Pepatah Mulutmu Harimaumu?

8 2 0
                                    

Jangan lupa vote+comment ya
Happy reading

Setelah menonton film horor yang membuat mereka olahraga jantung beberapa hari lalu, kini persekolahan mulai kembali masuk.
Tak terkecuali Qoriah, ia sudah siap dengan seragam putih abu-abunya. Ponselnya berbunyi saat ia tengah menggunakan jilbab putihnya.

"Asalamu'alaikum"jawabnya.

"Wa'alaikumsalam, udah siap belum lo?" Tanya seseorang disebrang sana.

"Ngapain lo telpon gue? Kitakan nggak berangkat bareng"

"Lo biasanya suka telat kalo nggak gue ingetin"

"Bawel lo. Gue udah siap lima menit yang lalu kalo lo nggak telpon gue" sewot Qori.

"Bukannya bersyukur ada yang ngingetin, malah ngatain lo"

"Terima kasih Yadi yang baik hati dan tidak sombong suka menolong gantengan suga bts. Assalamu'alaikum." Setelah mengucapkan pujian setengah hatinya Qoriah memutuskan sambungan telepon mereka.

Ia mengambil tas ransel dan helmnya ia segera berangkat ke sekolah.
Waktu menunjukkan pukul tujuh tepat, namun Qoriah terjebak lampu merah. Ia kembali melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Qoriah mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan sedang.

"Falya" sapa Qoriah saat sudah sampai kelasnya pada seseorang yang menggunakan seragam putih abu-abunya dengan rok panjang dan baju panjang, namun tidak menggunakan jilbab sepertinya.

Temannya bernama Falya yang kedapatan sedang bercermin berusaha menggunakan topi itu menengok padanya.

"Qoriah, gue kangen" ucapnya sembari merentangkan tangan.

"Utututu kangen juga.." jawab Qoriah yang saling merentangkan tangan untuk berpelukan.
Hingga suara melengking muncul di indra pendengaran mereka.

"Ikut berpelukan dong, biar kayak teletubies" ternyata yang baru saja berucap adalah Yasmin yang sepertinya dari kantin karena ia membawa sebungkus roti.

"Sini..." sahut kedua temannya.

"Heh, kok ada teletubis disini?"
Lagi-lagi suara itu, Qori hafal suaranya.
Ia sedang berjalan ke arah mereka sembari menggunakan dasinya yang terlihat berantakan.

"Ganggu aja lo Yadi" ketus Yasmin

"Nama gue Yahya bukan Yadi" sewotnya.

Mereka keluar kelas menuju lapangan yang sudah banyak siswa disana untuk mengikuti upacara bendera.



Para siswa berhambur memasuki kelas masing-masing. Satu jam lalu siswa menjalankan salah satu kewajiban untuk mengikuti upacara. Mungkin hari senin adalah salah satu hari yang dihindari para siswa, tak terkecuali teman-temannya yang kini sedang didalam kelas.
Qoriah yang sedang meneguk minumnya.

"Selamat pagi anak-anak" suara bariton tersebut membuat para siswa kembali ketempat masing-masing.

"Pagi pak" jawab para siswa.

"Pagi ini kita akan belajar matematika dikelas dua ini"

"Ya pak."

Pelajaran berlangsung dikelas dua setelah libur panjang kenaikan kelas mereka.

"Nih pelajaran matematika apa pelajaran pendidikan agama sih?" Sontak Qoriah yang sedang menulis materi segera menengok teman sebelahnya itu.

"Emang kenapa?" tanya Qoriah balik.

"Pengen istighfar mulu bawaannya" keluh Falya, yang menimbulkan tawa Qoriah setelahnya.

"Mohon bersabar ini ujian." ucap Qoriah sembari menapuk pundak temannya.

Bel istirahat berbunyi, membuat siswa kelasnya menjadi semangat empat lima untuk pergi ke kantin.

"Panggilan kepada Qoriah" suara itu membuatnya menoleh ke arah pintu masuk kantin yang di penuhi para siswa.

"Rasanya seperti anda menjadi iron man" keluh Yahya ketika sampai di kantin tempat Qoriah duduk.

"Kenapa?" tanya Qoriah saat Yahya sudah duduk disampingnya.

"Nanti gue pulangnya nebeng lo ya?"

"Emang kemana motor lo?"

"Dibengkel bannya bocor."

"Iya. Eh tapi entar gue mau sholat zuhur disekolah"

"Sama kali, gue juga"

"Kenapa lo nggak telpon gue aja?" Qoriah penasaran kenapa temannya ini mau repot-repot datang ke kantin yang berdesakan itu.

"Telpon gue lowbat." diangguki oleh Qori.
Tangan Yahya terulur merebut garpu Qori dan mencomot cilok yang tinggal setengah itu.

Main comot aja lo" protes Qoriah namun tetap membiarkannya.

"Rasanya anjing banget" ucap Yahya sembari mengunyah cilok rampasannya.

"Astaghfirullah" Yahya sontak menoleh memdengar istighfar berjamaah tersebut.

"Hehe maapkeun aing lupa" ucapnya sembari menampilkan deretan giginya.

"Heh Yahya lo tahu nggak kalo pengumpat itu dilarang, udah ada di surat Al-Humazah ayat 1" kesal Qoriah. Ia tidak suka teman-temannya mengumpat, selain mereka berdosa telinganya juga ikut mendengar kata tidak senonoh itu. Jika ia tiba-tiba mendengarnya ia akan segera menutup kedua telinganya.

"Ya Allah Yadi telinga gue berdosa" protes Englan.

"Iya. Kalo mau dosa tuh jangan ngajak-ngajak ya" kini giliran Falya yang memprotesnya.

"Ampuni baim ya Allah" ucap Yahya dengan kedua tangan menadah seperti sedang berdoa.
Langsung diberi tatapan jijik teman-temannya.

"Udahlah pergi aja lo daripada buat dosa banyak-banyak disini" usir Yasmin.

"Iya. Gue juga mau pergi. Bye" ketus Yahya lalu berlalu meninggalkan kantin.

Tidak lama bel masuk berbunyi, mereka kembali ke kelasnya dan mengikuti jam pelajaran selanjutnya.

"Lo jadi bareng Yadi Qor?" tanya Falya yang kini sedang memasukkan buku-bukunya.

"Jadi, emang kenapa?"

"Gue ikut sholat di mushola dulu deh"

"Ya udah ayo." Qoriah menggendong tasnya dan keluar kelasnya dengan Falya.

"Falya mau kemana lo?" tanya Englan.

"Mau sholat zuhur di mushola"

"Gue ikut" teriakan itu berasal dari Yasmin yang tengah menenteng jaketnya.

"Nggak udah teriak kali, gue juga mau ikut" tegur Englan.

"Yadi" merasa ada yang memanggil Yahya menoleh mencari keberadaan Qoriah, karena siapa lagi yang memanggilnya dengan sebuta itu selain Qoriah dan teman-temannya.

"Udah sholat?" tanya Qoriah, ketika Yahya sampai didepannya.

"Udah, lo baru mau sholat?"

"Iya" jawab Qori singkat.

"Ya udah gue tunggu ditaman aja ya?" di tanggapi anggukan Qori.

Mereka lekas melaksanakan sholat.
Menurut Qori, menunda sholat itu tidak baik. Katanya, bagaimana jika kita bisa sholat sekarang, tapi kita menundanya, dan saat kita baru akan melaksanakan sholat kita sudah dipanggil.

"Yadi" sapa Qori yang menemukan Yahya duduk di kursi taman memainkan ponselnya.

"Udah kan? ayo" ajak Yahya.
Qoriah mengangguk, merogoh sakunya guna mengambil kunci motornya.

"Cepetan keong" protes Yahya saat Qori berjalan dibelakangnya.

"Lo aja jalannya kayak kuda" balas Qoriah, sembari mengerucutkan bibir.

Hingga sampai di tempat parkir, mereka sempat beberapa kali protes satu sama lainnya.

-----

Assalamu'alaikum
Maapin kalo masih aja acak adul ya
Dikarenakan tugas sekolah yang udah menggunung, saya baru bisa update sekarang.

Jangan lupa vote+comment!
See you next chapter🐘

Qoriah Uswatun KhasanahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang