“Reza, stop!”
Dara Ayu menggeliat, melepaskan diri dari pelukan Reza, tepat saat pemuda itu sedang menciumi area perutnya.
“Ke-kenapa, Kak?” tanya Reza linglung. Ia terlihat seperti orang mabuk.
“Aku belum mandi, tadi ketiduran.”
“Tapi, wangi kok!”
“Hah, penciumanmu rusak! Awas, sana minggir!”
“Sumpah, Kak. Wangi.”
Tidak memedulikan protes Reza, Dara Ayu menyingkirkan tubuh pemuda itu dan bangkit dari sofa. Ia menarik napas panjang, berusaha menyingkirkan gelenyar yang dirasakan di setiap sel tubuhnya. Sentuhan Reza seperti membangkitkan gairah yang sudah lama terpendam. Ada rasa bingung tapi juga takut secara bersamaan.
Ia menatap Reza yang terduduk dengan wajah bingung dan rambut kusut. Entah kenapa justru terlihat menggemaskan. Dara Ayu menggigit bibir bawah, menahan keinginan untuk menubruk dan mengecup pemuda di depannya. Ia harus menahan diri, bagaimana pun mereka baru saling mengenal. Usia Reza yang jauh lebih muda darinya juga sesuatu yang harus dipikirkan.
“Aku pulang dulu,” Merapikan daster dan rambut, ia lalu berbalik menuju pintu.
“Kak, jangan marah.” Mendadak Reza bangkit dan merengkuh tubuhnya dari belakang. “Kamu marah sama aku?” bisiknya di telinga Dara Ayu.
“Nggak, aku cuma mau mandi,” jawab Dara Ayu.
“Bisa mandi di rumahku.”
Dara Ayu menoleh heran. “Hei, usul apa itu. Udah sana tidur lagi. Aku mau pulang!”
“Kak, boleh minta nomor ponselmu?” Reza berteriak putus asa. Ia sedikit lega saat Dara Ayu menyebutkan angka-angka dan ia buru-buru mencatatnya di ponsel.
Kali ini Dara Ayu benar-benar pergi, meninggalkan Reza termenung sendiri di ruang tamunya yang sepi. Ia kembali mengenyakkan diri di atas sofa dan mengusap wajah serta rambutnya. Merasakan bukti gairah dari balik celana panjang yang dipakai. Pertama kalinya ia merasakan hasrat menggebu untuk memeluk dan mencumbu seorang wanita. Saat melihat Dara Ayu tergolek di atas sofa, hasratnya sebagai laki-laki tergugah. Hingga akhirnya, memberanikan diri untuk mencumbu wanita itu.
Ia mendesah, menahan frustrasi karena begitu menginginkan tubuh Dara Ayu. Tentang betapa lembut kulit wanita itu, betapa bibirnya sungguh menggiurkan untuk dicium dan juga dadanya yang indah. Memaki dalam hati, Reza bangkit dari sofa dan melangkah menuju jendela. Mengamati pemandangan malam dari balik kaca.
Ia ingat, pertama kali mencumbu wanita saat masih SMA. Dengan pacar pertamanya, itu pun hanya berupa ciuman dan juga cupang di leher. Mereka masih terlalu takut waktu itu. Namun, saat bersama Dara Ayu rasanya berbeda. Keinginan untuk mencumbu dan merayu begitu kuat. Reza merasa benci dengan diri sendiri dan takut membuat Dara Ayu marah karena sikapnya yang penuh nafsu.
Di dalam kamar mandi, dengan shower mengucur deras membasahi tubuh, Dara Ayu termenung. Merasakan air menyentuh lembut kulitnya. Ia masih terpikir soal Reza dan sentuhan mereka. Ia mengakui tergugah, tapi ada satu hal yang harus ditahan bahwa mereka berbeda. Ia berjanji dalam hati, akan lebih hati-hati menghadapi Reza karena yakin jwa muda yang membuat pemuda itu lupa diri.
Setelah kejadian malam itu di rumah Reza, Dara Ayu tidak lagi berniat menemui pemuda itu. Tidak juga membalas pesan dan telepon dari pemuda itu untuknya. Ada perasaan segan yang menghantuinya. Bisa jadi juga rasa kikuk dan bingung. Ia perlu waktu untuk menelaah keinginannya sendiri karena merasa hubungannya dengan Reza berkembang terlalu terburu-buru. Ia tidak tahu, apakah Reza atau justru dirinya yang mengejar. Yang pasti, ia akan berusaha lebih hati-hati kali ini karena tidak ingin menjerumuskan anak muda dalam hubungan yang aneh dengannya. Ia sadar diri untuk itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG KAMAR SEBELAH
RomansaKisah cinta penuh ke-uwuaan antara Dara Ayu dan Reza Hangkera, brondong yang tinggal di kamar sebelah.