AKU TIDAK AKAN MENYAKITIMU, RAZA

57 9 16
                                    

"Sejak awal aku mencintaimu, bahkan aku tidak berniat untuk menyakitimu."

~Hujan di Bulan Juni~

Vyonna Syafri

    ***

Tdak disangka, sudah lebih dari 3 jam Arinda tertidur. Dia menatap jam dan terkejut. Wow, bisa banget aku tidur dari jam 7 sampe jam 5. Itu tidur apa pelatihan jadi mayat?

"Akhirnya udah bangun Tuan Putri..." kata suara yang sudah tidak asing lagi di telingaku.

"Eh Ruma kamu sejak kapan ada disini?" tanya Arinda antusias.

"Lo liat deh udah berapa kali notifikasi panggilan di HP lo." kata Ruma. Arinda lalu mengecek HP-nya.

Astaga...

30 panggilan dari Baby💙

65 panggilan dari My Bestie💙

Terniat banget Ruma nelfonin aku sampe 65 kali, gumam Arinda dalam hati.

"Terniat banget kamu nelfonin aku sebanyak ini, Rum." kataku menggelengkan kepala.

"Ya mau gimana lagi efek jomblo." kata Ruma naik ke kasurku.

"Eleh ngomong jomblo terus si Fajri mau diapain?" tanya Arinda.

"Lo tau kan gue cinta sama dia tapi gue ga bisa sama dia." kata Ruma.

"Kenapa ga bisa? Si Fajri sayang banget loh sama kamu dan dia juga perjuangin kamu, cobalah pikir-pikir lagi ntar kamu nyesel lo." kata Arinda mengingatkan sahabatnya itu.

"Tapi perasaan ga bisa dipaksain, Nda. Sama kek perasaan Rivo sama lo. Rivo sayang sama lo tapi lo enggak. Lo udah berusaha buat mencintai dia tapi ga bisa kan. Begitupun gue, Nda. Gue udah coba buka hati buat Fajri, makanya gue nerima dia bahkan 2 tahun gue pacaran sama dia rasanya flate. Gue ga ada rasa apa-apa sama dia. Kek biasa aja gitu." jelas Ruma.

"Gue ga tega nyakitin hati Fajri. Cukup 2 tahun gue nyakitin dia dan diri gue sendiri dengan mengatakan gue sayang dia. Gue ga mau dapet karma. Biarlah apapun resikonya gue tanggung sendiri, jika suatu saat pun gue jatuh cinta sama dia sedang dia ga jadi milik gue lagi, bahkan udah jadi milik orang lain maka..."

"Gue akan berusaha ikhlas dan menyembuhkan hati gue sendiri." kata Ruma menyambung perkataannya.

Arinda terdiam. Apa yang Ruma katakan benar. Itulah makanya Arinda sangat selektif dalam memilih. Alasan utamanya karena dia ga mau menyakiti hatinya sendiri. Pacaran dan memadu kasih untuk membuat hati bahagia bukan? Jadi wajar jika Arinda selektif dalam memilih laki-laki. Arinda bisa saja menerima setiap laki-laki yang mendekatinya, namun tidak untuk melabuhkan hati. Karena untuk urusan hati, adalah perasaan. Apalagi perasaan wanita itu lembut. Dia tidak mau menyakiti bagian lembutnya untuk hal yang menyakitkan.

Terlebih dalam perkara percintaan. Dia menerima Raza dalam waktu yang cepat mungkin adalah sebuah keputusan singkat. Entahlah, Arinda tidak tahu ke depannya seperti apa ditambah Raza adalah seorang yang ambigu seperti itu.

Dan untuk urusan Rivo. Rivo dulunya adalah teman dekat Arinda. Sangat dekat malahan karena mereka sehobi, yaitu suka membaca. Hampir setiap hari mereka bertemu di perpustakaan. Hampir setiap hari mereka menghabiskan waktu mereka untuk bersama. Katanya, cinta akan datang karena terbiasa.

Namun, spekulasi tentang itu salah.

Ketika Rivo menyatakan perasaannya kepada Arinda, justru Arinda menolaknya. Karena dia menganggap hubungannya dengan Rivo hanya sebatas teman dekat saja dan Arinda tidak mempunyai hubungan atau rasa yang lebih dari itu. Arinda menolak secara halus, awalnya. Tapi ketika Rivo seperti memaksakan kehendaknya Arinda mulai tegas bahkan kasar. Untuk pertama kalinya, Arinda kasar kepada orang lain, sangat kasar malahan sehingga perlahan Rivo mulai menjauh. Arinda merasa bersalah, namun benar kata Ruma,perasaan tidak bisa dipaksakan.

Seperti Ruma dan Fajri. Dulunya mereka adalah satu geng motor. Ya, you know, Ruma adalah anak tomboy dan pecicilan.

"Kamu kesini naik apa?" tanya Arinda.

"Motor lah..." jawab Ruma santai.

"Sama siapa?" tanya Arinda penuh selidik.

"Sama tuyul. Lo liat kan ada tuyul deket gue?" tanya Ruma.

Arinda bergidik ngeri. Serius Ruma pelihara tuyul.

"Becanda lah, ya kali gue pelihara tuyul." kata Ruma.

Kirain.

Tuh kan bener.

Sahabat dia yang satu ini emang terkenal dengan sifatnya yang nekat. Bayangin dulu dia ke Sumatera cuman pake motor. Gila bukan?

"Ga usah kek gitu banget kali." kata Ruma.

"Gue takut karma juga menimpa gue..."kata Arinda.

"Karma apa?" tanya Ruma.

(Mohon maag kalo bahasa si Arinda kadang lo-gue gadang aku-kamu, maklum author juga sedikit gesrek bikin ceritanya hehe)

"Gue nyakitin Rivo, gue takut karma ntar juga dateng ke gue. Gue ga mau nyakitin cowok." kata Arinda takut.

"Lo ngerasa lo nyakitin dia?" tanya Ruma.

Arinda mengangguk.

"Kadang gue bingung sih masalah karma. Ya karma bisa dateng ke siapa aja sih menurut gue. Semua orang pasti pernah berbuat salah, ga munafik semua orang juga menuai apa yang dia perbuat, termasuk menuai hasil dari kesalahannya. Jadi ya menurut gue, jalanin aja. Anggap aja itu jadi penggugur dosa akibat kesalahan lo sendiri." kata Ruma santai.

"Tapi gue ga sanggup kalo disakitin, Rum." kata Arinda.

Ruma tampak berpikir sebentar.

"Kalo ga gini aja deh ketika lo nanti ketemu orang baru, dan dia bisa bikin lo jatuh cinta, pesan gue,  jangan sakitin dia. Cintai dia layaknya dia adalah orang yang spesial dalam hidup lo." kata Ruma.

Arinda terdiam. Jujur saja, Arinda jatuh cinta kepada Raza. Bahkan, dari awal tak sedikit pun niat Arinda untuk menyakiti Raza. Bahkan, banyak harapan yang ingin dia labuhkan kepada kekasihnya itu. Sedangkan, kekasihnya itu ambigu.

Arinda menghela nafas.

"Aku tidak akan menyakiti kamu Raza.

***


HUJAN DI BULAN JUNITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang