ORDINARY DAY

12.6K 647 149
                                    

Note: Kali ini, ceritanya dari POV Author ya teman-teman 😊😊















23.08 P.M

Suara pintu dorm terbuka mampu menarik seluruh perhatian seorang gadis bermata kucing yang sedang berada di ruang tengah. Ia beranjak dari duduknya dan menghampiri orang yang baru saja membuka pintu itu, dan saat itulah ia melihat Rosé sedang melepas sepatunya.

"Kau pulang larut lagi!" Kata Jennie dengan cemberut.

Sedangkan seseorang yang mendapat kekesalan Jennie hanya terkekeh sebelum menegakkan kembali tubuhnya, menatap Jennie.

"Mianhae, unnie. Aku harus banyak berlatih," katanya sambil tersenyum.

Jennie memutar bola matanya malas. Gadis di hadapannya ini selalu saja merasa kurang, padahal Jennie sendiri tidak sekalipun melihat kekurangannya. Karena tidak ingin beradu argumen seperti yang sudah-sudah, Jennie memilih untuk mengubah topik pembicaraannya.

"Apa kau sudah makan? Tadi kami memesan makanan dan punyamu mungkin sudah dingin, ingin kupanaskan?"

Rosé mengangguk kemudian mengikuti langkah Jennie menuju dapur. Mendudukan diri di kursi meja makan sambil memperhatikan Jennie yang sedang memanaskan makanan untuknya.

"Lebih baik kau pergi mandi dulu, Rosie. Ini membutuhkan waktu dan aku akan menyeduh susu untukmu."

Rosé terkekeh kemudian dia bangkit berdiri, menghampiri Jennie dan mengecup pipi yang lebih tua itu dengan cepat.

"Terima kasih, unnie."

Setelah Rosé meninggalkannya untuk pergi mandi, Jennie mengulum senyumnya, menangkup kedua pipinya sambil bergoyang ke kanan  dan ke kiri, persis seperti orang yang sedang salah tingkah.

Satu hal yang perlu diketahui, Jennie sangat menyukai Rosé ketika gadis itu menurut padanya. Ya, setelah tiga tahun sejak debut mereka, Rosé sama sekali tidak pernah membatahnya.

Lamunan Jennie buyar ketika ia mendengar suara air panas yang mendidih. Bunyinya sangat nyaring sehingga berhasil menginterupsi mimpi-mimpi yang berada di pikiran Jennie.

Dengan telaten, ia menyeduh susu untuk Rosé mengingat gadis itu pasti membutuhkan sesuatu yang sehat setelah berlatih keras. Padahal, jadwal latihan mereka selesai sekitar tiga jam yang lalu. Tapi gadis kelahiran Melbourne itu terus saja ingin berlatih walaupun hanya tinggal dia seorang di ruang latihan itu.

Katanya, dia tidak cukup baik dibanding yang lainnya. Itulah mengapa dia ingin berlatih ketika yang lainnya memilih untuk beristirahat.

"Apa yang lainnya sudah tidur duluan, unnie?"

Rosé kembali dengan handuk yang menggantung di lehernya. Tampaknya, gadis itu mencuci rambutnya. Jennie hanya melirik sebentar kemudian kembali sibuk menata makanan dan segelas susu milik Rosé di atas meja.

"Ya. Kurasa mereka sangat kelelahan."

"Lalu kenapa kau tidak tidur juga, unnie? Kau bahkan terlihat lelah sekarang."

Jennie tersenyum kemudian membelai rambut Rosé dengan lembut ketika gadis itu mulai makan.

"Aku menunggu bayi besarku pulang karena aku tahu dia akan kelaparan sepanjang malam."

Rosé tersenyum, tapi dia lebih merasa bersalah karena membuat Jennie menunggunya. Latihan hari ini saja sudah cukup melelahkan, dia bahkan membuat Jennie menunggu dimana menunggu adalah hal yang paling melelahkan.

"Maaf, unnie. Kau tidak perlu melakukan itu lagi. Aku tidak ingin membuatmu menunggu," kata Rosé sambil menatap Jennie dengan tatapan bersalah.

CINTA YANG RUMITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang