16 | Trust

1.7K 209 9
                                    

Naruto mengusap lembut wajah cantik dihadapannya. Ia menyentuh garis wajah sempurna itu perlahan, menyusuri dan mengaguminya. Sentuhannya terhenti dibawah mata sembab Hinata, perempuan itu tertidur setelah lelah menangis. Sepertinya dia terlalu kalut hingga tidak sadar terlelap disini.

Menatap wajahnya sedekat ini membuat Naruto benar-benar terpesona, gadis kecil yang manis itu telah bermetamorfosa dengan sempurna. Wajah cantik dan tubuh indah itu membuatnya semakin tergila-gila. Tangannya menyentuh garis leher indah milik Hinata, menyusurinya perlahan turun melalui dada, perut hingga pinggul indahnya.

'Ah, sial!' tubuhnya bereaksi dengan cepat hanya karena Hinata berbaring di sampingnya.

Ia bangkit duduk dan melepaskan kaus yang dikenakannya lalu melemparnya asal ke lantai. Helaan napas pelan keluar dari bibirnya. Ia bisa saja melucuti pakaian Hinata dan menggagahinya malam ini. Tapi ia tidak akan melakukannya, ia ingin Hinata menginginkannya sama besar seperti ia menginginkan perempuan itu.

Ia merangkak naik keatas tubuh Hinata dan mengecup sekilas bibirnya. "kau akan segera menjadi milikku." bisiknya pelan.

.
.

Hinata mengerjapkan mata berat, kepalanya terasa sedikit pening. Saat membuka mata seutuhnya, yang pertama kali ia lihat adalah dada bidang seorang pria. Ia tidak terkejut, tentu ia ingat apa yang terjadi sebelum terlelap semalam.

Sampai saat ini ia masih merasa terkejut tentang kebenaran yang pria itu katakan. Hinata menatap wajah tampan pria itu

'Entah kenapa, aku begitu percaya padamu.'

Jika benar yang pria itu katakan, maka hanya pria itu yang ia miliki saat ini. Tentu saja hidupnya sekarang sudah cukup sempurna, namun apa gunanya jika semua itu hanyalah kepalsuan, ia siap jika harus kehilangan semuanya sekarang. Tak apa hidup sebatangkara asal hidupnya tidak dipenuhi kepalsuan seperti ini.

Hinata menyentuh garis rahang tegas pria itu dan merapatkan tubuhnya. Tanpa keraguan, Hinata mengecup lembut rahang tegas itu.

Naruto memiringkan tubuhnya dan mendekap pinggul Hinata. "Akan lebih baik jika kau melakukannya di bibirku."

Hinata terkesiap, ia pikir pria itu masih terlelap.

Naruto menatap mata amethyst Hinata dan mengusap lembut pinggulnya. "kiss me, if you want."

Hinata menatap balik mata saphire itu dan meletakan tangannya dileher sang pria dan menariknya untuk sedikit menunduk. Alih-alih mengecup bibirnya, Hinata justru mengecup pipi pria itu.

Naruto menarik sudut bibirnya dan bangkit dari posisi berbaringnya, menekan Hinata diatas ranjang dan merangkak naik keatas tubuh ramping itu. Perempuan itu melakukan kesalahan besar, jika menggodanya saat ini. Sudah cukup semalaman ia menahan diri agar tidak menyentuh tubuh indah itu. Tanpa mengatakan apapun, Naruto mendaratkan bibirnya diatas bibir Hinata, melumatnya dengan gairah menggebu-gebu.

Selesai dengan ciuman itu, Naruto memandang Hinata dengan penuh hasrat, tangannya bergerak sensual di atas permukaan kulit Hinata yang lembut. "Hinata," Naruto berucap setengah frustasi, kepalanya dipenuhi oleh refleksi sempurna perempuan ini. "Apa aku boleh memilikimu sekarang?"

Mendengar penuturan Naruto membuat pipi Hinata merona. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ambigu tersebut? Memandang wajah Naruto yang begitu bergairah membuat sesuatu mengusik hati Hinata.

Apakah pria yang berstatus sebagai mantan tunangannya ini benar-benar mencintai dirinya? Lalu, bagaimana pria ini menjalankan hidupnya selama ini? Berapa banyak wanita yang telah mengisi malam-malamnya? Seketika rasa ketidakpercayaan diri menerpa batinnya.

To My World [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang