1. Lubang di Rumah Baru

56 5 0
                                    

GENRE: FANTASY-TRHILLER

***

Aku baru saja tiba di rumah baruku setelah menempuh perjalanan panjang yang berkelok selama dua jam. Sungguh lelah sekali tubuh ini begitu ayahku menghentikan laju mobil.

Aku melihat keadaan sekitar melalui jendela mobil yang terbuka. Udaranya sangat sejuk dan banyak pohon di mana-mana. Wilayah ini memang cukup terpencil. Untuk mencapai perumahan penduduk dan deretan toko saja, kau harus berjalan sekitar setengah kilometer dulu.

"Gre, cepat kau bereskan kopermu." Ibu keluar dari mobil dan menyuruhku beranjak.

Ah, malas sekali. Aku masih capek karena tadi aku hampir mabuk. Bayangkan saja. Sekitar lima kilometer dari perjalananku tadi, aspal jalanan itu selalu berputar ke kiri dan kanan. Maksudku, itu tidak lurus!

Huh. Sudah tahu aku ini suka mabuk perjalanan.

Cessen masih memainkan gamenya di sebelahku, tidak ada pertanda akan beranjak dari tempatnya. Lalu, dengan satu helaan napas, aku akhirnya mendorong pintu mobil dan mengeluarkan diri dalamnya.

Sebuah rumah besar, agak tua, dan sedikit terawat, menyambut penglihatanku begitu saja. Ayah dan ibu masih membereskan koper di belakang mobil. Tidak berniat membantu mereka, aku pun melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah baruku.

Kuketuk pintu bagian luarnya. Dan langsung terbuka begitu saja. Sepertinya kayu ini perlu diganti.

Begitu pintu terbuka, banyak perabotan yang tampaknya berdebu dan tertutupi kain di sana. Hah, aku benci mengetahui fakta kalau sebentar lagi kami harus membersihkan ini semua.

Aroma di rumah itu mengisyaratkanku untuk menutup hidung. Bukan, bukannya ada darah di sana. Hanya saja, sedikit kotor, dan aku tahu ini tidak baik untuk paru-paru.

Aku mencoba berjalan lebih jauh lagi. Ke ruangan setelah ruangan yang banyak sofa tadi. Ini nampaknya terlihat seperti ruang makan. Ada sebuah meja yang sangat besar di tengahnya. Sumpah, ini besar sekali. Aku pikir keluarga yang menempati rumah ini sebelumnya memiliki puluhan anak.

Selain itu, ada juga sebuah cermin yang sangat besar. Hampir menutupi seluruh permukaan dinding. Kelihatannya emang lumayan seram. Aku bahkan takut untuk bercermin di sana. Takut ada sesuatu yang ikut bercermin nanti.

Hih.

Aku pergi ke ruangan selanjutnya. Ruangan yang kali ini jauh lebih kecil. Bahkan lebih kecil dari kamar mandi. Seperti gudang kelihatannya.

Ruangan itu tidak memiliki pintu. Lantainya berkayu-semua lantai di rumah ini memang berkayu-dan ada lubang di tengahnya. Jika dilihat dari sini, aku tidak bisa tahu dasar dari lubang itu. Apakah berupa jurang?

Tapi, aku ingin tahu.

Aku mendekati lubang itu, hingga ujung kakiku sekarang sudah bersentuhan dengan lubangnya. Benar, masih belum kelihatan. Padahal aku melihatnya tepat di mulut lubang.

Mencurigakan.

Aku menurunkan tangan ke dalam lubang. Mengayun-ayunkan ke kanan dan ke kiri, yang kemudian, tidak berbuah hasil apa-apa. Aneh. Apa ini benar-benar jurang?

"Sudahlah. Biarkan saja." Aku menggaruk tengkuk sambil melihat ke dalam lubang untuk terakhir kalinya, lalu berbalik menuju celah ruangan.

Sebelum aku menyadari, kaki kananku ditarik oleh sebuah tangan dingin dan berkuku sangat panjang. Tubuhku berbalik lagi, hendak ingin melihat benda apa itu.

Tapi, lagi-lagi, aku tidak bisa melakukannya. Karena penglihatanku langsung menghilang dengan kulitku yang tergesek lantai akibat makhluk itu yang menarikku memasuki lubang.

kuas; Kuis dan Tugas KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang