19 | Mine

3.9K 222 18
                                    

"Bagaimana keadaan di dalam?" Naruto mengambil sebuah revolver didalam dashboard dan menatap keluar kaca mobil.

"Pemberkatan pernikahannya akan dimulai tiga puluh menit lagi." Ujar anak buahnya yang berdiri didepan pintu mobil.

Naruto menutup kaca mobilnya dan bersandar seraya menghela napas berat. Ucapan Hinata ditelepon beberapa waktu lalu, terus terngiang dikepalanya. Perempuan itu berhasil mengacaukan pikirannya hanya dengan sentakan seperti itu?

'Kau memang benar-benar membuatku gila Hinata.'

Ia memandang gedung gereja yang berdiri kokoh tepat dihadapannya. Ia akan pastikan pernikahan Hinata dan keparat itu tidak pernah terjadi, karena Hinata hanya akan menikah dengannya.

...

Aula gereja tua itu telah dihadiri oleh anggota keluarga dari mempelai pria dan wanita. Selendang putih berbahan brokat melintang indah dari kusen pintu gereja hingga ke altar. Harum bunga mawar semerbak memenuhi aula gereja tersebut, pagi yang tenang, dengan tetesan air hujan perlahan turun dari langit Hokkaido membuat suasana kian menenangkan.

Begitu sang mempelai pria naik ke altar, para tamu berdiri menghadap jalan tengah yang akan dilalui sang mempelai wanita.

"Sudah siap?" Asuma menatap kedepan sambil mengusap lengan putrinya.

Hinata tidak menyahut, lututnya terasa lemas. Bukan karena gugup, tapi karena ragu. Namun ia hanya mengangguk untuk mengiyakan ucapan Ayahnya.

Ball gown berwarna putih itu terseret dilantai menuju altar. Hinata menarik napas dalam sambil mengapit lengan ayahnya kuat-kuat, berharap tak jatuh tersungkur dihadapan para tamu atau Toneri mungkin akan menyeretnya menuju altar.

Toneri tersenyum simpul, akhirnya hari ini tiba. Gadis cantik itu akan resmi menjadi miliknya, bahkan semesta seolah mendukungnya untuk memiliki gadis itu.

Hinata menatap lekat pria yang berdiri diatas altar dengan senyuman tipis yang seolah mengejeknya. Tepat saat kakinya berhenti melangkah dan ayahnya memberikan lengan berbalut sarung tangan putih miliknya kepada pria itu, ia merasakan sebuah sesak di dada. Ini terasa salah.

Toneri menyentuh lengan Hinata dan menggenggamnya erat, menuntunnya untuk berdiri diatas altar. "Kau cantik, Hinata." Bisiknya pelan.

Hinata tergagu dan berdiri menghadap kedepan bersisian dengan pria itu.

Begitu pendeta mulai membacakan doa dan melangsungkan pemberkatan suasana begitu hening.

Hinata memejamkan mata, membiarkan hening ini menyelimuti kekalutannya.

...

Naruto turun dari mobilnya, ia memasukkan revolver nya kedalam sabuk kulit dipinggang dan melangkah masuk kedalam aula gereja itu.

BRAK

Pintu jati setinggi dua meter gereja tua itu terbuka dengan cukup kasar. Para tamu undangan pernikahan yang sedang larut dalam suasana khidmat pembacaan doa sontak menoleh dengan sedikit keterkejutan.

Naruto menatap lurus kearah altar dan mendapati Hinatanya disana. Pernikahan ini tidak akan pernah terjadi. Ia mengambil revolver disakunya dan menembakkannya ke udara.

Detik itu juga, suasana syahdu pernikahan itu berubah menjadi mimpi buruk

...

Suara letusan tembakan membuat riuh seisi aula gereja tersebut. Naruto melangkah cepat kearah altar dan menatap lurus tepat ke mata Hinata.

Hinata terkejut setengah mati saat mendengar suara tembakan tersebut dan betapa kakinya melemas saat mendapati Naruto disana. "N-naruto!" Ia nyaris saja jatuh tersungkur di altar kalau Toneri tidak menahan pinggulnya.

To My World [Published]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang