Sebuah teriakan masih terngiang di telinganya, cukup untuk di katakan keras karena suara itu terdengar jelas di telinga anak kecil berusia 8 tahun, ia ternyata melihat paman dan mama nya sedang bertengkar, anak itu hanya bisa menangis, rasa nya benar-benar sakit untuk mengingat nya. Kejadian itu sekitar 10 tahun yang lalu maka dari itu keluarga nya pindah rumah dan 5 tahun lalu, Mama nya meninggal karena kecelakaan. Lalu Papa nya memilih melanjutkan bisnis di luar negri agar bisa melupakan kejadian yang menyakitkan itu dan sekarang anak nya hanya tinggal bersama kakak nya saja.
"Andin! Ayo cepat kita udah mau terlambat nih!"
"Iya bang, sebentar lagi!" jawab Andin.
"Din udah siap kan?"
"Udah bang, yuk brangkat."
"Tumben andin mau dianter abang, ada apa nih?" goda Asya.
Andini memang lebih sering berangkat naik ojek online karena tak ingin merepoti abang nya yang sibuk itu.
"Biar ga digigit nyamuk."
"Alasan macam apa itu, sangat tidak bermutu," sewot Asya.
"Biarin hehe," jawab Andin sambil cengengesan.
Mobil Asya melesat dengan cepat, agar mereka tidak terlambat.
"Udah sampai, turun gih!" suruh Asya saat mereka tiba di depan sekolah Andin.
"Abang usir Andin ya? Jahat!" gurau nya.
"Udah, gausah banyak drama deh, cepet turun ntar Andin telat loh."
"Hehe iya bang Asya," jawab Andin sambil nyengir tak berdosa.
"Bekal nya jangan lupa diabisin ya Din," pesan Asya setelah Andin keluar dari mobil.
"Makasih bang Asya, dadah," Andin pun melangkah kan kaki nya kesekolah.
Entah kenapa semua siswa melihat kearah Andin, tapi Andini tau pasti karena dia di antar dengan seorang lelaki, memang tak banyak yang tau masalah pribadi nya apalagi tentang abang nya.
"Eh Din tadi lo dianter sama siapa? Pacar lo ya?"
Sebuah suara itu menghentikan langkah Andini, mau tak mau ia harus menoleh kearah suara itu, oh ternyata Monica.
"Bukan," singkat padat dan jelas itu lah jawab Andin.
"Terus siapa lo?" tanya Monica lagi.
"Bukan urusan lo kan?" lalu Andin langsung pergi.
"Belagu banget sih lo!!" teriak Monica namun andini tidak mengubis nya sama sekali dan Monica mendecak kesal.
Pelajaran pertama dimulai, yaitu diisi dengan ceramahnya Pak Wawan sang guru bahasa indonesia, Andini mendengar jelas semua keluhan teman-temannya karena sudah pada kelaparan Namun Andin adalah pendengar setia, ia tidak mau ambil pusing.
TRINGGGGG!!
Akhirnyaa bel istirahat berbunyi membuat semua hati lega, semua murid berlari berdesak-desakan untuk menghampiri kantin.
Namun Andin tetap di dalam kelasnya, ia lebih menyukai ketenangan yang sangat tenang saat di sekolah.
Lalu Andin meraih tasnya untuk mengambil bekal yang sudah di siapkan abagn nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust me
Teen FictionJika kau masih mempunyai kesempatan untuk hidup, maka hidup lah dengan semestinya. Lihatlah, jalanan menunggumu untuk pergi, jalan terus! Jangan terburu-buru, nanti kamu tersesat, pelan-pelan saja. Dunia ini mencintaimu <3