Cuaca pada hari Sabtu sangat cocok untuk seharian berjalan-jalan di sekitar kota. Langit cerah dan tidak terlalu panas. Terlepas dari betapa menyenangkannya di luar, Shigaraki masih mengenakan hoodie dengan tudung yang menutupi bagian atas kepalanya dengan rapi.
Tentu saja dia harus tetap tersembunyi jika tidak ingin ada yang mengenalinya. Terlebih jika itu adalah Pahlawan.
Dia selalu membenci mereka. Sekumpulan idiot itu baginya hanyalah orang-orang bodoh yang memanfaatkan profesi mereka sebagai Pahlawan hanya untuk mencari ketenaran dan uang. Benar apa yang pernah dikatakan oleh Spinner. Masa Pahlawan diberi upah karena menyelamatkan orang? Pahlawan itu harusnya tanpa pamrih 'kan?
Tapi meskipun Shigaraki membenci Pahlawan, ada satu orang Pahlawan yang tidak memperoleh kebenciannya. Alih-alih kebencian, justru yang Shigaraki rasakan padanya adalah perasaan yang lain.
Bisa tebak apa itu?
Langkah kaki Shigaraki terhenti saat netra merah delimanya menangkap eksistensi orang yang mau tidak mau selalu berhasil membuat bibir keringnya melengkung ke atas.
"Ah, Tenko!"
Kau melambai pada Shigaraki dari kejauhan sebelum mulai berlari kecil menghampirinya.
Pria berhelai biru itu memang menyuruhmu memanggil nama aslinya ketika berada di tempat umum. Hal itu dilakukan tentu saja agar tidak ada yang mengetahui bahwa yang tengah bersamamu adalah seorang penjahat yang paling dicari untuk dijebloskan ke dalam penjara.
"Akhirnya kau datang juga. Kukira kau akan membiarkanku lumutan karena menunggumu."
Shigaraki membiarkanmu menggandeng lengannya. Dia tidak pernah membiarkan orang lain menyentuhnya sesering kau melakukannya. Entah itu gandengan, genggaman tangan (Shigaraki selalu berhati-hati untuk menjaga jari kelingkingnya tetap terangkat agar kau tidak berubah menjadi debu saat kau menggenggam tangannya), hingga elusan lembut di kepala berbingkai helaian biru muda pria itu.
Skinsip membuat Shigaraki tidak nyaman. Tapi sentuhanmu berbeda. Sentuhanmu selalu membawa ketenangan serta menghantarkan perasaan hangat ke dalam hatinya yang dingin.
Dabi pernah mengatakan bahwa dia sudah menjadi 'budak cinta' setelah mengenalmu. Tapi Shigaraki tidak peduli. Selama dia merasa nyaman dan bahagia kenapa harus memikirkan tanggapan orang lain?
"Kita mau kemana?" Tanya Shigaraki di sela langkah kaki kalian.
"Piknik."
"Piknik?"
Kau mengangguk sebagai jawaban.
Se-setres itukah dia bagimu hingga kau mengajaknya piknik?
Jadi itu alasan keranjang makanan itu ada di tanganmu?
Baiklah. Benda itu sudah cukup menjadi jawaban atas pertanyaan terakhirnya.
Shigaraki belum pernah 'piknik' sebelumnya. Mungkin pernah ketika dia masih kecil? Entahlah, dia lupa. Lagi pula, ingatan masa lalunya terlalu menyesakkan untuk diingat.
"Kau tidak bertugas?"
"Kalau aku sedang bertugas mungkin aku akan membawamu ke penjara, bukan ke tempat ini untuk berpiknik ria."
Shigaraki mendengus menanggapi kalimatmu.
Itu benar. Profesimu sebagai Pahlawan memang mengharuskanmu melakukannya. Shigaraki kadang berpikir bahwa kalian seperti menjalani hubungan yang dimana orang-orang menyebutnya dengan 'backstreet'.
Itu tidak salah, sebenarnya. Kenyataannya kalian memang berpacaran secara sembunyi-sembunyi. Tidak ada yang tau selain Liga Penjahat. Hal itu terjadi tentu saja karena anggota Liga bisa melihat dengan jelas tingkah Shigaraki jika itu menyangkut dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enemy || Shigaraki Tomura [✓]
FanfictionShigaraki tidak menyukai pahlawan. Baginya, pahlawan hanyalah omong kosong yang tidak berguna. Tapi bagaimana jika suatu saat dia malah terpikat pada omong kosong itu? . . . aisenproject : Enemy Boku No Hero Academia © Kohei Horikoshi Cover © chlvra...