JWY 3

19 0 0
                                    

Haiii!
JWY udah publish chapter 3 loh
Yakin masih siders?
Aku cuma minta vote aja kok
Kalo mau kritik dan saran langsung komen aja
Bakal aku terima, kok:)
Oh, iya. Itu poto Mas Satria ada di mulmed, yaw:)
So, now, hepiriding🦄

Sore yang dingin menyelimuti suasana SMA BTI. Awan gelap juga menampakkan aura jahatnya. Di tempatnya, Zahra mencebik kesal sambil menggosok-gosok lengannya. Gadis itu rasanya ingin mengumpat sekeras-kerasnya. Ia sudah menunggu lama di halte, ternyata orang tuanya menghadiri kondangan di tempat kolega bisnisnya dan Zahra disuruh naik ojek online. Bukan masalah bagi Zahra untuk naik ojek online, namun dari tadi tidak ada yang mempick-up orderannya itu meningat cuaca sedang tidak bersahabat sama sekali.

Tidak puas dengan keadaan Zahra yang sedang apes begini, sahabat-sahabatnya malah memamerinya foto mereka yang sedang berpelukan hangat dengan selimut tebal. Sialnya, mereka tidak hanya memamerinya saja, tetapi juga meledek Zahra dengan kata ‘mampus’ yang berderet tiga dengan rapi di kolom chat group.

“Apes! Bangke! Kebun binatang!” dumelnya sambil mengunci ponselnya dan kembali menggosok-gosok lengannya. “Aish! Perasan kemarin-kemarin panas, deh. Napa hari ini jadi mendung tebel kaya gini, sih. Mana gue gak ada persiapan bawa jaket lagi.”

Belum puas mendumel, bibirnya sudah akan bergerak, namun empat mobil hitam mewah secara berderet berhenti di depannya. Kaca mobil paling depan terbuka menampilkan wajah Dylan dengan raut seperti biasanya, datar. “Nunggu jemputan?” tanyanya dengan nada tak jauh dari ekspresinya.

“Iya, nih. Lo bi-“

“Oh,” sedetik kemudian mobil itu melesat kencang diikuti tiga mobil di belakangnya.

Zahra melongo di tempatnya. “So seriously?” Zahra terheran-heran di tempatnya. Masih tidak habis pikir dengan kejadian barusan. “What the hell gitu barusan? Intermezzo?” Masih dengan nada herannya dan raut melongonya, Zahra berkacak pinggang di tempatnya.

“Tadi itu serius, kan?” ulang Zahra yang masih tak percaya dengan apa yang terjadi barusan. “Udah, deh, Ra. Gak usah dipikirin Cowok Datar gendeng modelan dia,” ucap Zahra bermonolog.

Tapi nyatanya Zahra masih kepikiran. “Sebenernya apa, sih, visi misinya barusan? Kaya orang dongo tau. Anterin kek. Main “oh” terus WUT gitu aja. Ah, bodo, deh!”

Puas mendumel, Zahra mengecek ponselnya. Belum ada mamang ojol yang mempick-up orderannya. Zahra mendengus kesal sambil mondar-mandir di depan bangku halte yang sepi itu.

Tak berapa lama, terdengar suara motor yang memelan. Zahra menoleh, siapa tahu temannya yang ingin memberinya tumpangan pulang. Zahra sudah sumringah melihat itu adalah Satria dengan vespa maticnya.

Baru saja Zahra ingin membuka mulut, Satria sudah menyambar duluan. “PULANG WOY, KEBURU HUJAN!” teriaknya seolah Zahra budek. Lalu dengan tanpa dosanya dia memutar gas motornya kencang, meninggalkan Zahra yang melongo di tempat untuk kedua kalinya.

Dengan raut herannya, Zahra mengangkat kedua tangannya lebar dengan telapak tangan yang menengadah ke langit. Menyiratkan makna ‘mengapa?’ dengan matanya yang tertuju pada punggung Satria yang sudah menjauh.

“Mereka gendeng apa, ya?” heran Zahra di tempatnya dengan gaya kacak pinggangnya yang terkesan lebay.

Lebay raimu diampelas, orang temen-temennya yang pada gak punya akhlak semua.

-JustWantYou-

Zahra merobohkan tubuhnya di kasur empuknya setelah Ia melepas sepatu dan seragamnya yang basah yang kemudian digantinya menjadi baju santai. Zahra masih terheran-heran dengan kelakuan Dylan dan Satria tadi. Untung saja tadi ada yang mempick-upnya meskipun harus menerobos hujan karena Zahra dan mamang ojolnya tidak membawa mantel.

Tak mau terus terkurung dalam keheranan, Zahra langsung menekan ikon WhatsApp pada ponselnya. Dan disemprotlah Satria di sana.

< Satria Bego
online

Zahra: Heh nyet! Baik banget nyuruh gw pulang

Satria Bego: Naon mba?

Satria Bego: Baik elah. Emg napa?

Zahra: Goblok sia! Barengin kek gwnya! Basah kan jdnya

Satria Bego: Lah, lu gak ngomong nyet

Zahra: Gmn mo ngmng cb. Lu tereak nyuruh plg doang abis itu ninggalin w dgn watados lu yg kek babi gt

Satria Bego: Eh? Hus! Gk baik ngatain suami

Zahra: Suami2 palalu kepenggal! Gmau tau besok pkknya hrs jmpt w.

Satria Bego: Yee, enaknya aja. Gamau ah

Zahra: Tkt gebetannya ilang blg aja mas

Satria Bego: Dih, segala pake mas. Ngode buat dihalalin?

Zahra: HEH! NAJIS MUGHOLADHO! Mau Eunwoo ae

Satria Bego: Ya? Satria? Oke ni otw bli cincin. Ukurannya brp neng?

Zahra: BODOAMAT SAT BODOAMAT!

Zahra: Pkkny bsk jemput!.

Satria Bego: Iyaiya ndoro
Set 7 dh siap pkkny

Zahra: YEAY, MAKASIH BEB, MUAH

Satria Bego: AWOKAWOKAWOK:v

Tidak perlu heran lagi. Meskpun baru satu bulan kenal dan bersahabat, Zahra dan Satria sudah berani barbar satu sama lain. Seperti ini, memanggil beb dengan ringannya.

Tak berapa lama, ponselnya mmebunyikan notifikasi dari Line. Dilihatnya akun baru yang mengaddnya tersebut. Dylan Daumin. Zahra mengerutkan alisnya heran. Tumben-tumbenan bocah gak ada akhlak modelan dia ngeadd gue.

Tak banyak berpikir, langsung saja Zahra mentap roomchat Dylan itu.

< Dylan Daumin

Azzahra Mikayla: Apa

“Beh, langsung dibaca,” ucap Zahra bermonolog

Dylan Daumin: Apasih

Azzahra Mikayla: Yee, w baik nih
Bocah kek lu ngeadd duluan, waras lo?

Dylan Daumin: Gt aja baper, cih

Azzahra Mikayla: Wut the hell?
Baca dong sejarahnya
Menye amat w baper gegara diadd dulu sm bch gada akhlak modelan l

Di seberang sana, Dylan mengerjapkan mata dan hampir tertawa membaca balasan Zahra. Masih dengan wajah datarnya yang khas, Dylan mengetikkan balasan di ponselnya.

Dylan Daumin: Gd akhlaknya bagian mn cb

Azzahra Mikayla: HEH, NYET!
Makanya mata tuh dibuka y!
Nanyain doang “nunggu jemputan?” bareng dijawab langsung nyamber “oh” gt aja trs wut pergi kek gada dosa
Anterin kek
Mau ujan jg
Basah kan w jdnya

Dylan Daumin: Sadar diri
L tuh gbs melek

Dylan Daumin: Lagian ngarep bgt dianter w

Azzahra Mikayla: Dih, klo cuaca g mau ujan jg w ogah amat minta anter l plg
Jalan kaki ae mampu w

Dylan Daumin: Sok l

Azzahra Mikayla: BODOAMAT LO COWO DATAR, SONGONG, KAKU, GADA AKHLAK, BANYAK DOSA!!!

Jadilah pesan menggantung karena Dylan tertawa di seberang sana, membuat Efse terheran-heran sendiri.

“Lo kenapa, sih, Lan? Tumbenan amat lo liat hp ketawa sendiri,” ucap Caesar sambil membenarkan letak kacamatanya.

“Jangan bilang lo punya gebetan,” tambah Leon sambil melotot.

“Paan, sih, lo pada. Ngurus aja,” jawab Dylan sinis tetapi masih dalam konteks bercanda. “Urusin noh gebetan lo yang gak mau terima lo,” tohok Dylan pada Leon. Seketika itu semua yang ada di ruangan tersebut terbahak.

Leon yang ternistakan hanya bisa menyipitkan matanya dan mengembang-kempiskan hidungnya. “Asem, lo!” umpatnya.

Memang mereka sedang berada di kamar Dylan. Hujan-hujan seperti ini enaknya menikmati teh hangat kayu manis buatan Canu, kakak Dylan.

Ya, Dylan memang mempunyai kakak perempuan yang terpaut tiga tahun di atasnya. Seperti yang telah tersebutkan, namanya Canu, Soracanu Daumin. Cewek itu sangat multitalent. Jago menyanyi, menari, memasak, dan juga bersikap keibuan saat ibunya dan Dylan pergi ke luar negeri untuk mengurus pusat perusahaannya yang berada di Inggris.

Namun satu yang sangat menonjol, Canu itu galaknya luar biasa. Titahnya yang tidak bisa ditolak dan ethesnya cara bicaranya adalah karakteristik utamanya. Namun galak itu Ia tetapkan dalam konteks bercanda. Hal itu membuat Efse sangat menyayangi dan menghormati Canu. Mereka juga menganggapnya seperti kakaknya sendiri.

Usia yang tidak terpaut jauh membuat Efse mudah berbaur dengan Canu. Selain itu, mereka juga sudah terbiasa untuk curhat dan bercanda hingga larut malam dengan Canu.

“Itu Zahra?” tanya Darren dengan nada tidak merasa bersalah sama sekai setelah melihat ponsel Dylan. “Tumben lo ngomong sama orang lain, apalagi cewek, sampe sepanjang itu?”

“Orang lain gimana? Kalian sendiri yang bilang kalo Semprul itu udah jadi satu sama Efse. Emang salah gue chatan gini sama Zahra? Ke cewek lo lo pada juga gue gini kan?”

“Cewek gue siapa?” tanya Darren masih dengan raut polosnya yang menggemaskan.

Dylan, Leon, dan Caesar tersenyum kecut bercampur miris. “Iya, deh, Dar, iya, lo gak punya cewek.”

“Oh,” jawab Darren santai. “Tapi itu lo add dia duluan.”

Kata-kata itu sontak membuat Leon dan Caesar melotot. “Parah lo, Lan! Dulu aja si Fifa add Line lo, lo gue paksa buat addback. Sekarang lo add duluan? Ke Zahra?!” heboh Leon.

“Alay lo,” ucap Dylan sambil merebahkan tubuhnya ke kasur, melempar ponselnya sembarangan, kemudian memejamkan matanya.

“Ye, bolot. Temennya kepo malah ditinggal tidur,” dumel Leon sambil melempar sepatu yang dikenakannya ke wajah Dylan dengan kecepatan pelan, Ia cukup tahu untuk anarkis dalam bercanda.

Seketika Dylan mendudukkan tubuhnya dan menatap Leon tajam. “Apa lo!” tantang Leon.

“Goblok!”


Minta tolong buat pencet pojok kiri bawah aja kok:D

JUST WANT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang