Bab 6b

16.7K 501 35
                                    

#Brondong_Kamar_Sebelah
#Bab_6b

**

Kebahagiaannya bahkan tidak terusik, saat Antonius datang ke kantornya dan bicara tentang Aleta. Ia mendengarkan dengan serius setiap perkataan dari sang pengacara.

“Kamu sudah baca dokumen yang aku kasih?”
Dara Ayu mengangguk, meriah dokumen yang ia simpan di laci dan meletakkannya di atas meja.

“Sudah, dan terus terang aku merasa takut.”

“Takut kalah?”

“Bukan, takut aku nggak punya cukup uang untuk membayarmu.”

Antonius mengangkat sebelah alis. “Bukannya aku sudah bilang kalau kamu jangan mikir soal itu?”
“Mana bisa Pak Pengacara. Kamu bekerja sebagai pengacara professional dan sudah seharusnya menetapkan bayaran.”

“Daraa ….”

Tersenyum simpul, Dara menyandarkan punggungnya pada kursi. Mengamati laki-laki tampan dan modis di depannya. Benaknya melayang pada Aleta dan tuntutan wanita itu padanya.

“Aleta itu sudah punya segalanya. Suami kaya raya dan brand kecantikan sendiri. Malah sekarang dia menggandeng Rachelia dan membuat fitnah yang sedikit banyak menghancurkan namaku. Entah apa yang dia cari dariku. Sepertinya tidak akan pernah puas sampai aku benar-benar terpuruk.”

Antonius mengetuk-ngetuk meja di depannya. Memandang Dara Ayu yang terdiam dengan ekpresi sedih. “Apa kalian punya dendam pribadi?”

“Sepertinya nggak, karena seingatku kami bersahabat baik. Semua dimulai saat kami bertemu, aaah.” Mendadak, sesuatu terlintas di benak Dara Ayu. “Saat kami bertemu dengan Aldo Taher. Bisa jadi ini dugaan atau entah bagaimana, kalau Aleta sebenarnya naksir dengan Aldo Taher tapi ditolak!”

“What? Bukannya Aldo Taher itu tidak suka perempuan?”

“Entahlah, ACDC kayaknya. Bisa jadi Aleta nggak tahu.”

“Lalu, apa hubungannya sama kamu?”

Dara Ayu terkikik geli, menyadari hal  yang yang menurutnya sangat mengherankan.

“Aldo Taher pernah melamarku, tapi aku tolak!”

“Shit! Pantas saja.”

Keduanya terus berbincang hingga waktu pulang tiba. Dara Ayu yang ingat punya janji dengan Reza, mengemasi barang-barang begitu Antonius meninggalkan ruang kerjanya. Mengingat tentang Reza, entah kenapa membuat dadanya berdebar. Tanpa ia sadari, sering kali tersenyum sendiri. Ia tidak tahu, kemana Reza akan membawanya tapi pasti menyenangkan.

Kedatangan Reza di kantor membuat heboh para pegawainya yang rata-rata adalah gadis-gadis muda. Tanpa malu-malu mereka menggoda dan memuja Reza. Bahkan terang-terangan meminta nomor ponsel pemuda itu. Tidak ingin menyakiti perasaan perasaan mereka, Reza menolak dengan halus.

Godaan para gadis itu berhenti, saat melihat Reza menggandeng lengan Dara Ayu keluar dari ruangan. Mereka terbelalak tak percaya, jika sang boss bisa menggaet pemuda tampan. Namun, saat mengamati punggung keduanya yang menjauh, akahirnya mereka sadari jika Dara Ayu dan Reza terlihat serasi.

“Kita mau naik taxi?” tanya Dara Ayu saat mereka berdiri di pinggir jalan.

“Nggak, kita naik busway.”

“Hei, panas ini.”

“Tenang, aku sudah siapkan payung.”

Reza membuktikan omongannya. Dari dalam tas ransel, ia mengeluarkan payung lipat dan membukanya. “Ayo, kita ke halte busway. Nggak jauh dari sini,’kan? Turun di halte Sarinah lalu kita lanjutkan naik bus tingkat gratis.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BRONDONG KAMAR SEBELAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang