19 Juni 2015

58 12 10
                                    

Akankah semua jalan yang kita lalui harus berkutat pada takdir? Lalu untuk apa usaha dan doa?

Hujan di Bulan Juni

~Vyonna Syafri~

***

Arinda tersenyum menatap Raza penuh arti begitupun Raza setelah 15 tahun dia menjadi jomblowati akhirnya dia mempunyai pacar juga. Seperti yang dulu dia idam-idamkan ketika memakai seragam putih biru dahulu. Mungkin kedengarannya terdengar aneh. Arinda hanya ingin satu, dia ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai laki-laki dan diperlakukan layaknya seorang wanita yang spesial di hidup seseorang.

Seperti kakaknya.

Kakak Arinda mudah sekali mendapatkan pasangan yang dia mau, tanpa harus berjuang lebih. Tanpa harus merasakan sakit sebagaimana sakit yang dirasakan oleh Arinda dulu. Dia kadang heran, kenapa seorang pria sangat mudah menggaet wanita yang dia mau bahkan menyakitinya sedangkan wanita untuk mendapatkan laki-laki yang dia mau harus berjuang dan berusaha ekstra?

Coba jawab alasannya kenapa?

Pasti tidak bisa kan?

Ah setidaknya Arinda merasakan itu. Semuanya terasa tidak adil baginya.

Ah sudahlah,lupakan.

Raza membuyarkan lamunan Arinda.

"Are you okey honney?" tanya Raza.

Honey...

Panggilan yang manis banget buat seorang Arinda. Tolong bangunkan Arinda dari segala jenis kebaperan dan kegombalan yang tengah melanda hatinya. Setelah sekian lama dia tidak tergoda dengan laki-laki manapun tapi sekarang dia dengan mudah tergoda dan jatuh hanya dengan seorang Raza Julian.

Arinda tersipu malu.

Tanpa sadar Papa dan Mamanya memperhatikan dia sejak tadi.

"Kenapa nda senyum-senyum sendiri kek orang stres." kata Mamanya.

"Ih mama bisa aja bilang anaknya stres." kata Arinda memasang muka "ngambek".

"Emangnya kamu kenapa sih nak senyum-senyum aja sendiri?" tanya Papanya pula.

"Gapapa kok pa..." kata Arinda tersenyum saja.

"Kalo kayak gini ciri-ciri jatuh cinta Pa." kata Mama.

"Mama sok tau." kata Arinda. Tapi kenyataannya emang bener sih hehe.

"Emang kamu kira Papa sama Mama ga pernah muda apa?" tanya Mama.

Iya Arinda lupa kalo Papa sama Mamanya dulu adalah anak hits pada masanya. Dan mungkin ditambah naluri orang tua ke anaknya yang besar.

"Kamu boleh jatuh cinta tapi ga boleh pacaran ya nda. Jangan kecewakan Papa." kata Papa lalu pergi meninggalkan meja makan. Sepertinya ketika mereka sudah mulai membahas percintaan Arinda, Papanya langsung memasang wajah tidak suka. Membuat Arinda terdiam. Baru jatuh cinta aja udah dapet penolakan kayak gini apalagi kalo ketahuan pacaran. Seperti apa nanti reaksi sang Papa mengetahui anak perempuannya berpacaran.

HUJAN DI BULAN JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang