faded in my last song by. nct u
—
"tapi aku bisa melakukan apapun yang kamu mau."
big bullshit of the year.
gue mengepalkan tangan, berusaha melawan yang ada di dalam diri gue.
shena, itu hanya omong kosong. jangan termakan hal-hal tabu. dan ini terasa lucu, karena gue bahkan harus memohon pada diri gue sendiri.
"shena, kamu tahu kan aku gak pernah ingkar janji? aku tau kamu mau pulang, aku tau kamu khawatir sama teman-teman kamu." tambahnya yang berusaha membujuk gue untuk mengatakan ya sekarang juga. "aku yang akan nemenin kamu pulang bahkan sampai kapan pun yang kamu mau."
secara diam-diam gue meraih ponsel dari tas, gue mulai merasa gak nyaman dengan ucapan seorang jayden yang ngelantur dan mulai melewati batas.
bodohnya gue hanya bisa terdiam, mendengar semua ocehan dia yang semakin gak masuk akal itu.
"shena."
"..."
"please—"
"lo gila ya?"
awalnya dia tersentak, mungkin karena gue mulai gak sopan. tapi dia terlihat mengontrol raut wajahnya untuk kembali seperti sebelumnya.
"lo tuh udah punya istri, udah punya anak."
"jadi kamu mau aku ninggalin mereka?"
"gila, bener-bener gila."
"i'm crazy but you like that, right? kamu harus ingat kalau orang yang paling ngertiin kamu cuma aku. shena, kamu gak mau tau kondisi hyunjin?"
sialan, dia terus menyerang gue.
tiba-tiba, ponsel gue berdering. gue menunduk, menemukan nama hyunjin yang tertera disana. oh god, setelah sekian lama kenapa lo baru muncul sekarang, hyunjin?
"kenapa harus gue?"
"..."
"kenapa harus perempuan seperti gue yang lo permainkan?"
"..."
"kenapa?"
"enggak shena, enggak. aku gak begitu, cuma waktunya aja yang salah."
"haha, lo nyalahin waktu? oke, sekarang gue mengerti. sekarang gue sadar, dulu gue tersiksa karena terus memaksa diri gue untuk menjadi yang terbaik di mata lo. setelah tau lo ngebuang gue, justru ada yang menerima gue apa adanya. dia bahkan gak keberatan sama masa lalu gue. dengan seperti ini apa lo kira gue gila karena bakalan lebih memilih lo lagi?" gue menyeka air yang mulai menggenangi sudut mata gue.
enggak shena, jangan sekarang lo lemah di depan dia!
"aku begini karena aku mau membuktikan kalau aku baik di mata kamu."
"kalau lo mau terlihat sebagai orang baik di depan gue, maka jadilah suami yang baik untuk istri lo. bukan cuma a great husband, but also a great father for your kid."
kak jayden terdiam, seolah kehabisan kata-kata untuk meyakinkan gue. setelah berlama-lama tenggelam dalam keheningan, akhirnya dia kembali angkat bicara. "apa yang udah jaehyun lakuin ke kamu?"
"dia cuma menjadi dirinya."
raut wajahnya semakin kesal, sampai bayang-bayang kemarahannya terasa di tubuh gue. mungkin dia berpikir, siapa gue yang berani-beraninya menolak permintaan dia? tapi gue hanya menjawab dengan ucapan sederhana, gak berniat untuk mengatakan jika gue dan kak jaehyun akan menikah.
"shena?"
suara lelaki lain mengistrupsi pendengaran gue. reflek gue menoleh, menemukan siapa yang baru aja memanggil gue.
"yangyang—yangyang?"
"iya, ini gue. kita ketemu disini ternyata, mantan temen baik." candanya yang berusaha melucu. gue mendadak menemukan jalan keluar supaya gue bisa segera pergi dari kak jayden. "lo ngapain disini?"
seribu satu cara gue lakukan supaya yangyang gak melihat kegelisahan di wajah gue. gue terus mengajak dia mengobrol, dan memberi kode supaya dia mengabaikan keberadaan kak jayden. syukurnya yangyang paham dan gue berpura-pura usai dari obrolan bersama lelaki brengsek itu, kemudian pergi bersama yangyang.
mungkin yangyang masih agak heran, tapi gue terus meyakinkan dia.
"eh, lo gak apa-apa?"
gue mengangguk. "iya, gak apa-apa. thanks ya udah bantuin gue."
"oke, no problem sih. tumben kita ketemu disini, lo ngapain? liburan? tumben di london?"
"ya—gitu. hm."
"mana temen-temen lo?"
pertanyaan yangyang membuat gue membeku. kenapa, kenapa dengan pertanyaan seperti ini gue malah susah untuk menjawab?
gue malu di depan yangyang, gue malu menjawab kebenarannya. setelah seribu macam serangan kak jayden, kenapa pertanyaan sederhana yangyang kembali mengusik isi kepala gue?
"pulang shen, temen-temen lo di jakarta pasti khawatir. gue tau kok lo udah pergi udah beberapa bulan."
gue mendongak, menatap yangyang. "gimana—sama kabar luia? jia? renjun? yang lain?"
"baik, baik banget malah."
yeah, they deserve it. a never ending happiness.
"lo sendiri gimana? udah bahagia?"
tuhan, rasanya gak ada yang berubah dari yangyang meskipun kita gak seperti dulu lagi.
yes, gue berpikir dia dan yang lainnya bakalan dendam, gak akan berlagak kenal dengan gue di tempat seperti ini. nyatanya gak sama sekali.
dia bahkan menolong gue.
"yangyang, gue titip permintaan maaf buat jia sama luia lewat lo ya?"
satu alisnya terangkat.
"gue seneng kalau mereka udah bahagia sekarang."
"lo yang harus sampaiin secara langsung, bukan gue."
"kenapa?"
"gue masih komunikasi sih, cuma ya—gue gak ke indonesia. gue mau pindah ke german."
"hah?"
yangyang hanya tertawa ringan. padahal gue gak pernah mendengar rencana kepindahan dia keluar negri sebelumnya. lucu ya, gue malah bertemu dengan yangyang di sini dengan status yang gak mengenakkan. lebih rumit daripada status mantan pacar.
di saat kita masih sibuk berjalan, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di tepi jalan. gue dan yangyang terdiam, menunggu kaca jendelanya diturunkan. gue tersentak saat menyadari kalau dia adalah kak jaehyun.
"kamu darimana? aku cari daritadi." tanya kak jaehyun sesaat sebelum dia menghela nafas berat.
"hah? loh—" yangyang kebingungan, seperti ada yang aneh di matanya. "tunggu, kok mirip sama yang tadi shen? terus yang tadi siapa dong? eh apa mata gue yang salah? eh tapi serius kok mirip sama orang yang tadi bareng lo?"
sialan, mulut yangyang emang perlu disetting biar bisa berbicara pada timing yang pas.
kak jaehyun tentunya tau siapa yang dimaksud yangyang. wajahnya semakin geram, gue takut dia salah paham.
gak kak, bukan gue yang menghampiri dia. tapi dia—saudara lo sendiri yang kembali datang mengusik gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREATEST J ✓
Fanfic❝It's okay to make mistakes, Shena. Just not do the same ones over and over.❞ © Love Agæn Series, 2020 JUNG JAEHYUN ーAlternative Universe