereka menatap kita seperti ini?" Gadis itu mengedarkan pandangan sekeliling kelas untuk memastikan lagi. Tak lupa dengan kerutan kecil di dahi.
Jennie menaikkan kedua bahunya, memperlihatkan respon tak peduli. Dia mencoba mengabaikan Alice dengan mengeluarkan buku dari dalam tasnya.

"Cih. Dasar kutu buku!" dengus Alice kesal.

Jennie malah menutup telinganya dengan earphone bernada musik klasik. Dia tidak akan membiarkan Alice menggangu paginya yang tenang. Dia terus membalik halaman buku fisika dan mengerjakan beberapa soal yang cukup menantang baginya. Sayangnya hal itu hanya berlangsung sementara. Sebuah tangan kekar besar menutup halaman buku Jennie tiba-tiba. Gadis itu langsung mendongak ke atas, memastikan siapa yang berani mengganggu mod-nya pagi ini.
"Selamat pagi cantik," sapa pria itu ramah.

Semua mata menatap ke arah mereka. Jennie sedikit terkejut pada pelaku pengganggu hari ini. Tapi dia berusaha memberikan senyuman ramah sebagai balasan. "Selamat pagi Veean."

Alice kaget saat kedatangan dadakan pria yang berdiri di samping kursi Jennie. Sungguh, baru kali ini dia melihat ada orang setampan ini. Tubuhnya tinggi dengan urat-urat yang menonjol jelas di tangannya. Kulitnya putih kemerahan, memang terlihat bersinar saat matahari menerpa. Belum lagi, mata mongoloid yang indah. Senyum kotak rupawannya menebarkan aura suka cita di kelas.

Nanti Alice pastikan dia akan protes pada Jennie karena tidak menceritakan tentang pria ini. Namun kali ini, Alice terkesiap saat pria itu hanya berjarak kurang dari seperempat meter darinya. Atau hanya berjarak lima sentimeter dari wajah Jennie.

Namun tunggu. Siapa tadi namanya? Apa Alice tidak salah dengar? Namanya Veean? Nama ini terasa sangat familiar. Mengingatkannya pada sesuatu hal. Oh sekarang Alice mengerti. Bukankah ini Veean yang Jennie maksud? Pria ini yang akan Jennie bunuh kemarin.

"Bagaimana? Kau sudah memutuskan waktu dan tempat kita belajar?" Veean menatap Jennie lebih intens, tangan kirinya memegang kursi Jennie sebagai penahan, sedang tangan kanan yang sebelumnya menutup halaman buku. Tangan itu, kini berpindah untuk menopang dagunya. Nafas panjang pria itu cukup menerpa wajah Jennie karena jarak yang terkikis.

Jennie memaparkan senyum miring, dia pasti akan terlihat aneh kalau marah pada Veean saat ini. Tapi jarak pria ini begitu cukup membuatnya jengkel. "Bagaimana kalau saat istirahat?" Setidaknya dia harus cepat menyelesaikan urusan dengan pria ini. Sangat menyebalkan juga berlama-lama saling bertatapan dengannya.

Veean menggeleng dengan wajah sok serius, "Sepertinya tidak bisa, aku mengidap penyakit mag. Tidak boleh terlambat makan." Bibirnya semakin mendekat pada telinga Jennie. Berbisik pelan dengan suara berat miliknya. "Bagaimana kalau sepulang sekolah, di rumahmu. Atau di rumahku?"

"Baik kalau begitu di rumahku!" putus Jennie cepat.

Pria ini pasti berniat menggodanya. Terlalu bertele-tele dengan tema cerita yang berputar-putar. Padahal hanya satu pertanyaan saja. Hingga kedatangan guru membuat Veean kembali ke tempatnya. Sialan sekali pria ini. Rencananya Jennie akan memukul rahang Veean kalau masih berdiri di sini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PSYCHETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang