5

12 3 0
                                    

Hendra pov

         Aku pun keluar dengan handuk yang melilit di bagian bawahku saat aku menoleh aku melihat bocah di kasurku dengan buku di tangannya. Hah bukuku , kasurku, dan kaki yang berada dikamar pribadiku. Aku berjalan dengan emosi yang kutahan, aku menarik ujung kain di bajunya. Anak itu menoleh dengan mata terkejutnya mata besar dan mulut yang kaku saat mau berbicara yah aku marah dan mengeluarkan wajah marahku dengan alis bertautan mungkin sekarang wajahku jelek seperti iguana. Dia yang awalny kaget berubah menjadi tersenyum dan ia manaruh buku ku disampingnya

"hai..aku sampai kaget heheheh oia namakuh-"

"pergi!"

        aku mengatakan hal kasar entah mungkin karna aku benci atau memang sifatku yang tak menyukai orang yang berada dilingkungan pribadiku.  Aku pun pergi ke lemari dan mengambil baju beserta celana potongan selutut.

       Suara ocehan bocah itu masih terdengar membuatku muak setelah aku selesai memakai baju aku pergi dan memegang kenop pintu saat tanganku memegang kenop pintu tiba tiba bocah itu memegang tanganku aku reflek menghempas tangannya sungguh aku tak sengaja, aku menoleh ke wajahnya.

         Wajahnya terlihat ingin menangis aku bingung dan langsung melepaskan kenop pintu beralih ketangan bocah kecil itu, ia terlihat sedang menahan tangisnya astaga sungguh aku tidak sengaja apa itu tadi terlalu kasar. Aku pun menarik tangannya dan membawa dia di tepi kasur aku ingin mengatakan bahwa aku tidak sengaja dan ingin meminta maaf tapi aku tak bisa mengatakannya.

"maaf, aku tak bermaksud seperti itu"

        astaga kenapa aku memasang wajah datar tpi dia melihatmu seperti tak percaya dan gemerat ketakutan. Habis aku sebentar lagi semua orang akan masuk ke kamar ini tempat pribadi ku. Aku harus membujuknya lagi bukan karena takut di marah Danu sialan itu tapi aku tak suka orang-orang masuk ke tempat pribadi ku kecuali ibu dan bibi.

"sungguh aku tak sengaja"

      dia pun tersenyum dan tertawa lagi, dia menggelengkan kepalanya. Astaga sepertinya aku tertipu bocak ini. Aku kembali menekuk wajah ku hingga datar.

"tidak papa, namaku vino pasti kamu kak Hendra kan"

     dengan wajah polosny mengatakan kakak padaku ah sungguh menyebalkan aku tak menyukai kata akrapan yang ia gunakan

"jangan panggil aku kakak aku bukn kakakmu!" 

        dia hanya tersenyum dan memperlihatkan gingsul kecil digiginya, dasar pamer. Sungguh dia menyebalkan aku pun pergi dan ingin meninggalkanny sendiri tpi dengan sigap tanganny menghentikan langkah ku lagi.

"kak jangan pergi kata papa aku disuruh nemenin kakak"

        aku kaget dengan kata kata konyolnya, aku tak mengenal ayahnya tapi kenapa aku harus ditemani kata kata yang menggelikan. Datang dari mana bocah ini ah aku tau dia pasti anak wanita itu Janda anak 1 ternyata.

"jangan sentuh tanganku!"

    dia pun melepas pergelangan tanganku. Aku pergi meninggalkan dia didalam kamar ku tanpa berkata apa apa. Saat aku di ruang tamu aku melihat ayahku bersama wanita itu aku benci, aku pergi berlalu tanpa menatap muka mereka sambil berjalan di depan mereka

" hendra apa kamu sudah bertemu adikmu"

       aku berhenti melangkah mendengar kata adik dari suara berat tuan rumah atau notabene ayahku suami dari ibu ku.

"dimana adikmu?"

     aku muak dengan kata kata bohong ke akrapan nya saat didepan orang asing, Membosankan.

"dikamar"

      aku mengatakan acuh pada ayahku tapi aku yakin sebentar lagi dia akan mengeluarkan sifat iblisnya itu

"APA!! kamu tinggal adikmu sendirian di kamar!!! bagaimana bisa kamu tinggal dia sendirian"

       aku muak dengan kata kata kasarnya padaku, aku juga punya hati bukan.

"dia bukan anak manja"

       aku mendengar ayah melangkah cepat sepeti marah dan ia menarikku sambil aku berhadapan dengan dia aku pun di tampar dengan sangat keras di depan wanita itu

" DASAR ANAK BIADAB BERANI MENJAWAB HAA!!"

     sakit ditubuhku tak kurasakan, aku hanya diam sambil mengepalkan tangan tanpa ada air mata menetes di pipiku.

"he... Hen hanya mengatakan hal itu tpi anda memukul saya hanya karena meninggalakn dia dikamar sungguh anda sudah melupakan anak sendiri atau saya bukan anak anda"

        aku muak marah padanya dan menghempas tangannya lalu aku berbalik saat itu aku melihat vino di tangga sambil menutup mulut dan menitikan air mata. dasar iblis kau aku sangat membenci muka polosmu yang seperti iblis kata kata itu saat melihat dia, aku berlari sangat kencang hingga tak memerdulikan teriakan amarah ayahku sendiri.

        Tangisan air mataku menetes walaupun aku bersikap seperti dewasa tapi aku masih memiliki sifat anak anak berumur 7 sampai 10 tahun yang menangis saat di marah dan dipukul ayahnya sendiri aku tanpa sadar menggerakkan daun dan ranting pohon besar di sekitar taman rumahku dengan kekuatan telekinesis ku. Saat aku melihat aku pun menghentikannya dan mencoba mengatur nafasku sampai pada akhirnya ada yang menepuk pundakku dengan sangat pelan tapi aku dapat merasakaknya, aku menoleh dan melihat ternyata anak kecil itu.

"kak hen kenpa jagan nangis nanti vino ikut nangis"

       dasar anak polos bewajah iblis aku muak tpi aku tidak tega melihat wajah nya yang mencoba akrab dengan ku.

"pergi aku tidak mau di ganggu"

"kak hen aku tau kekuatan kakak aku juga punya seperti kakak aku selalu ingin punya kakak dan ayah karna ayahku dah meninggal karna bunuh diri oferdosis"

    aku sangat kaget karna ayahnya melakukan bunuh diri, mungkin dia berbohong tapi aku melihat matanya tidak ada kebohongan disana. Hanya tatapan berharap. Apa yang dia harapkan melihat aku didepan matanya.

"tpi sekarang vino bahagia karena ada kakak"

        aku melihat lagi wajahnya disana tidak ada kebohongan entah kenapa hatiku terasa lebih hangat mungkin, sejak kapan aku punya perasaan seperti ini.

"apa kakak mau jdi kakakku?"

        aku mengalihkan pandanganku, walau aku sering dijuluki iblis atau pembunuh tapi hati ku masih manusia yah untuk sekarang aku akan tidak berbuat jahat... Mungkin.

"hem.. tapi jangan panggil aku kakak aku tak suka, panggil aku hendra dan aku panggil kamu vino"

       dia senang dan melompat lompat, rambut agak panjangnya juga ikut melompat lompat.

"horee makasih kak ups hendra"

       aku mengangguk kecil dan tersenyum tapi sangat tipis mungkin tak kan terlihat olehnya. Semoga saja tak terlihat.

Bersambung.....




Hy guess.....😊👋

aku kembali lagi nih dengan merevisi sebagian cerita dan mengganti judul juga cover. Maaf baru bisa up ulang karena banyak kesibukan dan kurang nya minat melanjutkan.... Haaaa semoga bisa lanjut terus

jangan lupa kasih bintang 🌟 untuk semangat dan beri komentar  agar bisa semakin semangat,,, butuh semangat dari ayank ciahhhh... 😭 😂

Hujan & Setitik Cahaya (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang