PART 3

43 15 1
                                    

Matahari mulai menampakkan dirinya. Di iringi suara burung-burung yang bersiul diantara ranting-ranting pohon.

Seorang gadis tampak masih bergeliat dengan selimut tebalnya. Siapa lagi kalau bukan Jessie, walaupun alarm-nya sudah berdering sejak tadi namun ia masih saja terlelap di alam mimpi.

"Ya ampun nih anak masih ngebo, emang gak kuliah apa?" Gerutu Emilia melihat putri semata wayangnya yang masih terlelap.

"Jes, bangun nak kamu nggak butuh kuliah?" Emilia berusaha membangunkan putrinya dengan menepuk pundaknya.

"Hmmm bentar Ma," Jessie malah semakin menenggelamkan tubuhnya ke dalam  selimut.

Emilia hanya bisa menggelengkan kepalanya, kemudian beliau menyibakkan gorden jendela agar udara segar bisa masuk.

"Jes bangun, jangan sampai telat." Emilia pun meninggalkan kamar Jessie.

"Hoamm emang ini jam berapa sih," sambil mengucek matanya Jessie kemudian menengok ke arah jam. "Tunggu ini kan... OMG sekarang kan jadwalnya si dosen killer. Mati deh gue kalo telat."

Jessie pun bergegas bangun karena masih belum sepenuhnya sadar ia tak sengaja menabrak kursi di depannya dan meringis kesakitan.

"Siapa sih yang naruh kursi disini, eh iya gue sendiri ding."

Dengan kaki yang masih agak ngilu akibat terbentur kursi, Jessie langsung bergegas ke kamar mandi.

"Eh handuk gue lari kemana kok nggak ada hadehhh." Ia menepuk jidatnya lalu membongkar lemari hanya untuk menemukan handuk.

Emilia yang sedang menonton TV mendengar kegaduhan dari kamar Jessie, beliau pun segera naik ke atas untuk memeriksanya.

"Ya ampun Jes kenapa kamarmu kaya kapal pecah gitu."

"Maaf Ma Jes buru-buru ini. Mama tau nggak handuk Jes dimana?"

"Handuk? Lah itu handuk,"

"Hah? Aduhhh kok bisa handuknya terbang ke leher Jes."

Ternyata Jessie lupa kalau handuk ia taruh di lehernya, dasar ini anak emang pelupa.

"Ya elah Jes-Jes masih muda kok udah pikun," ejek sang Mama.

"Hehehe buru-buru Ma ntar kena sembur dosen, kalo gitu Jes mandi dulu."

~~~

Setengah jam kemudian Jessie sudah rapi dengan kemeja dan celana jeans yang dipadukan dengan sneaker putih. Rambutnya ia biarkan terurai dengan make up tipis yang cukup simple, terakhir Jessie menyemprotkan parfum aroma bubble gum.

"Ma Jes berangkat ya,"

"Eh itu rotinya di makan dulu,"

Di sambar lah roti yang ada di atas meja dan dimakannya dengan terburu-buru alhasil Jessie pun tersedak.

"Kalo makan tuh pelan-pelan jadinya kesedak kan,"

"Hehehe udah Ma, Jes berangkat dulu."

"Eh tunggu bentar,"

"Huwaa apalagi sih Ma?"

"Nih." Emilia memberikan sekantong kresek hitam yang isinya sampah. "Tolong buang ini sekalian."

"Yah Mama. Masa harus buang sampah, ntar Jes bau sampah dong,"

"Ya elah tinggal buang aja di depan ntar tukang sampah juga ngambil."

Karena Jessie tidak mau jadi anak durhaka, sebab bisa-bisa ia dikutuk jadi batu, akhirnya Jessie menurut dia membawa kantong kresek itu dan membawanya ke depan. Dan saat Jessie hendak menaruh kantong kresek tersebut tiba-tiba ada sesuatu melayang mengenai kepalanya.

The Final ResultTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang