JWY 9

2 0 0
                                    

JWY 9

"SO? Here really we are?" Dylan cukup bisa membuat Zahra tersenyum saat ini. Senyumnya tidak memudar sepanjang jalan sejak mereka turun dari mobil. Memang Dylan tidak menuruti Zahra untuk berjalan kaki ke rumahnya. "Gue gak mau bikin lo terharu," begitulah katanya tadi.

Dylan hanya mengangguk dengan tatapnya yang lurus ke depan. Memandang jalan yang akan Ia pijak dengan langkah santainya kali ini. "Are you the actual Dylan?"

Pertanyaan yang itu sukses membuat Dylan menoleh dan menatap horor Zahra. "Lo kira selama ini gue gaib, apa?" sewotnya.

"Sewot aja, lo!" cibir Zahra yang masih berjalan sejajar dengan langkah santai Dylan.

Disinilah mereka. Jalan raya malam yang gemerlapan karena lampu warna-warni yang terang. Di kanan-kirinya terdapat banyak sekali pedagang makanan berbagai jenis yang siap bersaing mendapat banyak-banyak perhatian dari ramainya pengunjung yang datang. Jalan itu memang ditutup setiap malam Minggu untuk kegiatan ini hingga Minggu siang, dimana orang-orang melaksanakan Car Free Day.

Zahra kembali bersuara. Ia masih tak tahan dengan semua kalimat-kalimat di benaknya karena Dylan malam ini bukanlah Dylan yang Ia bayangkan, juga bukan Dylan yang Ia kenal selama ini. "So, is this your date version?" tanyanya sambil menatap gemerlap lampu yang membuat matanya ikut bergemerlap.

"What do you think about my version before?" Dylan bertanya balik. Dan sepertinya sedari tadi mereka saling melontarkan kalimat tanya untuk menjawab pertanyaan dari lawan bicaranya. Mungkin jika mengikuti permainan 'Tanya Aku' mereka akan menjadi pasangan juara.

"Gue kira yang ngebosenin, just like... Dinner?"

"Sengebosenin itu, ya emangnya muka gue?" Benar, kan? Pertanyaan yang masuk dibalas kembali dengan pertanyaan. Herannya mereka tidak merasa dan tetap saling menanggapi.

"Iya." Jawaban Zahra tersebut sukses membuat Dylan tertawa pelan. Namun Zahra melihatnya malah mengernyitkan dahinya heran. "Kenapa, lo?!" tanyanya ketus, karena menganggap tak ada yang lucu untuk ditertawakan makhluk sedeng di sebelahnya ini.

"Jujur amat, sih, lo."

So seriously? Zahra mengangkat sebelah alisnya. "Gimana, ya? Mau bohong dosa, tapi kalau jujur malah salah. Heran, gue." Zahra melipat kedua tangannya di depan dada dan melangkah lebih cepat sehingga mendahului Dylan. Namun Dylan cepat-cepat menyusulnya.

"Ngebet amat jalannya. Pengen banget gue susulin," sindir Dylan. Namun Zahra mengacuhkannya dan kembali berjalan santai seperti awal tadi. "Jadi? Lo gak pernah ngedate pakai dinner, dong?" Dan pertanyaan itu membuat Dylan menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya ke samping menghadap Zahra.

Karena teman jalannya berhenti, secara otomatis Zahra ikut berhenti dan ikut memutar tubuhnya untuk menghadap Dylan. Posisi mereka sekarang di tengah-tengah jalan yang tidak terlalu digunakan orang untuk berjalan, karena sebagian besar lebih memilih mendekat ke arah para penjual untuk mengintip sesuatu yang dijual. Jadi tidak ada acara diprotes orang atau diomeli emak-emak karena menutupi jalan.

Dylan memiliki kesempatan berbicaranya sekarang. "Pertama, gue gak pernah ngedate. Kedua, gue mau ngedate sama siapa? Ketiga, gue gak kepikiran untuk ngedate. Keempat, gue gak tahu ngedate yang sebenernya itu kayak gimana. Kelima—"

"Eittt! Stop! Stop!" sela Zahra begitu Dylan akan mulai nyerocos. "Udah, diem!"

"Lah, lo nanya sekarang malah gue disuruh diem," protes Dylan. Sepertinya ini akan menjadi awal dari mereka adu mulut lagi.

JUST WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang