where do we go again

5.5K 542 89
                                    

desember, london

langkahan kaki ini sedikit terseok menuju ke dalam sebuah gang di sebelah gedung besar yang sudah gelap karena minimnya cahaya malam. saat berada di pertengahan gang, gue menemukan orang yang ternyata benar-benar merelakan waktunya untuk memastikan kondisi gue disini.

tersisa sebagai satu-satunya.

"you okay, shen?" tanya cowok itu, atau yang akrab gue sapa hyunjin.

"ya."

hyunjin mengeluarkan benda kecil yang biasa disebut pods dari balik coat tebalnya. dia menghisapnya untuk sesaat, lalu mengeluarkan aroma manis yang sebenarnya membuat gue agak jenuh.

"sejak kapan lo disini?" tanya gue berpura-pura gak tau. "tujuan?"

"gue mau mastiin lo, shena. lo temen gue yang perempuan, yang kayaknya lo masih nerima kehadiran gue. gue juga khawatir lo kenapa-napa disini."

well, sepertinya akhir dari cerita kita akan seperti ini. luntang-lantung mencari teman yang benar-benar teman. gue menghela nafas berat dan mengangguk. "gimana sama anak-anak yang di jakarta?"

"siapa?"

gue menoleh dan menatap hyunjin sepenuhnya. "dinda, mark, jae—"

"lo gak usah ngarepin apa-apa, shena. lo ngerti gak? kita hancur, hancur. don't act like you care, kita semua udah gak bisa kerjasama lagi."

"gimana bisa—" gue menyandarkan kepala pada dinding dan benar-benar merealisasikan, jika memang inilah kenyataannya.

"we lose."

"gak ada yang kalah, jin. emang lo semua yang gila mau main-main sama mereka. gue ninggalin mereka karena gue—"

"apa?"

"karena gue punya alasan."

hyunjin berdecih seperti meremehkan. ini membuat gue kembali berdiri tegap dan mengeratkan pakaian tebal yang gue kenakan. "besok lo pulang aja ke indonesia, gue juga mau pergi dari sini." pinta gue.

"gila lo? mark baru aja ketangkap di amsterdam. polisi mungkin nyari yang bersangkutan sama mereka."

"terus kenapa lo—"

beberapa orang terdengar melangkahkan kaki dari ujung gang. gue dan hyunjin menoleh, menemukan beberapa orang yang seolah mendekati kita. sesaat gue berpikir, siapa orang-orang itu?

dan gue tersadar, kalau mereka mencari hyunjin.

dengan cepat gue melangkah untuk segera berlari, yang ternyata membenarkan dugaan gue. dua orang tadi mengejar gue dan hyunjin.

fudge, hyunjin benar-benar bodoh!

gue berlari sekuat tenaga, menginjak arah kemana saja yang penting gue bisa aman. gak, gue gak mau lagi terlibat dengan mereka.

saat gue melewati sebuah gedung besar mewah, mendadak ada yang menarik gue dengan genggaman tangannya untuk masuk ke dalam sana. orang itu membawa gue menuju lobby dan berkata, "kita harus ke dalam." yang hanya bisa gue angguki.

gue gak tau dia siapa, tapi sepertinya dia gak asing bagi gue.

hingga tibalah kita di dalam sebuah tempat makan bergaya klasik yang membuat atmosfer perlahan tenang, serta gue yang harus terlihat gak mencurigakan. "kamu jangan terlihat panik disini, saya akan mendampingi kamu. disana—"

gue kembali mengangguk dan berjalan menuju meja tersudut lalu duduk disana. setelah gue dan orang itu bisa menghela nafas lega, ekor mata gue sedikit melirik ke arah luar ruangan yang dibatasi kaca.

hyunjin—gue gak tau nasibnya bagaimana.

"jadi, kamu ini caroline shena han, kan?"

gue mengangguk tanpa melihat dia.

"kamu masih mencari jayden?"

gue tersentak dan reflek melihat dia. gue semakin terkejut, tatkala melihat wajah yang selama ini gue cari keberadaannya.

"pak jayden—"

"bukan, saya bukan jayden."

lalu, kenapa wajah mereka 100% sama?

"saya jaehyun." sambungnya. "kembaran jayden yang harus membereskan masalah antara kamu dan dia."

the greatest j: the circle, 2020
buku ketiga dari loveagæn series

GREATEST J ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang