Chapter 2

372 55 10
                                    

"Makhluk menjijikan itu akhirnya pergi juga," pikir Abi mengangkat kakinya dari leher strigoi yang dia injak-injak lehernya hingga hancur. Dia menoleh ke belakang. Dahinya mengernyit keheranan. "Mereka berdua benar-benar gila, siapa mereka ini?"

Gray dan Ethan sedang duduk ditumpukan mayat strigoi, memakan coklat batangan yang dibawa oleh Ethan. Di depan mereka mayat raksasa tanpa kepala mematung dalam posisi duduk bersimpuh.

"Siapa ya mereka ini? Tahu-tahu muncul begitu saja dari portal dimensi," gumam Ethan menggigit coklatnya.

"Lemah tapi merepotkan," kata Gray.

"Kau kesini karena merasakan energinya atau bagaimana?" tanya Ethan.

"Iya, tapi begitu kecil hampir tak kurasakan," jawab Gray. "Kau sendiri?"

"Err... Ya sama denganmu, apa mereka ini ada hubungannya dengan benda yang jatuh di hutan itu?" Ethan bertanya-tanya.

"Mungkin saja, tapi apa kau kenal dia?" tunjuk Gray dengan isyarat menunjuk ke arah Abi.

"Entahlah, aku juga tak kenal. Tapi biar kucari tahu siapa dia," kata Ethan melompat dari tumpukan mayat berjalan ke Abi.

Abimanyu berdiri waspada ketika Ethan dan Gray mendekati dirinya.

"Siapa kau?" seru Ethan bertanya.

"Bukankah lebih baik memperkenalkan diri dulu sebelum bertanya nama orang lain," kata Abimanyu.

Ethan tertohok kata-kata itu, keningnya mengerut tak suka. Gray memegang bahu Ethan menenangkan sahabatnya itu.

"Maafkan kami, aku Gray dan dia Ethan," kata Gray ramah mengulurkan tangannya.

Abimanyu menyambut uluran tangan Gray, berjabat tangan, meski ada keraguan pada dirinya. Apalagi melihat dua orang dengan kekuatan yang tak logis.

"Gray, kita harus pergi polisi mulai datang kemari. Kau juga harus pergi bocah," seru Ethan.

"Kalau begitu sampai jumpa," pamit Gray.

Keduanya berteleportasi, menghilang begitu saja. Abimanyu melongo heran, dia benar-benar sukar percaya. Kemudian dia buru-buru berlari setelah mendengar raungan sirine polisi yang mendekat ke TKP.

Beberapa mobil polisi tiba bersama sebuah mobil SUV warna hitam, dua orang dengan setelan jas hitam turun. Mereka memeriksa TKP. Ratusan warga yang berada di sekitar lokasi dihalau untuk menjauh, polisi bergegas memasang tali pembatas dan melalukan rekayasa lalu lintas. Wartawan dan reporter berita juga mulai berdatangan.

"Noah, apakah mereka ini alien?" tanya salah seorang pria berkulit gelap yang mengenakan setelan resmi itu.

"Mungkin," kata pria yang dipanggil Noah itu tak yakin. Dia berjongkok di dekat tumpukan mayat monster, lalu berdiri memandang berkeliling. "Ambil rekaman cctv di sepanjang jalan ini, bawa juga tumpukan mayat ini ke markas."

"Baik," sambut pria berkulit legam dan dia langsung menghubungi markas.

"Sepertinya akan sibuk lagi," gerutu Noah.

***

"Apa kau sudah melihat rekaman video amatir ini?" gadis berkuncir kuda itu memberikan telepon genggam miliknya kepada sahabat laki-lakinya.

"Ah iya," gumam laki-laki itu malas, pikirannya masih menerawang jauh.

"Bagaimana bisa ya ada monster tahu-tahu muncul begitu saja di tengah jalan, apa sedang ada parade kostum?" gumam gadis itu bingung. Dia melihat ekspresi melamun temannya. "Kau lagi banyak pikiran, Bi?"

Aegis: AnunnakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang