JWY 10

3 0 0
                                    


"LAN, ADA SATPOL PP!" Teriakan itu sukses membuat seisi ruangan tertawa. Kecuali Dylan tentunya. Ia hanya mendengus kesal sambil menatap tajam Leon yang sedari seminggu yang lalu koar-koar sana-sini.

Mereka sedang berada di markas Efse sekarang, membolos pelajaran setelah jam istirahat. Sebenarnya tadi hanya Dylan yang datang ke tempat ini, namun tiga kunyuk itu mengikutinya. Ditambah lagi dengan Caesar yang megajak Fifa. Tidak mau hanya perempuan sendiri, cewek itu mengajak ketiga sahabatnya. Jadilah saat ini Dylan dan Zahra dijadikan bahan guyonan.

Bukan hanya Dylan yang merespon seperti itu, tapi juga Zahra dan Darren. Alasannya, Zahra dijadikan bahan guyonan juga, kalau Ia tertawa berarti Ia goblok, begitu saja. Sedangkan Darren memang bocahnya yang jarang berminat tertawa.

"Diem, lu, buluk!" sewot Dylan sembari merebahkan tubuhnya di sofa yang tersedia di ruangan tersebut.

"Yah, baperan Kak Dylan."

"Lo buka mulut lagi, gue tepak kepala lo!" tunjuknya pada Leon.

Melihatnya, Ia membulatkan bibirnya mirip seperti karakter Janquelin, seolah menyatakan kagetnya yang dibuat-buat. "Aww, Kak Dylan nakal gitu, pantes Bapak Satpol PPnya marah," ledeknya dengan suara manja yang dibuat-buat. "Baperan tuh bapak-bapak, ketularan, lo."

TAK!

"DUH!"

"Gue wakilin, deh, Kak Dylan!" Orin nyengir di balik tubuh jangkung Leon yang menatapnya horor.

"Salute!" Dylan memberi jempol dari tempatnya dengan seulas senyum miringnya. "Kubu gue, lo?"

Mendengar Dylan yang terlalu pedenya itu, Orin terkekeh geli. "Ada mana, orang gue suker aja denger Kak Leon cicit-cuit dari tadi. Kalo gue, sih shipper aja," kekehnya pelan.

"Kurang ajar."

"Gue juga ikutan, ah." Darren bersuara dengan seulas senyum tipisnya. "Cocok, kok."

"Apaan, sih, lo!" cetus Zahra melemparinya dengan penghapus hitam yang entah bagaimana bisa nyasar di sofa yang Ia duduki. Namun sialnya, penghapus itu terlempar sembarang, sehingga belum sempat mengenai Darren, penghapus itu sudah mendarat di depan kakinya. Darren tertawa kecil seakan meledek Zahra yang mulai kesal dengan bibirnya yang monyok.

Tidak mau semakin kesal dengan keadaan, Zahra memutuskan untuk meninggalkan tempat itu. Namun, semesta seolah masih belum puas menertawakannya. Keputusannya untuk bangkit dari tempatnya ternyata dimiliki Dylan juga. Dan jadilah mereka berdua bertatapan atas kejadian kering dua detik barusan.

Enam orang laknat di sana didapati sudah mesam-mesem dengan ambigunya. Hihh, ngeselin.

"Cieee, barengan..." kompaknya diiringi tawa yang pecah melihat keduanya salah tingkah begitu. Keduanya kompak membuang muka kikuk.

"Cuit, cuit, Babang Dylaaan! Aku bersorak untukmuuu!" Leon berteriak dengan gaya tengilnya.

"Masa udah sampe kejar-kejaran sama Satpol PP masih anteng-antengan gitu. Padahal mah hatinya masih berlari-larian, eaa!" Caesar menyahut diikuti sepatunya yang melayang indah dan mendarat mulus di wajah Dylan.

Zahra tidak jadi kesal, Ia tak tahan dan terbahak melihat ekspresi terkejut Dylan ketika menerima timpukan sepatu Caesar. Tapi meskipun sepatu itu ringan, tetap saja api di mata Dylan mulai tersulut untuk melemparnya kembali.

"Lo kalo mau lempar-lempar pilih-pilih, kek!"

"Eits, gak kena, AHAHAHAHAHA!" Caesar tertawa dengan riangnya karena Ia berhasil menghindari timpukan Dylan dengan meleyotkan pinggangnya sekaligus pose meledek pada Dylan yang semakin kesal dibuatnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JUST WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang