Ah benar, aku harus tersenyum meski aku tidak merasa bahagia. Aku bahkan harus menangis meskipun tak merasa sedih juga.
-Anjennie Claire.*****
Netra wanita paruh baya mendadak berkaca-kaca, sembari datang memberondong kamar setelah sekian lama. Langkah pelan penuh kehati-hatian beliau lakukan, berharap tak mengusik sang cucu yang tengah tertidur di atas ranjang pasien. Air mata sang nenek mengalir begitu saja, sebab tak dapat dipungkiri kalau ia sangat merindukan cucunya.
Jhoni mengekor dari belakang, diikuti para bodyguard berbadan besar, yang sebelumnya datang bersama nyonya Claire. Enam di antara mereka, ada yang berkepala botak. Selebihnya berambut coklat, putih dan hitam. Sayang, mereka hanya membimbing Jhoni sampai pintu. Pria itu tahu kalau gadis ini, hanya berpura-pura tidur.
Jangan lupakan kalau ini juga salah satu rencana licik Jennie, membunuh orang itu. Sampai saat ini Jhoni belum bisa menerka, apa yang akan dilakukan gadis ini setelah keluar dari sini. Terlebih niat Jennie yang katanya ingin membunuh penjahat keji pembunuh orang tuanya.
"Anjennie, maafkan Nenek ...." Arrabella Claire menyentuh rambut legam Jennie, lalu mengusapnya selembut mungkin. Air mata sang nenek menetes turun, hingga menyusuri roman dewi milik Jennie.
Jennie dapat merasakan kalau kulit wajahnya terasa basah, mungkin sekarang waktu yang tepat untuk berakting. Ia sudah berlatih dari kemarin dibantu Alice.
Sang nenek dapat melihat dengan jelas pergerakan kecil sang cucu, menyadari kalau Jennie mungkin akan bangun sebentar lagi. Hingga wanita itu melangkah mundur karena bingung dengan kalimat yang akan ia lontarkan. Terlebih kesalahan fatal nyonya Claire, memasukkan Jennie ke rumah sakit jiwa dan meninggalkannya tanpa pernah menemui lagi setelah lima tahun.
Manik kucing Jennie membuka perlahan, hening masih meliputi kamar. Meski banyak orang yang memperhatikan dari balik kaca di luar. Sedang Jhoni berada di jarak dua Meter dari posisi nyonya Claire berdiri.
Tangan Jennie bergerak kecil, tubuh yang tadinya tak merespon apapun bergetar tiba-tiba. Selang beberapa menit kemudian padangan merah dengan bibir mengulum ke dalam, bergerak menimbulkan atmosfer kesedihan di sekitar kamar. Dagu itu juga bergetar, mengantarkan rasa bersalah pada afeksi sang nenek.
"Aku merindukan Grandma."
Sang nenek kembali bergerak mendekati sang cucu. Mendengar suara Jennie yang bergetar belum lagi tetesan likuid sang cucu perlahan turun membasahi roman cantiknya. Dekapan kilat ia hadiahi pada Jennie, tanpa sadar melupakan dosa yang sebelumnya ia perbuat pada sang cucu. Rasa rindu lebih mengepung kecamuk hati, hingga mengesampingkan hal lainnya. Menenangkan Jennie saat ini adalah opsi utama. "Grandma lebih merindukan Jennie."
Bahu nyonya Claire basah, oleh tangisan gadis yang sudah berwujud lebih dewasa dari masa terakhir kali ia temui. Mengusap dengan penuh kelembutan mengantarkan kehangatan yang tulus untuk Jennie.
Jennie semakin menenggelamkan kepalanya pada tubuh sang nenek, menyembunyikan wajahnya dari para pengawal yang menjaga dari luar jendela kaca, serta Jhoni yang masih terpaku di tempat.
"Tapi, mengapa meninggalkanku di sini?"
Kalimat itu, pasti akan terurai begitu saja dari lidah sang cucu. Nyonya Claire sudah memperkirakannya semenjak dalam perjalanan ke mari. Tapi tetap saja memberikan efek yang luar biasa pada tubuh wanita tua ini. Jantungnya bergetar lebih kencang, pasokan udara pada paru-paru menipis seketika. Kecamuk anomali itu membuatnya tidak nyaman untuk melanjutkan pembicaraan lagi. Walau demikian, ia tetap tak mengendorkan pelukan sedikitpun.
"Maafkan Grandma."
Raut rasa bersalah yang luar biasa ini, tak memberikan rasa iba sama sekali oleh Jennie. Malahan gadis ini tertawa dalam dekapan sang nenek. Tersenyum licik tatkala isakan yang dibuat-buat sedemikian sedih, padahal nyatanya Jennie tertawa tanpa suara. Aktingnya berhasil kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE
Mystery / ThrillerJennie itu sempurna. Berkepribadian baik. Juga memiliki otak setara Bill Gates. Sayangnya dibalik senyuman yang biasa gadis itu pancarkan. Tersembunyi sebuah rahasia yang mengerikan. Jika ada yang mengetahuinya, nyawa bisa menjadi taruhan. Namun Vee...