Bel berbunyi kencang menunjukkan waktu pulang sekolah, bunyi langkah kaki sangat cepat saling bersautan, tawa dan canda bergema di koridor SD pelita. Disudut lorong terdapat murid yang menatap dingin semua anak anak yang sedang berbisik saat melihatnya. Ia acuh dan menuju gerbang sekolah melangkahkan kaki kecilnya di pembatas jalan raya. Kaki kecil menuntunya untuk menyebrang, tangamy melambai lambai agar mobil dan kendaraan bermotor berhenti dahulu membiarkan badan kecil itu melewati ramainya jalan raya.
Setelah sampai iya berjalan lagi hingga matahari sudah sangat tinggi, hendra tidak merasakan panasnya siang hari ini. ia hanya berandai andai bahwa ibu nya berada di sampingnya, menggandeng tangan polosnya ini andai ibu nya tak pergi meninggalkan dia seorang diri. Akan kah ia bahagia walau ibu harus menahan luka terus helaan nafas keluar dari mulutnya, ia dia tak sanggup melihat ibu menderita terlalu lama .
Kaki kecil itu berhenti saat melihat di kejauhan bocah yang ia ketahui beberapa hari ini sudah ada dirumahnya 'ah kenapa dia disini' imbuh nya dalam hati. Hendra menghampiri bocah itu dan melihat ia menangis disebuah taman kompleks rumahnya.
"kau kenapa disini" ujar hendra dingin walau dimatanya masih ada hawatir
Bocah itu menoleh ia terkejut dan langsung memeluk orang yang ia sangat kenali.
"huaaaaa... Kakak hen aku.. Ak.. Ku jalan jauh.. Hiks jauh lupa rumah.."
Hendra yang dipeluk kaku dan mendorong keras vino ia hanya reflek saja karena selama ini ia tidak suka dipeluk oleh orang asing kecuali ibu dan bibiknya saja. Vino yang jatuh menatap lekat kakak nya itu ia bingung apakah berbuat salah, walah tangisan itu berhenti tapi rasa terkejutannya sangat terlihat.
"kak hen ups.. Maaf vino lupa.. Hen gak suka dipanggil kaka ia maaf" vino pun berdiri sambil memegang tangan kosong hendra
Hendra mengernyit dan menghempaskan tangan kecil adit tirinya. Lalu ia berbalik dan pergi
"jangan sentuh"
Vino melihat kakany pergi takut dan ingin menangis "kak hen jangan tinggalkan vino, vino janji gak nakal nakal gi hiks... hiks"
"ayo cepat katanya mau pulang" ucap hendra sambil menunggu vino yang mematung terkejut lalu merubah ekspresi nya senang. Vino mengikuti kakanya itu di belakang
"hen.. pelan pelan kakai vino gak nyampek"
"kau pendek jdi lama dasar siput" hendra mengejek vino, ia kesal karena mendapatkan pelukan dan sentuhan dari bocah asing ini. Tetapi vino hanya memanyunkan bibir kecil merah mudanya, ia berlari untuk bisa berjalan sejajar dengan hendra.
Dilain tempat di sebuah rumah dua lantai seorang perempun berjalan mondar mandir mendunggu kedatangan suaminya, ia mengecek beberapa kali handphone berlogo apel yang tergigit. Keluh keringat dan gigi yang menggigit kuku dari ibu jari terdengar walau samar samar.
"aish.. Danu kenapa belum pulang, aku takut anakku kenapa napa"
"ngapunten nyonya duduk dulu... Insyaallah nden vino baik baik saja, tuan dan tuan muda pasti mencarinya nyonya" ujar bibi sambil meletakkan teh hangat di meja tamu.
"ah... Tau dari mana kau jika bocah anak Alya itu mencari anak saya... Tidak mungkin itu terjadi" sarkas Reva sambil duduk menyilangkan kaki.
"ngapunten nyonya... Bukan saya sok tau tetapi biasanya nden hendra pulang jam 11. 00 dan sampai pukul
11.30 baru nden sampai tpi sekarang hari ini sudah jam 01. 00 siang jdi saya yakin nden hendra pasti menemukan adik nya, nyonya.""halah.. Pasti itu bocah main dulu, sudahla jangan buat saya pusing, pergi sana kamu selesai kan tugas yang saya berikan tadi" sentak Reva
Bibi pun meminta izin dan pergi ke belakang, ia hanya mengelus dada sabar dan melanjutkan tugasnya.
Beberapa menit seorang laki-laki berbaju putih lusuh, dengan lekutan di tangan sampai memperlihatkan otot tangannya. Berjalan dengan sepatu fantovel hitam, puluhan keringat jatuh di leher laki laki tersebut."mas dimana vino.. Mana dia, kamu sudah menemukan nya bukan" ujar Reva sangat hawatir
"aku tidak menemukannya.. Maaf kan aku sayang, kita akan menelepon polisi sekarang"
"ah kamu ini kenapa belum ketemu, aku gak mau gau anak ku harus kembali hiks hiks..."
Tangis Reva pecah ia pun di peluk oleh suaminya itu, Reva hanya mengajaknya keluar melihat sekolah barunya tetapi saat dijalan Reva keluar dari mobil untuk membeli beberapa kebutuhan. Ia bukan ibu yang jahat meninggalkan anaka kecil di dalam mobil, ia membawanya saat pulang belanjaan nya sangat banyak jadi menyuruh Vino menggandeng ujung bajunya saja agar tidak hilang pikir Reva seperti itu
Tapi sekarang ia menyesal, anaknya hilang dari pandangan nya dan tidak ada tangan kecil memegang ujung bajunya. Jika seperti ini terjadi dia akan mengajak anak Alya untuk menemani anaknya agar tidak hilang. Reva menggeleng kecil, saat dua orang berpelukan terdengar suara pintu di geser dan langkah kaki.
Mereka menoleh dan melihat dua anak kecil sedang menatap mereka. Salah satunya melanjutkan jalannya
"vino anakku sayang dari mana saja kamu hiks hiks"
Reva memeluk anak yang mematung dibelakang bocah yang pergi tadi. Ia membalas pelukan mama nya.
"HENDRAA... Berhenti kamu"
Bocah yang berjalan tadi berhenti ia tau itu pasti tuan Danu terhormat, ia pasti akan disalahkan hari ini. Hendra menoleh kebelakang melihat urat kemarahan orang didepannya dan menyaksikan sekilas pelukan mama tirinya dan adik tirinya. Ah ada rasa kerinduan di mata hendra tapi ia netral kan lagi dengan wajah datarnya.
"Dari mana kau... Sampai membawa adikmu, sudah berapa kali saya katakan jangan membuat kekacauan" sarkas Danu yang masih mengontrol amarahnya didepan anak tirinya.
Hendra hanya diam dan melihat vino yang ingin berbicara.
"papa jangan marahin kakak, vino jalan jalan lupa rumah jadi vino nunggu di taman, kaka bawa vino pulang"
ujar vino yang masih gemetar karrna mendengar teriakan papanya memanggil nama kaka nya itu. Danu menoleh dan mengagungkan kepalanya lalu melangkah ke vino.
"lain kali bilang dengan mama dan papa, jangan jalan sendiri ingat pesan papa"
Danu mengelus rambut vino, semua kegiatan berpelukan dan mengelus rambut disaksikan hendra kecil. Ada rasa iri tetapi ia tepis dan melanjutkan jalan nya ke kamar pribadi nya itu. Setelah sampai ia menutup pintu dan menguncinya, dia berlari dan langsung tidur di kasur. Ada setetes air mata jatuh di sela mata turun ke hidung mancungnya dan jatuh ke seprai berwana biru tua itu.
"ibu aku rinduu... Hiks hiks"
suara parau itu keluar dari mulut kecil hendra. Ia menangis lalu memghapus air matanya sebentar dan tertidur, melewatkan jam makan siangnya dengan masuk dalam alam bawah sadarnya. Memimpikan ibu tercintanya itu.
Bersambung.......
Hey guys....
Btw nihh mimin udah revisi semua dan ditambahin kata kata biar pas maklum baru sadar, oia yang kaum setia lama mimin bisa baca ualng pasti tau apa aja tambahannya.. 😁🤭
jangan lupa kasih bintang 🌟 untuk semangat dan beri komentar agar bisa semakin semangat,,, butuh semangat dari ayank ciahhhh... 😭 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan & Setitik Cahaya (On Going)
خيال (فانتازيا)"hujan tak memerlukan setitik cahaya, biarkan hujan tetap ditempatnya" ~Hendra "Kau sama seperti burung tanpa sayap sulit terbang dan memutuskan berjalan adakah yang seperti dirimu?" ~..... "Cukup diam dan ikuti alurnya" ~Hendra ...