[2.] Gadis Yang Ceria

398 71 0
                                    

Welcome and thank you for joining me to the new story About Us.

Don't forget to tap the star (⭐) before or after you read this chapter.

Now let's start!


Menjadi perwakilan kampus untuk menjadi pemandu seorang donatur membuatku gugup tapi sangat bersemangat.

Jantungku berdebar ketika tak lama lagi sang donatur itu hadir untuk melihat apa-apa saja yang kampusku ini banggakan dan capai.

Sejujurnya, aku cukup bangga dengan statusku yang menjadi mahasiswa kampus besar yang pasti semua orang di negara ini tahu betapa megah serta bagusnya kualitas di sini.

Dan senyumku semakin mengembang ketika sang donatur itu telah hadir. Dengan tatanan rapi dan tubuh tegapnya aku mendecak kagum.

Dia memang begitu berwibawa.

“Johnny Seo, senang mengenalmu Kim Jungwoo. Dan aku harap kamu santai saja ya, saya nggak begitu suka dengan cara terlalu formal,” ucapnya.

Aku mengangguk paham dan kami segera melakukan tur keliling kampus. Seperti keinginannya, aku menjelaskan semuanya secara detail dengan pembawaan santai tanpa menghilangkan kesopanan.

Hingga tiba waktunya sampai di area kantin, seorang gadis berseru memanggil sang donatur.

“Kak Johnny!”

Alisku bertaut, dan pak Johnny menghela napasnya lalu menggeleng pelan.

Gadis yang sebelumnya duduk di bangku kantin itu datang menghampiri dengan senyum lebarnya.

“Y/n, tolong jangan teriak. Kakak sedang ada urusan, ingat?”

Gadis yang di panggil itu tersentak, dan seketika melihat ke arahku. Mata kami bertemu dan terdiam untuk sesaat, lantas senyumnya mengembang untuk menyapa.

“Oh, maaf. Aku lupa,” sesalnya. Aku pun mengangguk maklum dan membalas seyumannya.

Lantas kembali atensi mengarah ke pak Johnny.

“Kak, makanan di sini enak loh. Cukup murah juga. Mau makan nggak habis ini?” tawarnya, lalu pak Johnny tersenyum dan mengangguk, mengusap lembut rambut gadis itu dan menatapku.

“Turnya udah selesai kan?”

“Iya.”

“Kalau begitu, ayo makan sama-sama. Saya yang traktir, gimana Jungwoo?”

Ah, rasanya aku harus menolak. Tapi senyuman dan anggukan antusias dari gadis di depannya membuatku ingin mengatakan iya.

“Kalau ditraktir, saya.. rasanya nggak enak Pak. Saya bayar sendiri saja.”

Pak Johnny terlihat berpikir sejenak, dan mengangguk dengan senyumnya.

“Baik kalau gitu. Ayo.”

Maka kami pun memesan makanan masing-masing. Seiring dengan kecapan yang ada, gadis itu dan pak Johnny berbincang.

“Kamu dari mana tahu kalau makanannya enak? Udah makan berarti kan, kenapa sekarang ikut pesan?” tanya beliau.

Gadis itu melirik, tersenyum lebar hingga gigi putihnya terlihat berderet. “Belum makan Kak, cuma berprasangka baik aja. Terus ketemu Kakak niatnya minta bayarin hehe, ternyata enak beneran. Beruntung dong!”

Pak Johnny menggeleng, “Iya, buntungnya di kakak.”

Gadis itu terkekeh dan pandangan kami bertemu. Aku yang memang tengah memerhatikan percakapan mereka tersentak dan menunduk.

Ketika mata itu menatapku, rasanya urat maluku bermunculan.

Tapi tawanya masuk dalam gendang telingaku, aku perlahan mendongak dan melihatnya yang tengah menyangga dagunya tertawa melihatku.

Tunggu, dia melihatku?

“Kakak nemu cowok di mana? Lucu banget.”

Apa maksudnya.. aku?

Pak Johnny mengerlingkan matanya malas, “Omongannya hei, kebiasaan. Itu Jungwoo, salah satu mahasiswa di sini. Tadi yang temenin kakak tur.”

Mulutnya menggumam, lalu uluran tangannya menjulur di depanku.

“Kenalin, Y/n Seo. Adiknya cowok tua di sampingku ini.”

“Hei!”

Aku tertawa canggung dan menyambut uluran tangannya, di sela tawanya yang mengudara dan dengusan kesal pak Johnny, aku tersenyum simpul.

“Kim Jungwoo. Salam kenal.”

Dan awal yang sempurna itu, aku pertama kali mengenalnya. Kamu, gadis yang ceria dengan segala keanggunan yang ada mampu membuat hariku saat itu semakin istimewa.

---

To be continued.

Friday, 11 september 2020

—regard, Day
23 december 2020

[3] Asphyxia • K. JungwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang