3 | Weirdness

2K 328 7
                                    

Naruto menatap tajam kearah panggung, cahaya temaram membatasi pandanganya.

Hatinya berdesir, apa benar itu Hinata? Bukankah gadis itu sudah mati bertahun-tahun lalu dan hangus terbakar bersama seluruh anggota keluarganya?

Ballerina itu terus menari diatas panggung dengan begitu gemulai. Lenganya bertengger dipinggul, lalu dengan gerakan yang sangat halus dia mulai memutar tubuhnya.

Begitu tubuh indah itu berputar dan lengan rampingnya terangkat tinggi, Naruto mendapati garis melintang dipergelangan tangan gadis itu.

Naruto mengerenyitkan kening, garis melintang itu seolah menjawab semua keraguan yang sempat hinggap dalam benaknya. Garis melintang dipergelangan tangan itu adalah milik Hinata, ia ingat betul tanda lahir di pergelangan tangan kiri gadis itu.

'Sebenarnya apa yang terjadi?'

.
.

Naruto melangkah lebar menuju backstage, beberapa penari mulai keluar dari sana usai pertunjukan. Ia harus memastikan semuanya, apa yang terjadi sebenarnya?

Seorang gadis keluar dengan langkah pasti, "permisi Nona." Naruto menahan seorang penari yang berpapasan denganya.

"Ya?" Shizuka mendongak dan menatap pria asing dihadapanya.

"Apa ada penari bernama Hinata didalam?" Naruto menunjuk pintu backstage dengan dagunya.

"Hinata?" Shizuka mengangguk pelan "tadi dia baru saja keluar." Gadis itu menunjuk sebuah lorong di sebelah kiri.

Tanpa mengatakan apapun Naruto berlari ke arah lorong panjang minim pencahayaan itu. Ternyata lorong itu membawanya kepintu samping venue, ia membuka pintu besi itu dan menoleh ke kanan dan kiri. Pandanganya langsung tertuju pada sebuah mobil hitam yang terpakir di tepi jalan. Seorang gadis dengan surai indigo panjang melangkah cepat kearah mobil itu.

"Hinata-.." Ujar Naruto pelan, gadis itu menoleh kearahnya sambil membuka pintu mobil.

Hinata mengerutkan kening, ia mendengar seseorang memanggil namanya. Saat ia menoleh, ia mendapati seorang pria berdiri disana, sedang menatapnya lekat-lekat. Mata  mereka bertemu untuk beberapa saat. Saling memandang dengan tatapan sulit diartikan.

"Hinata, cepat masuk." Toneri berujar dari dalam mobil.

Hinata tersentak "ah, iya." Ia mengalihkan pandanganya dari pria asing itu dan membuka pintu mobil lalu duduk dikursinya.

Naruto menatap jelas wajah gadis itu, mata indah dan wajah cantik itu. Ia mengenalinya, ia semakin yakin bahwa itu adalah Hinata. Ia masih berdiri terpaku disana, saat mobil hitam itu melaju pergi melewatinya, ia terus menatap kearah kaca mobil tempat dimana Hinata duduk.

Hinata menoleh keluar jendela dan menatap pria itu, ia merasa familiar dengan wajah pria itu, namun ia tidak mengenalinya sama sekali. Tapi kenapa pria itu terus menatapku dengan tatapan aneh?

Pandangan mereka kembali beradu, namun kali ini terhalang oleh kaca mobil hitam yang melaju cukup cepat.

'Sebenarnya siapa pria itu?'

.
.

Sampai di villa keluarga Uzumaki, Naruto tak banyak bicara. Pria itu termangu di balkon, mengingat setiap detail kejadian yang baru saja ia alami. Apakah dirinya tengah berhalusinasi? Atau memang yang baru saja terjadi itu memang sungguhan?

Tapi, bagaimana bisa?! Jika Hinata masih hidup, mengapa gadis itu tak mencari dirinya? Atau- kemana saja dia selama ini? Bersama siapa?!

"Sir." Suara Aoba membuat Naruto menoleh, tangan kanannya di Jepang itu datang dengan sebuah cangkir di tangannya. "Para pelayan bilang anda baru saja kembali." Ucap Aoba sambil menyerahkan cangkir berisi teh dengan perasan lemon yang masih mengepul.

Naruto menerimanya, meminumnya dalam seteguk lalu bertopang dagu pada pembatas balkon. "Aoba, apa benar kau adalah orang yang pertama kali mengabari Lebovny mengenai pembantaian pada keluarga Hyuga?"

"Ya, itu benar Sir."

Naruto memandang tajam pada Aoba. "Apa kau memastikan seluruh keluarga inti tewas?"

Aoba mengangguk pasti. Malam itu empat jasad yang hangus di temukan di lantai dua, dan sudah dipastikan bahwa itu adalah jasad dari Hiashi dan ketiga anaknya. "Ya Sir."

"Tapi aku melihat tunanganku hari ini! Perempuan itu masih hidup, dia berdiri bahkan menari di depanku!"

Bentakan Naruto membuat Aoba terperangah. Dari balik kacamata hitamnya Aoba memandang Naruto dengan tatapan tak percaya. Mana mungkin tunangannya masih hidup! "Sir, apa anda yakin?"

"Kau yang harus meyakinkannya," Naruto meletakan cangkir lemon tehnya dan memandangi Aoba dengan serius. "Hyuga Hinata, cari detail kematiannya! Aku ingin kau mengotopsi kembali jenazahnya."

"Sir-

"Bahkan penjaga makam keluarga Hyuga bersumpah, tak ada jasad tunanganku di sana."

"Itu hal yang mustahil, Sir."

"Aoba, lakukan yang aku perintahkan! Temukan detail mengenai tunanganku! Hidup atau mati, aku ingin setiap detailnya dengan rinci!"

.
.

Aoba menjambak surainya frustasi, harus bagaimana ia mencari tahu soal seorang gadis kecil yang telah mati bertahun-tahun lalu. "Kakashi, kau juga melihat jasadnya kan?"

Kakashi duduk termangu dikursi bar. "hm, aku melihat empat kantong jenazah yang di evakuasi dari lantai dua kediaman Hyuga." Apa mungkin mereka salah menyimpulkan bahwa Hinata adalah salah satunya?

"Apa mungkin kita salah?" Tanya Aoba mengusap wajahnya kasar, ini membuatnya gila. Bosnya itu pasti akan membunuhnya jika ia mengatakan bahwa ia telah salah mengira saat itu.

Kakashi menenggak wine dari gelasnya "mungkin saja, mayatnya hangus terbakar hingga tidak bisa dikenali sama sekali. Tapi anggota keluarga Hyuga yang ada dilantai dua kemungkinan besar adalah anggota keluarga inti."

"Apa mungkin melakukan autopsi sekarang?" Aoba memutar otak agar menemukan cara mendapati kebenaranya.

"Tidak mungkin! Mayatnya sudah hancur, lagipula kau pikir ini sudah berapa tahun huh? Mencocokan DNA pun sudah tidak mungkin, tak ada anggota keluarga Hyuga yang tersisa." Kakashi menatap gelas wine yang sudah kosong diatas meja bar.

"Lalu bagaimana, nyawaku dipertaruhkan disini." Ujar Aoba serius.

Kakashi menghela napas pelan "Jika memang benar yang dikatakan Naruto, bahwa gadis itu masih hidup. Maka kita harus mencarinya, meski keujung dunia sekalipun, daripada harus membuktikan kematianya yang belum pasti kebenarannya."

.
.

Tbc
In a collaboration with Cleorain

To My World [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang