Reza terkesiap, menatap jalannya pesta yang meriah. Banyak tamu bertebaran di sekitar rumah, bahkan nyaris tumpah ruah di halaman. Ia yang tidak pernah datang ke pesta yang seperti ini sebelumnya, hanya dibuat terpana. Menurut pasrah, saat tangan Dara Ayu menggenggam dan membawanya menerobos kerumunan untuk menemui sang tuan rumah.
“Hai, Aldo!” Dara Ayu menyapa riang pada seorang laki-laki yang sebaya dengannya. Laki-laki itu memakai tuxedo merah muda dengan kemeja putih dan mawar merah menyembul di sakunya. Penampilannya membuat Reza mengernyit.
“Aih, datang juga kamu. Kabar baik, Sayang?” Aldo Taher membalas sapaan Dara Ayu dengan ramah. “Aku pikir nggak mau datang kamu.”
“Wow, pesta di tempat Aldo yang terkenal dan aku nggak datang? Rugiii amaat!” Dara Ayu tertawa renyah.
“Kamu harusnya bilang mau datang, biar aku jemput.” Tanpa malu-malu, Aldo Taher mengelus lembt lengan Dara Ayu dan membuat wanita itu berjengit.
“Aku bawa teman.” Dara Ayu meraih pundak Reza dan mengenalkannya dengan Aldio Taher. “Kenalin, cowok baruku. Reza namanya.”
Aldo Taher tidak dapat menutupi kekagetannya saat melihat Reza. Pandanganya matanya seakan menyapu pemuda itu dari atas ke bawah.
“Makhluk Tuhan paling tampan. Dapat dari mana kamu brondong tampan seperti ini?” Tanpa malu-malu Aldi Taher menggenggam tangan Reza, dan berucap dengan perkataan mendayau. “Hai, Tampan. Mau temani aku malam ini?”
Saat laki-laki itu mengedip sebelah mata ke arahnya, Reza menahan diri untuk tidak muntah.
“Eits, jangan doong! Dia punyaku.” Dara Ayu tertawa renyah dan merangkul pundak Reza.
“Huft, dari dulu kamu selalu ngalahin aku buat dapetin cowok cakep,” gerutu Aldo Taher.”Kamu nggak mau sama aku. Kini malah dapat brondong manis gitu. Tega kamu.”
Dara Ayu meleletkan lidah. “Ya, iyalah. Semua tergantung pesona kita.”
“Ciih, sombong!”
Tertawa sekali lagi, Dara Ayu meraih tangan Reza dan membawanya ke pinggir halaman. Ia memiringkan wajah, menatap pemuda yang sedari tadi terdiam dan bertanya.
“Kenapa? Grogi, ya?”
Tanpa sungkan Reza mengangguk.
“Memang kamu bergaul sama siapa, sih? Ketemu banyak orang jadi grogi.”
“Nggak ada, di kampung hanya sama Nenek.”
“Oh, pantas. Pernah minum alkohol?”
Kali ini Reza menggeleng lemah. Menatap Dara Ayu malu-malu.
“Ya Tuhan, cowok langka kamuuu. Minum nggak, pesta nggak. Brondong ajaib.” Dara Ayu tertawa sambil mencolek dagu Reza dan membuat pemuda itu tersipu. “Ayo, kita ambil makanan. Sambil lihat teman-temanku yang lain.”
Bergandengan tangan, Reza dibawa berkeliling oleh Dara Ayu. Ia hanya mengagumi dalam diam, orang-orang yang ada di pesta dengan penampilan eksentrik mereka. Makanan dan minuman tumpah ruah di meja prasmanan. Secara khusus Dara Ayu menunjukkan padanya minuman yang tidak boleh disentuh karena mengandung alkohol. Ia mangut-mangut, membiarkan dirinya diajak membaur dalam kerumuman. Dengung percakapan, tawa, ditimpali oleh musik dari sekelompok band di pojokan taman. Sebagian tamu mengobrol, makan, tapi banyak juga yang menari di tengah taman, dekat kolam renang. Dara Ayu mengoyang tubuhnya sambil merangkul pundak Reza dan sesekali menyolek dagu pemuda itu.
“Ah, Dara Ayu. Berani datang juga kamu.”
Dara Ayu menghentikan gerakannya saat terdengar sapaan dari balik punggung. Ia menoleh dan melihat wanita bergaun hitam dengan rambut hitam panjang sampai punggung. Wanita itu tersenyum dengan bibir dipoles lipstik merah darah. Sekilas, penampilannya terlihat mirip ratu ilmu hitam di film-film horor.
“Aleta ….” Sapa Dara Ayu tak kalah ramah.
“Wah, tebal juga mukamu? Bermasalah tapi berani menunjukkan diri di depan umum?” Aleta berucap sambil bersedekap.
Tersenyum kecil, Dara Ayu mengibaskan rambut ke belakang. Menatap wanita cantik yang memancarkan kedengkian untuknya.
“Iya dong. Kenapa aku harus takut? Keputusan pengadilan udah jelas kalau aku nggak salah. Tuntukan kamu nggak pada tempatnya.”
“Jangan lupa, aku naik banding!”
“Oh, silakan. Kita lihat sejauh mana kamu mau bertindak buat buang-buang uang. Ah, denger-dengar dapat bandot tua buat nyokong keuangan kamu? Selamat, yaaa.”
Wajah Aleta menggelap, ia melotot ke arah Dara Ayu yang tersenyum. Lalu, mengalihkan pandangan pada Reza yang sedari tadi terdiam.
“Siapa dia? Mainan baru?”
“Partner in crime.” Dara Ayu menepuk lengan Reza dengan bangga.
“Gitu, turun juga seleramu. Bukannya kamu tidur sama pengacarmu sebagai kompensasi uang pembayaran?”
Pernyataan Aleta yang diucapkan dengan penuh kebencian membuat Dara Ayu geregetan. Ia maju selangkah, mendekat pada wanita yang dulu pernah jadi sahabatnya. Ingatannya sesaat berkelebat pada kilas masa lalu saat mereka masih bersama. Dari mulai merintis karir, join, mencari nama brand. Hingga akhirnya, keserakahan membuat Aleta mengkhianatinya. Bahkan tega menggugatnya ke pengadilan karena menganggat dia ingkar pada perjanjian mereka.
“Tahu nggak apa yang salah sama kamu, Aleta? Cantik, muda, menggairahkan. Sayangnya ….” Dara Ayu menunjuk pelipisnya. “nggak punya otak! Mestinya orang tuamu dulu dikasih tahu pas bikin kamu. Naruh otak tuh, di kepala. Bukan didengkul!”
“Brengsek!” Aleta berteriak marah. Tangannya terulur untuk mencakar.
“Kenapa? Mau mencakarku? Ayo, biar aku tuntut kamu. Aku tahu sebenarnya kenapa kamu menggugatku. Bukan semata-mata karena uang tapi karena Aldo Taher,kan?”
Reza yang melihat keadaan memanas, menengahi dengan berdiri di antara kedua wanita yang siap untuk cakar-cakaran. Ia memunggungi Aleta dan berdiri menghadap Dara Ayu.
“Tenang, Kak. Tahan diri, ingat ini di mana?”
Wajah Dara Ayu memerah, napasnya memburu. Bicara dengan Aleta selalu membuat emosinya naik. Jika bukan karena harga diri, ia tidak akan sudi bertemu wanita ular ini.
“Minggir, Reza. Aku nggak apa-apa. Tenang.”
“Nanti berantem.”
“Nggak, aku janji. Kalau sampai tanganku melayang mau mukul dia. Ingat, yang kamu lakukan adalah menggotongku keluar dari sini!”
Setelah ragu-ragu sejenak, Reza minggir dan membiarkan Dara Ayu kembali berhadapan dengan Aleta. Ia menatap keduanya dengan kuatir, berharap tidak ada adega cakar-cakaran atau baku hantam. Terus terang, ia tidak tahu bagaimana memisahkan wanita yang sedang bertengkar.
Dara Ayu berdehem sejenak lalu tersenyum. “Aleta, kita jangan bertengkar di sini. Dari pada buang-buang tenaga untuk saling pukul. Mending kamu atur strategi buat ngalahin aku di pengadilan.”
“Cuih, kamu pikir aku takut?” jawab Aleta sambil bersedekap.
“Oh, kamu nggak takut pastinya. Banyak duit.” Dara Ayu menyambar lengan Reza dan bersiap pergi. “Kami pergi dulu, Aleta. Pesta seperti ini harus dinikmati sambil bercinta dengan orang tampan. Bukan bertengkar sama kamu. Bye ….”
Tidak mengindahkan wajah Aleta yang memerah dan mata melotot, Dara Ayu menyeret Reza masuk dalam kerumunan orang yang sedang menari. Demi melampiaskan rasa kesal, ia menari dengan gerakan asal dan melompat-lompat di tempatnya. Sementara Reza hanya berdiri mematung melihat tingkahnya.
✨✨✨
Cerita ini sudah tersedia di Google play store. Link di bio dan kolom komentar.
Di Wattpad akan saya pos sampai bab.8b.Uhui
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG KAMAR SEBELAH
RomanceKisah cinta penuh ke-uwuaan antara Dara Ayu dan Reza Hangkera, brondong yang tinggal di kamar sebelah.