pagi hari akhirnya tiba. gue terbangun dengan posisi duduk yang berhadapan langsung dengan sebuah cermin lemari. gue menatap wajah dengan terbantu sinar cahaya matahari yang berhasil masuk melalui celah-celah gorden.
shena dengan wajah bantal dan rambut kusutnya, lengkap dengan hoodie kebesaran milik seorang jaehyun. gue termangu, entah memikirkan apa. sesaat kemudian gue tersadar, kalau ini adalah tempat tinggal milik orang lain. gue berdecak kesal lalu bangkit, menghampiri sebuah sisir dan merapikan rambut. selagi gue sibuk menyisir, tiba-tiba bunyi bel pintu utama bunyi.
gue terdiam.
tapi sepertinya bel itu gak akan berhenti berteriak, dan gak ada kak jaehyun atau kak johnny yang menjawab. karena gue merasa gak nyaman, akhirnya gue memutuskan untuk segera keluar kamar dan mengintip lewat bulatan kecil di pintu. gue sedikit memiringkan kepala, melihat siapa yang ada di luar sana.
seorang cowok, memegang bahu seorang cewek berambut pendek. i mean—sepertinya gue kenal dengan mereka berdua.
"bang jaehyun." panggilnya.
gue membuyarkan lamunan dan cepat-cepat membukakan pintu, mengintip dari sisi yang sedikit terbuka. cowok itu terkejut, gue apalagi.
"ngapain lo di tempat kakak gue?" tanya jaendra myron, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan jaemin.
"gue juga gak tau. oh, jadi—selama ini lo berdua ada di london?"
jaemin mendengkus. "minggir."
"gak, sebelum lo bantuin gue cari hyunjin."
"hyunjin ke sini?"
"dan gue gak tau kabar dia, jaemin."
"terus? urusannya sama gue apa?"
reflek gue melongo.
"geser dikit shen, jean mau istirahat. cepetan minggir, lemot banget lo."
"lo sama mark buronan, tapi lo malah—"
"biarkan mereka masuk." ujar seseorang dari belakang gue. "tolong, caroline."
"tapi kak—"
kak jaehyun menghampiri dan menarik tangan gue pelan agar bisa pindah dari depan pintu. jaemin berdecak kesal dan buru-buru masuk sembari membopong jean. tada! setelah sekian lama akhirnya gue melihat dua freakin' couple ini lagi, dengan jaemin yang menggonrong serta jean yang memotong pendek rambutnya. gue kesal, karena kak jaehyun pasti tau kenapa gue gak mau jaemin masuk begitu aja.
"mau bagaimana pun juga dia adik saya. saya harus melindungi dia."
"tapi kak, jaemin itu juga buron."
"sebentar lagi tidak. karena keluarga saya yang mengurusnya di indonesia."
hell, yeah. visual, tahta, dan harta—mereka sekeluarga punya itu semua. kecuali kewarasan, karena gue gak yakin akan hal itu. gak heran mereka masih eksis di mana-mana.
"gue tidur di mana?" tanya jaemin pada kak jaehyun.
"sudah tidak ada kamar kosong, biarkan pacar kamu sekamar dengan caroline."
"shena, kak." tegas gue karena kak jaehyun terus memanggil dengan nama depan gue.
jaemin gak mengatakan apa-apa lalu masuk ke dalam kamar gue.
"kamu, sarapan dengan saya sekarang." pinta kak jaehyun. "saya baru ingat kamu belum makan begitu tiba tadi malam."
"gue gak lapar."
kruuuk
anjing banget, perut gue malah mempermalukan gue di depan kak jaehyun dengan bunyi teriakan laparnya. gue melihat kak jaehyun menunduk dan tersenyum tipis. gue hanya bisa mendesis kesal lalu membuang tatapan ke sembarang arah.
gak lama kemudian kak jaehyun menarik hoodie kebesaran yang gue pakai ini menuju ke meja makan. dia lalu berjalan ke seberang gue dan duduk di sini. kalau bukan karena diri gue sendiri yang kelaparan, gue ogah makan bareng dia.
akhirnya, sarapan gue kali ini diawali dengan rasa canggung seraya melirik kak jaehyun satu dua kali. dia makan dengan begitu tenang, seperti gak makan dengan 'orang baru' seperti gue. fitur wajahnya itu benar-benar berbeda dengan kembarannya meskipun identik. entahlah, rasanya setelah beberapa jam tinggal dengan dia, gue jadi tau perbedaan antara jaehyun dan jayden.
"ada apa dengan wajah saya?" tanya kak jaehyun secara tiba-tiba yang membuat gue terkejut.
"gak kak, cuma ngelamun."
"memangnya harus dengan melihat saya?"
"cuma tertarik aja kak."
"jangan karena saya mirip dengan jayden kamu jadi melihat saya terus."
"justru karena kelihatan beda—" gue menggantungkan ucapan gue sesaat kemudian menggelengkan kepala. "forget it."
kak jaehyun menatap gue sambil mengunyah makanannya dengan damai.
bodohnya, entah iblis apa yang menghasut gue karena gue mendadak bertanya, "kak jaehyun udah nikah?"
dang you, shena. random banget, parah banget ngalahin fyp.
jakun kak jaehyun seolah menelan sarapannya dengan terpaksa lalu melempar pandangan pada piring. "belum."
"ah, gitu. tapi kalau pacar?"
mulut shena kenapa gak bisa direm?
"ada, but she dumped me almost 5 years ago."
gue terdiam dengan memandangi kak jaehyun. heol, siapa perempuan di dunia ini yang berani mencampakkan kak jaehyun sampai membuat dia bahkan gagal move on setelah 5 tahun lamanya?
"dia sudah menikah setelah meninggalkan saya."
"hm." gue menggumamkan itu karena gue merasa gak tau lagi tentang apa yang harus gue katakan. gue gak tau apakah gue ternyata bipolar karena gue dengan santainya bertanya seperti ini usai debat kecil karena jaemin tadi.
"sudah puas bertanyanya?" sambung kak jaehyun.
gue diam dengan memainkan sendok di tangan kanan.
"jadi intinya, choose people who choose you. kalau dia meninggalkan kamu, mencampakkan kamu, itu tandanya dia bukan untuk kamu. paham?"
ya, lo mungkin ada benarnya kak.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREATEST J ✓
Fanfiction❝It's okay to make mistakes, Shena. Just not do the same ones over and over.❞ © Love Agæn Series, 2020 JUNG JAEHYUN ーAlternative Universe