CHAPTER II (Obat Luka)

26 6 2
                                    

Seminggu setelah kejadian itu, disebuah taman aku duduk sendirian dengan handphone ditanganku, aroma kang somay didepan sekolah terasa sangat menyengat hidungku, lalu tiba tiba mahatma datang menyenggol lengan ku dengan lututnya dari belakang, itulah dia si usil nan menjengkelkan.

"Ngapain duduk sendirian? Si rindy gita temen temen lo kemana?" Celetuknya.

"Gatauuuu!"

Dia lalu memandangi mataku lama, lalu kubalas dengan menyipitkan mataku sinis.

"Mata lo tuh udah kaya bandar narkoba seriusann dir. Item lelah banget!"

"Gatau deh" balasku ketus

"Masih karena masalah yang itu yah?"

"Hah? Lo tauu?"

"Yah tau lah anjir! Udah dari seminggu yang lalu kali"

"Lo tau darimana?"

"Dari kang somayy" balasnya lalu tersenyum usil

Dia masih dengan karakter usilnya yang gak pernah sedetikpun bikin aku gak jengkel. Akutau dia pasti dengar dari si Nuka, temen cowoku yang satu ini memang paling ember tapi aku tau apa maksudnya memberi tahu Mahatma perihal ini. Semoga saja perkiraanku tidak salah.

Mahatma lalu duduk didudukan gasebo semen sekitar 2 meter didepanku

"Nadir!"
"Nadiraaa!" Teriaknya kedua kali

Aku sebenarnya sudah dengar dipanggilan pertama namun aku cuma menggulirkan mataku kearahnya lalu kembali melihat handphoneku, sontak aku duduk menegakkan badan tepat kearahnya ketika panggilan kedua yang kerasnya bisa didengarkan oleh warga kelas yang berada diujung taman.

"Apa sih Mat? Santai aja dong"

"Makanya nyahutttt"

"Iyaaa kenapa?"

"Gua mau nanya sesuatu yang mungkin agak riskan banget, tapi ini perlu banget banget gua tanyain"

Aku cuma menggenyeritkan dahiku pertanda curiga

"Sebelum ada temen lo yang dateng, please jawab jujur dir! Gua gabakal ketawa ataupun usilin lo kali ini. Gua beneran mau nanya serius walaupun gua gak pernah serius. Okeeee"

Dia lalu diam sejenak sambil memandangi sepatuku sampai naik ke mataku. Tepat ketika mataku dan matanya bertemu. Aku melihat memang benar ada sisi lain Mahatma yang kulihat, dia terlihat begitu dingin dan serius berbalik 360 derajat dari biasanya, Dia kemudian melanjutkan perkataanya.

"Nadir lo tu sebenarnya.....sebenarnya masih punya perasaan gak sih sama gua?"

Aku sontak kaget mendengar pertanyaan Mahatma kali ini, aku lalu membuang muka dan memutuskan kontak mata dengannya segera. aku yang sebenarnya masih sangat sangat menyayanginya kepusingan harus menjawab pertanyaan macam bom molotos yang tiba tiba jatuh didepanku. Lalu aku cuma diam selama semenit tanpa sepatah katapun.
Mahatma terlihat menanti nanti jawabanku dengan terus memandangiku

"Kalo gak bisa dijawab kali ini gak papa kok Dir! Gua sebenarnya cuma mau bilang untuk kali ini gua gak mau kehilangan lo karena diambil cowo lain lagi. Cukup sama si Andika bangsat itu, gua cemburu dan makan hati, jujur gua gak bisa ngeliat lo mesra mesraan gitu Dir. Gua gak sanggup harus tutupin ini semua. Makanya gua nunggu waktu yang tepat buat bilang ini, seminggu sejak lo putus. Kenapa gua gak pernah ngomongin ini karena waktu itu lo ada Dika, gua gak mau lo salah pemahaman dan benci sama gua. Tapi gua gak tau ini kecepetan atau enggak buat lo yang jelas gua bersyukur banget lo putus dari si Dika  itu. Gua gabakalan tahan liat lo nangis kaya kemarin gitu Dir, gua yang setengah mati sayang banget sama lo tapi kenapa dia seenaknya buat lo nangis Dir? Kenapa?
Tapi kalo lo gapunya perasaan sama gua sama sekali yah gakpapa kok Dir, gua cuma mau ngungkapin semuanya sebelum lo diembat orang lagi"

Aku yang mendengar pernyataan Mahatma kali ini tidak lagi tertawa seperti biasanya, aku sontak memandangi matanya tajam lalu tidak kuduga mataku mengeluarkan air dengan sendirinya. Tidak kuduga Mahatma juga masih mempunyai perasaan yang sama denganku. Ini seperti kebahagian yang dicampur dengan kesedihan secara bersamaan, sedih karena mendengar pernyataan yang aku pikir tidak akan keluar dari mulut laki laki usil itu. Mahatma sudah dari 2 tahun lalu aku menunggu momen ini, kesedihan yang Dika berikan seakan tidak ada apa apanya dengan kebahagiaan yang Mahatma berikan saat ini.

"Mat? Kenapa gak bilang dari dulu? 2 tahun gua nunggu momen ini, 2 tahun gua nebak nebak lo sebenernya gimana? Karena gua masih sama sejak 3 tahun lalu, gak ada yang berubah. Gua masih nunggu lo balik."

"Gua bingung Dir! 3 tahun lalu lo mutusin gua, gua gak tau harus gimana, gua pikir lo emang udah gak ada rasa ama gua, jadi gua pikir buat apa nahan nahan lo tetep sama gua. Gua gak bisa maksa itu Dir"

"Namanya juga masih bocil Mat, labil wajar lah bosen tapi semenjak kita 2 tahun ini kita temenan gua baru sadar gua masih ada rasa sama lo"

"Jadi temen lo adalah cara gua biar bisa tetep liat ketawa lo Dir, ngeliat lo ketawa gak tau kenapa bikin gua seneng aja, gua ngerasa gua bisa bikin lo bahagia itu udah cukup buat gua"

"Hahahahahaha 2 tahun kita kebingungan Mat. Ternyata kita? Hahahahahahahahaha"

Secara bersamaan aku dan Mahatma mengatakan
"Ternyata kita saling nunggu Hahahahahaha"

"Jadi sekarang kita apaan nih?" Tanya Mahatma

"Yah apaan?" Aku membalas pertanyaannya dengan pertanyaan lagi, agak malu namun aku kembali tertawa setelah itu.

"Balikan yok!" Seru Mahatma

"Hah?? Beneran?"

"Yakali gak beneran, gua seriusan"

"Yaaa yaudah hahahahahaha"

"Okehhh hahahahahahahaha" balasnya.

Entah mengapa kejadian ditaman sekolah itu terasa sangat lucu, kita bahkan masih terus tertawa sampai bel masuk kelas berbunyi.

"Udah masuk, gua masuk gak nih?" Tanya Mahatma.

"Yah masuk lah"

Dengan nada berbisik Mahatma lalu mendekati telingaku lalu bertanya

"Seriusan gak mau pake aku kamu?"

Aku sontak tertawa terbahak bahak hingga jatuh ketanah mendengar itu.

"Gilaa lo Mat Hahahahahahahahaha"

"Anjirr santai aja dong Dir, gua becanda kali"

"Iyaa gua tauu, masuk gih! Guru lo udah masuk kelas tuh"

Dia lalu berjalan menuju kelasnya, setelah beberapa langkah berjalan dia tiba tiba berbalik dan bilang

"Besok kesekolah barengan yah!jemput gua"
Katanya.

Kubalas dengan senyum lalu mengangguk.

Dia lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya menuju ke kelasnya.

Aku tidak pernah menyangka kita berdua akan kembali diwaktu yang menurut aku terlalu cepat ini, dia seperti obat untuk luka luka ku, seperti pereda di nyeri nyeri ku, seperti dokter untuk penyakitku. Aku tahu dia tidak sempurna tapi aku tahu dia pantas untuk aku tunggu.

*****************

Chapter 3 nya kita lanjutin kalo aku lagi ada waktu free yah! Sending love for u🥰

Mahatma & NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang