Toneri menarik lengan Hinata dengan cukup kasar. "Apa yang kau lakukan dengannya?!" Maki Toneri.
Hinata sangat terkejut, ia memegang keningnya yang terasa berdenyut tanpa menjawab ucapan Toneri.
"Hinata, jawab!" Toneri memegang pundak Hinata dan mencengkramnya kuat-kuat.
"S-sakit." Hinata mencoba melepaskan cengkraman Toneri dibahunya.
Toneri sontak melepaskan cengkramannya dan menarik lengan Hinata kasar, untuk pergi dari tempat ini. "kita pulang sekarang."
Toneri menyeret lengan Hinata untuk keluar dari mansion dan masuk ke mobil. Ia membanting pintu dengan sangat kasar lalu duduk disamping Hinata. "Jelaskan padaku, apa yang terjadi. Bagaimana bisa keparat itu bersamamu?"
"A-aku.." Hinata berujar terbata.
Toneri menggebrak sisi kiri pintu mobil dengan keras "jawab aku Hinata!"
Hinata memejamkan mata dan memilih bungkam. Ia masih begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi padanya. Menjawab ucapan Toneri saat ini hanya akan membuat semuanya semakin runyam
...
Hinata menyelimuti tubuhnya hingga ke leher. Sejak kejadian malam itu, ia hanya berkutat di kamar, merutuki kebodohannya. Kenapa ia diam saja saat Naruto menyentuhnya?
Semua ucapan pria itu, tatapan mata tajam, serta sentuhan lembutnya terus terputar di memori seolah membekas dan melekat.
Sebuah pikiran gila melintas di kepalanya, ada perasaan aneh yang bergumul dalam dadanya saat melihat pria itu namun tidak ia rasakan saat bersama dengan Toneri. Meski perlakuan pria itu padanya sudah sangat kelewatan, ia bisa merasakan sebuah ketulusan disana.
Berbeda dengan Toneri yang sering kali memaksanya dengan sentakan kasar dan membuat dirinya memberontak sama kasarnya. Tapi dengan pria itu, rasanya berbeda, seolah seluruh kesadarannya hilang entah kemana dan kakinya lemas bukan main hingga tidak sanggup untuk beranjak.
Pintu kamarnya di ketuk dari luar, Hinata masih bergeming dan berbaring miring di atas ranjang.
"Hinata, apa kau sakit?" Kurenai melangkah masuk dengan ocha hangat ditangannya.
"Tidak bu." Jawab Hinata tapa menoleh.
Kurenai duduk di tepi ranjang dan meletakan gelas ocha di atas nakas. "kau bertengkar dengan Toneri ya?" Ia sempat mencuri dengar ucapan Toneri diluar rumah saat mengantar Hinata pulang dan pemuda itu terdengar sangat marah.
"Ibu tahu?" Tanya Hinata seraya bangkit duduk.
"Tidak sengaja mendengar, sedikit." Kurenai mengusap surai lembut Hinata yang sedikit berantakan. "ada apa?"
Hinata bergeming, ia hanya menggeleng.
"Ceritalah, seperti biasanya." Kurenai membujuk Hinata untuk bicara.
"Kurasa, aku sudah tidak mencintai Toneri lagi, Bu." Gumam Hinata pelan sekali, sebenarnya sudah lama ia merasakan ketidakcocokan dengan pria berstatus tunangannya itu. Mulai dari kebiasaan pria itu bermain wanita diluar sana dan sikap kerasnya membuat Hinata lelah.
Kurenai terkesiap "Hinata, kalian sudah bertunangan dan akan segera menikah, cobalah untuk saling percaya dan mengerti satu sama lain."
"Tapi, bu-.."
"Hinata, apa yang akan kita katakan pada keluarga Otsutsuki nantinya?" Kurenai menatap mata amethyst indah milik Hinata.
Hinata menunduk, ia tahu Ayah dan Ibunya pasti akan merasa malu jika ia membatalkan pertunangan itu. "tidak bisakah kita bicarakan baik-baik, kurasa keluarga Otsutsuki akan mengerti."
KAMU SEDANG MEMBACA
To My World [Published]
Fanfiction[FANBOOK] Hari terus berganti, sejak kabar memilukan itu hidup Naruto tidak pernah sama lagi. Rasanya ada sesuatu yang hilang dalam dirinya, namun entah apa. Apa karena gadis manis itu? Gadis mungil yang wajahnya tak pernah ia lupakan itu? Namun h...