2.2: Arka kerja

22K 2.4K 82
                                    

Hari-hari Arka berjalan seperti saat ia berada di luar negeri. Semua aktivitasnya terlalu monoton hingga tanpa terasa waktu sudah satu bulan berlalu.

Arka melangkahkan kakinya berjalan memasuki lobi kantor di mana tempat ia bekerja. Perusahaan raksasa yang diwariskan kakek buyutnya pada kakeknya, lalu diwariskan pada orang tuanya dan terakhir dirinya.

"Selamat pagi, Pak."

"Morning, Mister."

"Selamat pagi, Pak."

Beberapa sapaan para karyawan Arka lewati begitu saja. Tidak ada waktu untuk berbasa-basi walau sejenak pada bawahannya. Baginya tidak ada yang bisa mengalihkan fokusnya dari seseorang yang sampai saat ini sedang ia cari.

"Arka," panggil sebuah suara.

Arka yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi mendongak saat mendengar suara seruan seseorang.

Seseorang yang tak lain adalah Fisha berlari masuk dan mengitari meja kerja Arka hingga berdiri di samping kursinya.

"Arka, coba kamu lihat ini."

Fisha yang saat ini mengenakan dress selutut tanpa lengan menunjuk gambar di layar ponselnya.

"Apa?"

Arka menatap sebuah gambar yang ditunjuk oleh Fisha dan tubuhnya seketika itu tersentak menatap gambar di layar.

"I-ini?" Telunjuk Arka bergetar menatap gambar seseorang yang tengah duduk di kursi dengan seorang wanita lainnya yang duduk di sebelahnya. "Dinara?" bisik Arka tak percaya.

"Iya, Dinara. Jadi, perempuan yang di sampingnya ini mamanya teman Kenzi. Kita saling follow instagram 'kan? Terus gue iseng scroll beranda dia dan nemuin orang yang mirip sama Dinara." Fisha bercerita penuh semangat. Tidak ia sangka orang yang baru beberapa kali bertemu dengannya ternyata mengenal Dinara, sahabatnya.

"Lo tahu sekarang Dinara ada di mana?" tanya Arka antusias.

Fisha menggeleng pelan. "Gue masih tanya-tanya ke dia. Tapi, kayaknya perempuan ini enggak mau bilang apa-apa soal Dinara," jawabnya, tak membuat Arka patah semangat.

"Enggak apa-apa dia enggak mau bilang. Setidaknya ada yang kenal sama Dinara. Sisanya gue akan minta orang buat selidiki tentang orang-orang terdekat perempuan ini," jawab Arka mantap.

"Mudah-mudahan Dinara segera kita temukan."

"Gue juga berharap begitu."

Dalam hati terkecilnya, Arka berharap jika ia akan dipertemukan kembali dengan Dinara. Tidak peduli jika saat ini Dinara sudah menjadi milik orang lain karena ia bisa merebutnya kembali.

Arka kembali bekerja setelah meminta Fisha mengirim gambar Dinara yang tadi. Soal foto seorang perempuan di samping Dinara tentu saja sudah ia potong hingga hanya menyisakan gambar Dinaras saja.

"I love you, Honey," gumam Arka. Segera ia mencium layar ponselnya yang tengah menampilkan gambar Dinara.

Arka mulai bekerja dengan semangat. Tak lupa sebelum itu ia telah menelan obat yang selalu ia siapkan saat gangguan itu datang secara tiba-tiba.

Tepat pada pukul 12 siang,  sekretaris Arka bernama Senjana atau kerap disapa Jana melangkah masuk. Wanita 30 tahun itu menyerahkan satu lembar kertas undangan di atas meja kerja Arka.

"Kalau bapak tidak keberatan, saya ingin mengundang bapak untuk hadir di acara ulang tahun anak saya." Wanita itu tersenyum menatap Arka.

"Oh. Kapan acaranya?" sahut Arka mengambil undangan di atas meja.

"Besok siang, Pak."

"Saya usahakan untuk hadir."

"Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi."

Usai mengatakan demikian, Jana keluar dari ruangan Arka meninggalkan sang pemilik ruangan yang terpekur di dalam ruangan sambil menatap undangan yang diberikan Senjana padanya.










I GOT YOU [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang