Lino bergerak dengan gelisah dalam tidurnya. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, namun anehnya Lino tidak dapat membuka kedua matanya, seolah ada lem super di sana.
Di dalam mimpinya, Lino berdiri di depan tubuhnya sendiri yang terbaring lemah di tengah jalan dengan darah mengalir keluar dari satu sisi kepalanya. Di sampingnya, terdapat mobil yang sebentar lagi akan meledak karena adanya tumpahan minyak dari mobil itu sendiri. Tidak jauh dari sana, motor yang biasa dia pakai tergeletak pula dengan kondisi setengah hancur.
"Tidak..." gumam dia berbalik dan berlari meninggalkan jasadnya di sana. Dia tidak peduli ke mana dia berlari, asalkan dia bisa pergi dari dunia mimpi ini.
Claire yang belum tidur mendengar suara putus asa Lino dari kamarnya yang memang berhadapan dengan kamar tempat Lino berada. Tidak ingin membangunkan keluarganya yang pasti sudah tidur nyenyak, Claire masuk ke kamar Lino untuk memeriksa keadaan cowok itu.
"Lino!" Panggilnya setengah berteriak. Dia mengguncang pelan tubuh Lino, menepuk kedua pipi cowok itu, namun Lino tetap bergerak gelisah tanpa ada niatan membuka matanya.
Tidak ada pilihan lain. Dengan seluruh kekuatan yang dia punya, dia menarik tubuh Lino agar duduk kemudian dia peluk erat tubuh yang memberontak berusaha kabur itu.
Kegigihannya membuahkan hasil. Lino perlahan kembali tenang. Kemudian, dia membuka kedua matanya yang membuat Claire terkejut karena tiba-tiba saja Lino menangis di hadapannya.
"Lo... gak apa-apa?" Tanya Claire hati-hati. Lino menggeleng kuat. Bagaimana dia bisa baik-baik saja setelah mendapatkan mimpi buruk seperti tadi?
"Claire..." panggilnya lemah. Claire yang masih di hadapannya, tanpa mengatakan apapun, mengulurkan tangannya untuk digenggam erat Lino sementara cowok itu menangis pelan selama beberapa menit.
....
Setelah lebih tenang, Lino memilih untuk mandi karena tubuhnya sudah penuh akan keringat dan dia merasa dia sudah baik-baik saja sekarang.
Claire menunggu di ruang tamu dengan dua gelas teh hangat untuknya dan Lino. Sekarang sudah pukul 11, dan Lino berkata dia tidak bisa tidur. Karena itu, Claire menawarkan diri untuk menemani Lino sampai dia tidur kembali.
Claire memiliki insomnia, jadi dia jarang tidur sebelum jam satu malam. Kebetulan, besok adalah hari libur, membuat dia tidak perlu memaksakan dirinya untuk tidur.
Setelah mandi dan berpakaian rapi, Lino menghampiri Claire yang sudah fokus menonton tv di sofa ruang tamu dengan selimut tebal menutupi tubuhnya.
Lino duduk di samping, tampak ragu akan sesuatu.
"Minum dulu tehnya" ucap Claire pelan. Lino menurut saja, dia tidak mengatakan apapun dan hanya diam duduk di sampingnya setelah meminum setengah teh miliknya.
"Lo gak dingin apa?" Tanya Claire memecah keheningan. Lino mengulurkan tangannya yang tertutup sweater abu miliknya dan Claire mengangguk mengerti.
"...tapi gue pengen peluk lo" bisik Lino membuat Claire membeku dan menoleh.
....
To be continue...