Reason

2 0 0
                                    


"Mengharapkan hal yang akan disia-siakan hanya membuatmu akan menyadari arti rasa nyaman ketika saatnya untuk menghilang"


"Setiap usahaku untuk mendapatkan mu memang begitu sulit ketika aku hanya berpikir genggammu hanya untuk mimpi ku bukan nyataku, hingga aku tak pernah berhenti mengharapkan setiap langkah ku untuk sampai kepadamu, aku dan angan ku hanya bagian dari abaian diantara begitu banyak penggemarmu" 

mungkin sedikit aneh untuk mengetahu setiap kenangan yang telah dilalui dan mudah dilupakan, tetapi aku merasa tidak begitu. Aku merasa takdir yang akan menuntunku saat aku terlampau lelah untuk berharap. Tatapan dan tawanya yang membuatku tertarik pada setiap hariku. 

****

"baca apaan nih?"

ku tunjukan buku bersampul putih itu, covernya dihiasi bunga mawar yang indah digenggam. 

"kemarin ada yang ngirim nih buku, aku gak tau juga sih siapa soalnya mendadak gitu sama ada chat dari nomor yang gak aku kenal" balasku cepat. Depi mengangguk pelan menanggapi

"ehh... tadi aku hampir banget telat, pak Irwan udah manggilin yang telat untung masih sempat tadi, hahaha" depi bercerita dengan begitu heboh sambil melempar pukulannya padaku

Aku hanya meringis pelan, pagi itu tidak seperti biasanya aku datang lebih awal dari biasanya dan pagi ini aku juga mendapatkan sapaan hangat dari kepala sekolahku, wahh sangat tidak biasa jangan saja hari ini turun hujan. 

Tidak sampai hitungan menit kemudian langit tertutup awan mendung. Sudah ku duga. Hujan turun rintik pagi itu udara dingin mulai menyelimuti ruangan kelas, peraturan untuk tidak mengenakan jaket membuatku harus menahan dinginnya pagi. Pelajaran sudah sendari tadi dimulai, sepertinya aku sudah tidak tahan lagi. 

"Buk maaf saya permisi mau keluar sebentar" aku beranjak meninggalkan kelas dan berjalan menuju toilet sekolah, dingin membuat ku ingin ke toilet. 

"Brakk...." tubuhku jatuh terhuyung ke lantai, kepalaku seperti terbentur sesuatu benda keras. 

"Maaf, aku tidak sengaja" lelaki itu menatap ku cemas kacamatanya yang turun membuat matanya tertutup, jaket hitamnya tampak hangat dan pas dia kenakan. 

"hmm..." aku bangkit dan meninggalkannya di tengah lorong, kepalaku yang terbentur terasa amat pusing dan berat ternyata kepalaku membentur bahunya. 

"Mungkin aku telah melupakan semua hal yang pernah membuatku bahagia hingga aku tak mengerti lagi apa arti suatu kebahagiaan"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang