8

31.1K 367 4
                                    

Kemping

Saat ini aku berjalan melewati tengah hutan bersama amiya ketua kelasku. Penampilannya seperti gadis kutu buku biasanya, dengan kacamata dan kepang dua dia terlihat sangat culun.

“Sial ini sangat melelahkan”

Teriakku tidak tahan membawa tas berat berisi peralatan berkemah. Aku dan Ketua kelas menjadi yang terakhir dari rombongan Karen berbagai hal.

“Halah gitu ajah nggak kuat, gimana mau muasin cewek di ranjang kalo segini ajah mengeluh” Walaupun dia terlihat seperti tipe perempuan kalem tapi lidahnya Benar-benar tajam.

“Oh maaf, lagi pula nggak ada yang bakal mau sama cowok nggak jelas sepertimu”

Dia menoleh kebelakang hanya untuk memperlihatkan pandangan sinis padaku yang berjalan dibelakangnya karena beban yang aku bawa. Entah kenapa sepanjang perjalanan kami dia terus berkata kasar padaku.

“Begitukan? Memang kau sendiri punya pacar?” aku mencoba tetap tenang.

“Hahahaha” dan cewek mata empat ini hanya tertawa membuatku bertambah bingung.

“Buat apa pacar kalo bisa ngentot kapanpun aku mau” dia terlihat bangga saat mengatakan perkataan yang tak bermoral, seperti dia memang tidak peduli dengan apa yang akan aku pikirkan tentangnya.

“Emang lu udah pernah ngentot?” tanyaku seakan tidak percaya.

Yah aku mengaku walaupun dia terlihat culun tapi gadis ini memiliki tubuh yang sangat menggoda. Dada yang besar seakan dia sudah dewasa dan tubuh yang ramping bagi model majalah dewasa.

Ah sial penisku mulai bangun.

“Hahahaha” dan cewek gila ini kembali tertawa membuatku ingin memperkosanya.

“Jika kau mau aku bisa mengajarimu” ucapnya dengan nada yang seakan menggodaku.

Bruk

Aku langsung menjatuhkan tas berat yang aku bawa dan segera menghampirinya. Amiya terlihat panik saat aku dengan cepat meraih tangannya.

“Oke tolong ajari aku caranya ngentot” ucapanku dengan tegas yang membuat gadis itu semakin panik.

“Kyaaa lepas, enak banget lu mintanya. emang lu pikir gw cewek apaan” dengan cepat amiya menarik tangannya.

“Lah elu sendiri yang bilang kalo mau ngajarin kan?”

“Ya gw mau tapi emang lu bisa bayar biaya lesnya” dia kembali menatapku dengan sinis seakan menatap kotoran.

“Berapa?”

Mendengar ucapanku, senyum jahat terlihat dibibir gadis itu.

“15000 yen” ucapnya dengan percaya diri.

Aku terkejut dengan harga yang dia tawarkan, dan saat melihat reaksiku amiya yakin jika aku tidak memiliki uang sebanyak itu. Tapi-

“Segitu doang? MURAH” teriakku sambil mengambil dompet dan menyerahkan 3 lembar 5000 Yen pada gadis yang masih menatapku dengan pandangan menghina.

“Ke….kenapa kau membawa uang sebanyak itu saat mau kemah? Emangnya lu mau buat apa bawa uang sebanyak itu ke hutan?” tanya amis yang mulai panik.

“Buat dijadikan tisu toilet…. Ya buat nyewa lonte lah” balasku dengan candaan.

“Mana ada lonte ditengah huta” teriak amiya seakan mulai frustasi menghadapi ku.

“Lah terus lu itu apa?” tanyaku dengan bingung.

“Bangke” hanya itu yang dia ucapkan saat aku menyerahkan ‘biaya les’ padanya.

ಡ ͜ ʖ ಡ

Setelah uang sudah berada ditangan amiya, aku segera menarik tangan gadis itu dan mengajaknya keluar dari jalan hutan.

“Aht li..lima belas menit” amiya memberitahu panjangnya ‘waktu les’ saat tanganku mulai bermain di dalam celana dalamnya.

“Anjir, cepet banget” aku protes dengan tangan yang masih mengocok vagina gadis gila ini.

“5000, 5 menit kalo nggak mau ya udah, tapi lu inget kalo nggak ada pengembalian uang karna lu udah nyentuh memek gue” cara gadis ini memandangku kembali seperti melihat kotoran seakan dia telah berhasil membalas perkataanku sebelumnya.

“Anjir lah, kalo nyewa lonte ditempat biasa gue datengin bisa Ampe semalam pake uang segitu”

Karena waktu les yang sangat singkat, aku mulai menurunkan celana. Amiya yang sudah terbaring terlentang di atas kain yang aku siapkan menjadi kaget saat melihat ukuran penisku.

Tak menunggu lama aku segera mendekat dan membuka selangkangan amiya, tapi gadis itu segera menutup kakinya dengan cepat.

“Nggak sabaran banget lu kayak monyet. Pake kondom dulu, emang lu mau tanggung jawab kalo gue hamil ?” ucapnya sambil melempar sekotak fiesta (bukan makanan) yang mengenai tepat di wajahku.

“Anjir lu setan” balasku tidak terima saat diperlukan seperti tong sampah. Dengan cepat aku memakai satu kondom karena waktu yang diberikan sangat sedikit. Amiya tersenyum lebar saat melihat aku dengan putus asa memakai kondom yang dia berikan.

“Oke selesai, waktunya belajar” dengan cepat aku kembali berusaha melebarkan selangkangan amiya, tapi gadis itu kembali menutup kedua pahanya.

“Apa lagi lonte setaaaaan” aku berteriak karena tidak tahan menahan amarah gadis ini.

Dengan senyum lebar seakan senang mengerjaiku dia berkata “Lu mau bunuh gue pake penis Segede gitu?, Buat memek gue basah dulu”

“Lah masa bodo, salah sendiri kasih waktu sesingkat itu”

Dengan paksa aku membuka selangkangan amiya sehingga aku dapat melihat vagina dengan sedikit rambut gadis itu dengan jelas.

“Ngak, nggak plis gue serius bikin gue basah dulu” amiya mulai panik dan dengan keras berusaha menutup kakinya lagi tapi percuma karena tenaganya tidak cukup kuat.

Aku mulai mendekatkan penisku pada bibir vagina amiya yang bagian dalamnya menonjol keluar seperti sering di gunakan.

“Plis pelan-pelan” ucapnya saat melihat penis besar ku mulai memasuki vaginanya. Dia tidak berusaha menolak tapi meminta untuk melakukannya dengan lembut karena gadis ini baru pertamakali merasakan penis sebesar milikku.

“Emmh” erangan amiya terdengar saat kepalanya penisku berhasil memasuki vaginanya. Dia terlihat kesusahan menahan sensasi di vagina. Tangannya menggenggam erat rumput untuk menahan rasa sakit.

Melihat itu aku tersenyum karena memiliki rencana balas dendam karena telah memperlakukan aku dengan buruk.

Aku segera menutup mulut amiya agar tidak berteriak. Gadis itu tidak menyadari niat jahatku karena matanya terpejam menahan setiap sensasi di vaginanya saat penisku perlahan masuk semakin dalam.

Lalu dengan keras aku menghentakkan pinggulku dengan keras membuat penisku masuk dengan cepat hingga membentur dinding rahim.

“ghukkkk”

matanya terbuka lebar dengan suara yang tertahan karena mulutnya telah aku tutup.

“Aaaaah benar-benar balas dendam yang luar biasa” ucapku sambil menikmati reaksi amiya yang terlihat marah namun dia tidak bisa berkata apa-apa karena mulutnya sudah aku tutup.

Dengan cepat aku menggenjot vaginanya yang membuat amiya semakin marah tapi beber detik berikutnya vagina amiya semakin mengencang pertanda jika dia telah klimaks. Akibat dari cairan klimaks membuat vagina amiya semakin licin. Dan lima menit kemudian suara desah penuh kenikmatan keluar dari bibir gadis yang biasanya berkata kasar.

we need milf 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang