Ia bergegas masuk dan menyeberangi lobi demi menyusul Reza yang sudah berdiri di depan lift. Saat pintu lift terbuka, ia berada di sana di waktu yang pas.Bersikap seakan-akan tidak mengenalnya, Reza berdiri kaku dalam balutan celana jin, kemeja kotak-kotak dan bertopi hitam. Ada tas ransel besar di punggungnya.
“Reza, kamu baru pulang kuliah?” sapanya ramah.
Hening, tidak ada jawaban. Sikap tubuh Reza seakan menyiratkan tidak mendengar sapaannya.
“Hei, kamu marah sama aku?” Akhirnya, ia bertanya tidak sabar dengan tangan terulur dan mencubit pinggang Reza.
“Aww, apaan, sih. Sakit, tahu!” Reza menggerutu sambil mengusap pinggangnya.
“Siapa suruh kamu cuekin aku!” Dara Ayu berucap sambil berkacak pinggang.
Reza tersenyum kecil, melirik wanita di sampingnya yang malam ini terlihat menawan dalam balutan mini dress hijau botol dengan tali abu-abu besar di pinggang. Beberapa hari mereka tidak berjumpa tapi terasa bertahun-tahun lamanya. Rasa jengkel karena diabaikan kini bercokol di hatinya.
“Reza, kamu diam aja. Marah, ya, karena aku cuekin?” Dara Ayu berucap menggoda, mengelus lengan Reza dengan lembut.
Sentuhan Dara Ayu menyulut kekesalan dalam diri Reza. Tanpa diduga, ia meraih lengan wanita di sampingnya dan menghimpitnya ke dinding lift. Tidak memedulikan keterkejutan di wajah Dara Ayu, ia berbisik lembut.
“Kenapa menghindariku, Kak? Kamu takut sama aku?”
Dara Ayu menelan ludah. “Reza, kamu bicara apa?” Ia bertanya dengan takut-takut karena kuatir ada orang masuk ke dalam lift. Namun, nyatanya lift tetap meluncur ke atas dengan mulus.
“Nggak balas pesan, nggak angkat telepon. Kamu takut aku mencium atau membelaimu lagi? Harusnya bicara yang jujur jadi aku cukup tahu diri!”
“Hei, bukan begitu!” bantah Dara Ayu.
“Oh, ya. Lalu apa? Apa kamu takut berdekatan denganku, Kak. Kayak gini?”
Dengan sengaja, Reza menyandarkan tubuhnya dengan tangan mengikat lengan Dara Ayu.
“Reza, sadar kamu. Ini di lift.”
“Kenapa memangnya? Kita toh pernah berciuman di depan banyak orang.”
Dara Ayu menahan napas. Terlebih saat merasakan embusan hangat napas Reza di lehernya. Ia berharap agar lift cepat sampai tujuan, demi menghindari kepergok orang lain. Meski ia menyadari jika apa yang mereka lakukan sekarang, terekam kamera CCTV.
Ia tidak dapat menyembunyikan perasaan lega, saat lift berhenti di lantai sepuluh. Namun, ia kembali terkejut saat Reza menyeret tangannya keluar dari lift. Mereka menyusuri lorong apartemen dalam diam, hingga tiba di depan pintu unitnya, Dara Ayu kembali dihimpit ke dinding.
“Reza, kendalikan dirimu,” bisiknya berusaha menenangkan.
Reza tersenyum, mengunci tubuh Dara Ayu antara dirinya dan pintu. Tangannya menyusuri pelan dada wanita itu lalu turun ke bawah . Dengan lembut mengelus paha yang tidak tertutupi kain.
“Kamu tahu, Kak. Aku orangnya sangat pemalu dan segan sama cewek. Aku berusaha mengendalikan diri, tidak peduli bagaimana mereka menggodaku. Tapi … sama kamu aku beda,” bisiknya serak di telinga Dara Ayu. “Kamu menggodaku dengan teramat kejam.”
“Hei, jangan begitu.” Dara Ayu berusaha mengelak. Ia menegang saat tangan Reza merayap pelan di pahanya dan kini bahkan mengelus bagian atas pahanya.
“Beberapa hari ini kamu menghindariku. Membuatku bertanya-tanya apa yang salah.”
“Kamu nggak ada salah,” jawab Dara Ayu serak. Ia tidak dapat menahan desahannya saat tangan Reza mengelus pelan permukaan celana dalamnya. Ada sensasi aneh menggelenyar dari dalam tubuh.
“Lalu, kenapa menghindariku?” Lagi-lagi Reza bertanya tenang. Ia tidak melepaskan tangan wanita itu meski Dara Ayu berusaha melepaskan diri.
“Reza, ingat ini di koridor. Bagaimana kalau ada yang lihat?”
Menengok sekeliling yang sepi, Reza menatap wajah panik Dara Ayu dan berucap pelan. “Persetan!”
Dengan sedikit memaksa, ia mengangkat dagu Dara Ayu dan melancarkan ciuman ke bibir wanita itu. Ia melumat dan menjilat, berusaha agar Dara Ayu membalas ciumannya. Meski sadar diri, ia tak selihai orang lain dalam berciuman tapi ia berusaha. Satu tangan mengikat lengan Dara Ayu ke belakang tubuh wanita itu dan satu tangannya kini membelai lembut area intim wanita itu.
Dara Ayu mengerang dan tanpa sadara membalas ciuman Reza, saat tangan pemuda itu bergerak makin lincah. Kali ini bahkan menyusupkan jemarinya ke dalam celana dan membelai lembut kewanitaannya. Ia menegang dalam gairah, saat jari Reza kini bergerak makin berani dan membuatnya tanpa sadar membuka paha lebih lebar. Ia menginginkan lebih dan meski malu mengakui, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong.
“Kamu lembut, Kak dan basah,” bisik Reza di sela-sela ciuman mereka. “Ini pertama kalinya aku menyentuh area intim wanita.”
“Reza, hentikan,” ucap Dara Ayu lemah.
“Kenapa? Kamu nggak suka?”
Selesai berucap, Reza menurunkan celana dalam Dara Ayu dan membuka paha wanita itu lebih lebar. Didasari insting untuk memberikan kepuasan, ia membelai dan menyentuh dengan lembut. Merasakan permukaan kulit yang hangat dan tubuh Dara Ayu yang menegang. Ia pun ikut menegang karena gairah.
“Kak, kamu suka?” tanyanya terbata. Ia mengamati bagaimana Dara Ayu menggigit bibir bawah dan secara perlahan ia melepaskan tangan wanita itu.
Saat tangannya bebas, Dara Ayu mengalungkan lengannya ke leher Reza dan mereka kembali berciuman dengan intens. Merasa mendapat kesempatan untuk bertindak lebih, Reza menyentuh klitoris Dara Ayu dan membuat wanita itu menghentikan ciumannya. Ia menggerakkan jemarinya dengan intens dan seiring dengan tindakanDara Ayu mengerang.
Entah untuk berapa lama mereka bercumbu, ia tidak tahu. Dara Ayu merasa dirinya buta oleh nafsu. Celana dalamnya melorot hingga ke betis dan kancing bagian depan bajunya terbuka. Reza mencium leher dan bagian atas dadanya dengan tangan terus membelai tak berhenti area intimnya. Saat ia mengingkan lebih dan berniat mengundang masuk pemuda itu, Reza menghentikan gerakannya.
Ia terdiam, dengan napas terengah dan menatap Reza yang membantunya merapaikan pakaiannya.
“Kamu cantik dan sexy, Kak. Melihatmu rasanya ingin mencium dan mencumbu tiada henti. Tapi, aku sadar kalau bukan aku yang pantas melakukan itu.”
Perkataan Reza membuat Dara Ayu mengernyit bingung. “Maksudmu apa?”
Reza tersenyum, menyibakkan rambut Dara Ayu. “Laki-laki yang di bawah tadi tampan. Apa dia pacarmu?”
“Hah! Dia--,”
“Nggak usah dijawab. Aku paham, kok. Oh, besok aku akan sidang skripsi.” Reza menundukkan wajah dan mengulum mesra bibir Dara Ayu. “terima kasih untuk ciumannya. Anggap sebagai penyemangatku besok. Semoga kamu bahagia, Kak.”
Sebelum Dara Ayu benar-benar sadar akan makna ucapan Reza, pemuda itu sudah menghilang ke balik pintu dan meninggalkan dirinya sendiri. Dalam kesunyian lorong, ia mendesah resah. Mencoba meredakan gelenyar gaairah. Masih tidak percaya jika pemuda yang ia anggap lugu ternyata mampu membuatnya menggelegak penuh hasrat. Rupanya, ia salah mengenali orang kali ini.
***
Tersedia di google play book
KAMU SEDANG MEMBACA
BRONDONG KAMAR SEBELAH
RomanceKisah cinta penuh ke-uwuaan antara Dara Ayu dan Reza Hangkera, brondong yang tinggal di kamar sebelah.