[4.] Gadis Yang Sama

213 44 2
                                    

Welcome and thank you for joining me to the new story About Us.

Don't forget to tap the star (⭐) before or after you read this chapter.

Now let's start!

“Kak Johnny nggak jemput?” tanyaku ketika bertemu denganmu yang masih berdiri di depan gerbang kampus.

Kamu menoleh dan menggeleng pelan, “Masih jemput anaknya.”

Mataku membulat lebar dengan mulut yang terbuka, hingga membuatmu tertawa ringan yang hampir membutakan mataku karena silaumu yang terlalu memesona.

“Haha, lucu. Nggak usah kaget dong, emang seharusnya pria tua kayak dia udah punya anak tahu,” ucapmu, masih dengan tawa yang terdengar.

Aku berdeham sekilas sebelum berkata, “Tapi masih agak mudaan kok, aku kira masih lajang. Tahunya udah punya anak,”

Kamu menatapku dengan senyuman simpul, aku terpana seketika. Tapi bukan hanya itu, sorot matamu.. mempunyai suatu hal yang lain.

Kepedihan dan syukur.

Entah kenapa dua rasa itu bercampur pada tatapanmu.

Lantas kamu menjawab, “Kamu nggak salah kok. Kakakku itu belum nikah. Dan anak yang aku maksud itu hasil adopsi dia dari orang tuanya yang masuk penjara karena sebuah kasus. Dan kakakku mau rawat dia dengan jadiin dia kayak anak kandung sendiri.

“Meskipun tanpa ibu,” lirihmu di akhir sambil mengalihkan pandanganmu dariku.

Aku terdiam, hanya menjawabmu dengan gumaman tak percaya. Tapi sebelum aku kembali siap mengucap kata yang telah aku susun, kamu terkekeh dan kembali menghadapku yang ada di samping kirimu.

“Tapi anaknya lucuuu banget Woo, aku nggak kuat biasanya kalau udah ketemu dia. Pengen uyel-uyel!”

Aku ikut tertawa, senang rasanya tatapan pedih itu telah berganti dengan sorot penuh gemas.

“Namanya?”

“Zia. Cewek, umur 3 tahun. Dan karena di rumah sendirian, jadinya sering banget di taruh di tempat penitipan anak. Dan kalau si pria tua itu nggak sibuk, bakal di temenin sendiri.”

Aku tergelak karena sebutannya untuk kak Johnny, ‘Pria Tua’ katanya? Lucu sekali. Tapi itu terbukti, meskipun baru bertemu setelah bertahun-tahun berpisah, mereka masih tetap akrab dan saling menyayangi satu sama lain.

Walaupun rasa itu ditunjukkan dengan cara yang berbeda.

“Eh, itu udah datang. Kamu mau ikut sekalian?”

Aku tersentak, dan menggeleng seketika. “Ah, nggak usah. Aku ada angkutan umum. Tapi.. boleh ketemu Zia nggak?”

“Haha, boleh dong! Ya udah, ayo.”

Aku mengikutimu yang dengan semangat menghampiri mobil milik kak Johnny, pintu terbuka dari dalam dan seseorang keluar dari sana lebih dulu dan berlari riang padamu.

“Kakak!!”

“Oh! Zia!!”

Sama cerianya sepertimu.

Zia, anak yang manis.

Sepertimu.

Aku tertawa ringan melihatmu memeluk gadis kecil itu dan membawanya dalam gendonganmu. Kamu berbalik dan aku berjalan mendekat.

“Zia, itu Om Jungwoo namanya.”

Kamu menunjukku dan Zia terlihat menatapku lalu aku melambaikan tangan senang sebagai salam.

“Hai! Salam kenal ya,” sapaku dengan senyuman.

“Hihi, Omnya cantik!”

Zia terkikik geli dengan suara khasnya, dan aku terkejut akan kalimatnya.

“Kok cantik sih, sayang?” tanyamu yang tentu tak mampu mendengar kalimat Zia, hingga senyuman tertahan menghiasi wajahmu.

Gadis kecil itu mengangguk semangat, “Kalena Omnya emang cantik! Salam kenal Om, aku Jia!”

Namun aku hanya pasrah, mengelus kepala menjadi sentuhan pertama padanya. Dan untungnya, Zia ini gadis yang mudah berbaur.

Sepertimu.

“Kamu juga cantik.”

“Hehe, makatsih Om!”






“Sayang, ayo pulang!”

Oh, itu kak Johnny. Aku sampai lupa tidak menyapanya.

“Kak Johnny, selamat sore!”

Beliau tersenyum dan mengangguk. “Sore Jungwoo, kamu pulang? Sekalian bareng aja sama saya sini.”

Kenapa dua bersaudara seperti kalian begitu baik?

Kamu bahkan sekarang tengah memainkan alis, mengajakku untuk ikut dengan senyuman lebar di bibirmu.

“Iya Om! Nanti duduk baleng Jia ya?”

“Tuh kan, Zia aja mau kamu ikut. Nggaapa-apa Woo, rumahmu di mana sih?”

“Oh itu, lumayan jauh sih. Di Perum Neo Satu.”

Matamu membulat dan senyuman yang menampakkan gigi berderetmu pun hadir.

“Ih! Aku juga di sana Woo! Udah ah, ayo bareng! Nggak usah sungkan-sungkan gitu.”

Dan ya, paksaan yang akhirnya aku terima dengan senang hati itu membuatku tahu, bahwa kamu dan aku memang di berikan kesempatan untuk menjadi lebih dekat.

---

To be continued.

Tuesday, 22 september 2020

(+) ada yg tau zia pernah muncul di mana? :> anyways, selamat natal bagi yang merayakan!

regard, Day
25 december 2020

[3] Asphyxia • K. JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang