"Hai"
Seorang pria memasuki ruangan serba putih tersebut dengan pakaian dan rambut yang basah, sepertinya dia baru saja kehujanan. Memang akhir-akhir ini, cuaca sedang tak menentu. Ia membuka jas hitam lalu digantung dibelakang pintu dan mengusak rambutnya yang basah.
"Kekasihku cantik sekali" ucapnya dengan tangan yang membelai lembut wajah putih pucat tersebut. Ia berjalan mengitari tempat tidur tersebut untuk mencapai sisi yang lain dan duduk di kursi yang disediakan.
Ia akan memulai kebiasaannya, "Aku ingin bercerita, tapi kau harus mendengarkan. Jika tidak, aku akan marah!"
Pria itu terkekeh pelan begitu menyadari ocehannya sendiri.
"Kau tahu bukan, kalau cuaca saat ini sangat menjengkelkan. Saat aku keluar dari kantor, sinar matahari sangat menyengat kulit tetapi begitu aku mengendarai mobil tiba-tiba saja hujan deras dan aku sedikit kehujanan."
Dia terlihat seperti anak kecil yang tengah mengadu kepada ibunya, terlihat sangat manja. Tetapi tiba-tiba saja raut wajahnya berubah sedikit sendu.
"Aku kedinginan dan biasanya kau akan menyiapkan air hangat untukku, lalu mengeringkan rambutku yang basah sambil memarahiku karena tidak memakai payung yang telah kau sediakan didalam mobil."
Xi Luhan, seorang pria muda yang terkenal karena berhasil membangun perusahaan otomotif. Perjuangannya membuat semua orang terharu dan tak jarang menjadi pemicu semangat generasi muda lainnya.
Seorang yang dikenal mudah berbaur dan humoris juga menjadi point bagi dirinya disukai banyak orang. Dia adalah orang yang hangat dan baik.
Tapi tak banyak orang tahu bahwa dibalik perjuangannya ada seseorang yang selalu menyemangatinya, memberinya tempat perlindungan, meminjamkan bahunya dikala Ia lelah dengan semua urusan perusahaan. Ia tertawa untuk menutupi betapa rapuh dirinya didepan banyak orang, Ia tak suka kerapuhannya diketahui semua orang kecuali pria manis yang ada didepannya.
Ketika bersamanya, Luhan merasa tak harus menutupi apapun. Dia selalu bisa menerima Luhan apa adanya, dan membuat Luhan berkali-kali jatuh cinta padanya.
Dia adalah Kim Minseok, yang seharusnya beberapa bulan lalu sudah sah menjadi pasangannya. Namun kecelakaan yang dialami keduanya, merenggut kesadaran Minseok. Sudah hampir 7 bulan, tak ada tanda-tanda Minseok akan bangun dari tidur panjangnya.
"Hei, apakah kau tak ingin memarahiku? Ayo bangun dan marahi aku karena kehujanan. Kau tak bosan tidur seperti ini?" Netranya menyusuri wajah Minseok yang semakin pucat, lalu pipi yang menjadi kesukaannya semakin tirus.
"Sayang, bangun. Aku akan memperkenalkan mu kepada semua orang sebagai pasangan hidupku dan para wanita itu pasti akan iri denganmu."
Menjadi pengusaha muda dengan wajah tampan juga menjadi daya tarik bagi para wanita, sudah banyak wanita yang mendekatinya dengan berbagai macam cara. Luhan tentu saja tak peduli, karena mata, hati dan pikirannya hanya tertuju kepada si mungil Minseok.
"Kata mereka kau tak akan bangun, tapi aku tak percaya dan kau harus membuktikan kepada mereka bahwa apa yang dikatakan adalah hal yang salah. Jadi, kau harus secepatnya bangun."
Sekuat apapun dirinya, dia akan nampak rapuh didepan Minseok apalagi segala hal yang bersangkutan dengan si pemilik cat eyes. Perlahan bahunya bergetar, bibir tipisnya mengeluarkan isakan pilu.
Dia merindukan Minseok.
Rindu suaranya, matanya yang membulat terkejut, bibirnya yang mengerucut marah, dan omelan Minseok yang tak jarang membuat Luhan merajuk.
Luhan menghapus air matanya ketika mengingat bahwa dirinya tak boleh menyerah demi Minseok, hanya dirinya yang dimiliki oleh sang kekasih.
Apapun yang terjadi, Luhan akan menunggu Minseok.
oOo
"TIDAK! LAKUKAN APAPUN!!" Teriak nya, kerah kemeja putih itu bahkan sudah ditarik nya.
Pria dengan jas dokter itupun berusaha melepaskan diri dan menjelaskan semuanya, bahkan teman-temannya pun membantu untuk menahannya.
"Maaf, tapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Tuhan berkehendak lain" ujarnya sabar.
Perlahan cengkraman tersebut mulai mengendur, tanpa bisa dicegah, Ia memukul dinding rumah sakit dengan penuh kekuatan. Suara yang dihasilkan pun terdengar nyaring, teman-temannya meringis saat melihat jari-jarinya berdarah.
"Luhan! Jangan seperti ini! Biarkan Minseok bebas dari kesakitannya" pekik Chen yang tak tega dengan kondisi sahabatnya.
Mereka pun tak beda jauh dengan Luhan yang nampak kacau, Minseok seorang malaikat ditengah-tengah circle mereka yang terbilang tak baik.
"Tapi dia sudah berjanji untuk selalu bersama ku" Guman Luhan sembari menjambak rambutnya sendiri. Marah kepada Minseok yang mengingkari janjinya tetapi lebih marah kepada dirinya yang menyebabkan Minseok tiada.
Apa Minseok kembali ke Tuhan karena marah pada Luhan yang saat itu tak berhati-hati dalam mengendarai mobil, berakhir membuat Minseok harus hidup dengan banyak alat bantu?
Kalau benar, bolehkah Luhan meminta satu kali kesempatan?
Semua menatap iba, sedih, dan terluka. Mereka tahu kisah Luhan yang senantiasa menunggu Minseok untuk bangun dan mempunyai harapan yang besar ketika semua yang lain sudah putus asa.
Luhan adalah definisi setia yang sesungguhnya.
Dan Minseok adalah kebahagiaan nya yang mutlak.
"Aku sudah menunggumu walaupun akhirnya seperti ini, sekarang kau mau menunggu ku kan, Minseok?"
-End
Udah lama di draft gara-gara susah cari judul yang pas 😭Yaudah akhirnya gini deh :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cotton Candy [✔]
Fanfiction» Seperti permen kapas yang manis dirasa tetapi singkat dimulut « ! Warning ! -•Yaoi // b×b -•Mpreg -•Ot12 [ Xiumin × all member] Oneshoot/twoshoot/etc