Jangan lupa vote dan comment ya
Gratis kok nggak bayar
REVISI-----
Adzan subuh membangunkan gadis dengan nama lengkap Qoriah Uswatun Khasanah itu untuk segera menunaikan kewajibannya melaksanakan sholat subuh.
"Masak apa bu?," ucapnya setelah sampai didapur dan menjumpai ibunya sedang memasak.
"Masak nasi goreng. Kamu nanti pindah ke tempat kosnya jam berapa?"
"Mungkin sekitar jam delapan nanti bu, kenapa?"
"Enggak, kayaknya nanti ibu sama bapak bisa nganterin"
"Kalo emang nggak bisa juga nggak papa bu" ucapku sembari mengupas bawang.
"Ya alhamdulillah kalo ibu sama bapak bisa nganter ehehe" jawab Qori sembari terkekeh.
Pukul sepuluh Qori, ayah dan ibunya sampai ditempat indekos Qori.
Jarak Rumah Qori dengan tempat kosnya memang cukup jauh, jalannan macet yang membuatnya semakin lama dijalan."Kamu kalo pulang sekolah jangan main mulu, inget kesini buat belajar bukan main."
"Iya bu", mengingat ini adalah pertama kalinya Qori menjadi anak kos.
"Sholatnya jangan ditinggal, sesibuk apapun kamu harus tetep sholat", tambah ayahnya.
"Iya bapak."
"Inget sholat itu yang paling pertama ditagih diakhirat Qoriah".
"Iya ibuku sayangku cintaku"
"Jangan lupa makan juga, jangan sampai maag kamu kambuh gara-gara nggak makan ya"
"Ya aku selesain tugas dulu baru makan"
"Ya kalo tugasnya masih banyak mending tinggal makan dulu, baru dilanjutin tugasnya"
"Iyaa." Berdebat dengan ibunya memang akan memakan waktu lama, akhirnya ia hanya akan mengalah dan menjawab iya.
"Yaudah bapak sama ibu mau pulang, kamu bisa masukin sendirikan barang-barang kamu?" tanya ayahnya.
"Bisa kok pak, nanti kalo nggak bisa aku minta tolong sama Yadi aja" jawab Qori.
Yadi memang juga ngekos di sini,itu merupakan salah satu alasan ayah dan ibu Qori mengizinkannya ngekos.
Walaupun tempat kosnya campur namun tempat perempuan dan laki-laki dipisah."Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" jawab Qori sembari mencium tangan ayah dan ibunya bergantian.
"Oh iya, titip salam sama Yahya"
"Siap, nanti Qori sampain ke Yadi. Hati-hati dijalan pak bu." Ucapnya, tersenyum sembari malambaikan tangannya.
Qori memang memanggil Yahya dengan sebutam Yadi.
Karena nama lo Yahya Adi jadi gue panggil yadi aja ya.pinta Qori
Dengan cukup terpaksa Yahya menerimanya.Qori mengantarkan orang tuanya hingga ke pintu gerbang.
"Dada..." ucapnya sambil melambaikan tangan. Yang dijawab ibunya dengan melambaikan tangannya sembari tersenyum. Menunggu hingga sepeda motor berjenis matic yang digunakan ayah dan juga ibunya tidak terlihat.Ia kembali ke kamar yang akan ditempatinya. Ketika ia sampai ibu dan bapak kos sudah menunggunya didepan pintu kosnya.
"Assalamu'alaikum."Ucap Qori sembari mencium punggung tangan kedua pemilik kos tersebut. Ayah dan ibunya memang mengajarkan Qori mencium tangan orang yang lebih tua.
"Wa'alaikumsalam". Untung saja mereka cukup ramah padanya, Qori jadi lega. Ia sempat membayangkan mendapatkan pemilik kos yang galak dan akan menjadi tukang menagih uang kos sembari teriak-teriak apabila ada yang belum membayar uang kos.
"Ini kunci kamar kos kamu"
"Iya buk, makasih ya buk pak", ucapnya sembari menerima kuncinya.
Ibu kos mengusap kepalanya."Semoga betah ya kamu disini, ada temanmu kan yang kos disini juga?"
"Ada kok bu,si Yahya".
"Oh si Yahya itu temen kamu?, dia itu kalo pulang sekolah temennya udah pulang jam 2, dia pulangnya jam 4 sendiri."
"Dia emang suka pulang nglambat bu" jawab Qori sebari terkekeh.
"Eh, nggak ada ya Qori nglambat-nglambat. Yang ada itu gue ngebantuin lo nyari buku diperpustakaan."
Suara cukup keras itu terdengar dari arah belakangnya. Mereka menoleh.
Siapa lagi pelakunya jika bukan Yahya.
Dengan menggunakan celana selutut dan hoodie yang kebesaran untuk tubuhnya.
Yahya dan Qori memang teman satu kelas yang berteman sejak kelas satu."Yahya.. kamu itu, temen dateng bukannya bantuin malah teriak-teriak"
"Ini juga mau bantuin bu" jawab Yahya dengan nada lesu. Sebenarnya dia datang karena sudah diberitahu Qori bahwa ia sudah sampai ditempat kos.
"Yaudah kalian beresin dulu kamarnyan, kita mau kadepan lagi."
"Iya bu, pak" jawab Qori.
"Kapan lo sampe disini?"
"Baru aja, bapak sama ibu juga baru pulang" jawab Qori sembari membuka pintu kamarnya.
Yang ditanggapi Yahya dengan menganggukan kepala.
Ia dan yahya pun memindahkan barang barangnya kedalam kamar. Dengan fasilitas kasur dan lemari sudah cukup untuknya, karena kamar mandi terdapat diluar kamar."Akhirnya selsai juga, banyak banget sih lo bawa barangnya" sungut Yahya.
"Heh Yadi namanya juga anak kos,buku gue aja ada dua kerdus."
"Iya iya, udah gue mau balik lagi capek"
"Iya makasih ya Yadi"
"Nama gue Yahya bukan Yadi"
"Sama aja, makasih ya", jawab Qori sembari manepuk bahu temanya itu.
"Yaudah, gue pamit ya, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam".
Qoriah kembali memasuki kamar yang akan ia tinggali itu. Berbaring memandang atap kamarnya yang berwarna putih.
Ia kembali bangkit untuk mencari ponselnya, membuka aplikasi messenger, membalas beberapa pesan dari temannya.
Tak lama pintu kamarnya diketuk."Iya, siapa?" jawabnya berjalan ke arah pintu.
"Ngapain lo kesini?" Tanyanya ketus.
-----
See you next chapter🐘
KAMU SEDANG MEMBACA
Qoriah Uswatun Khasanah
Genel KurguSaat realita dari ekspektasinya perlu dipertanyakan ditengah krisis kepercayaan diri. Start 3/9/20 Gajahkelabu