1.

28 4 0
                                    


"Riell, bentar deh itu bukannya pacar kamu ya?" tunjuk Riana biasa dipanggil Riri (sahabat Ariell) kepada dua orang yang saling bergandengan.

Deg

"Vano selingkuh," batin Ariell.

Ariell bangkit dari tempat duduknya dan melenggang menuju Vano dan perempuan tadi.

"Vano, kamu selingkuhin aku?" mata Ariell berkaca-kaca sambil menunjuk wajah Vano.

"Emm maaf sayang, aku bisa jelasin. Tapi apa yang kamu ucapin memang benar," ucap Vano tanpa rasa bersalah nya.

"Brengsek! bajingan! monyet! kadal! buaya! kenapa kamu tega ngelakuin ini ke aku?? sekarang aku mau kita putus."

"Oke, kalau itu yang kamu mau. Mulai sekarang kita PUTUS!" Vano pergi meninggalkan Ariell.

Tangis Ariell pecah mendengar kata yang terucap dari mulut Vano.

"Sebegitu mudahnya dia bilang putus selama 2 tahun kita pacaran." Ariell menghela nafas kasar, "Apa emang ini akhir hubungan kita?" Ariell menunduk lesu mendengar kata-kata Vano yang begitu menyakitkan.

Sampai ia tak sadar sekarang berada dalam gang sempit yang sepi. Dari kejauhan ada beberapa preman yang mabuk. Salah satu dari mereka mendekati Ariell.

"Hai cantik! mau abang temenin nggak?" kata si preman sambil mencolek dagu Ariell.

Ariell ketakutan, "Tuhan, berilah aku seseorang yang bisa menyelamatkan ku. Jika dia cewe akan aku jadikan sahabat. Jika dia cowok akan aku jadikan pacar," harap Ariell dengan memejamkan matanya.

Si preman menarik Ariell dengan kasar, sampai Ariell berteriak, "Tolong! Tolong! siapapun tolong saya!"

Tak lama sebuah Bogeman mendarat di wajah sang preman. Sang preman pun lari terbirit-birit meninggalkan Ariell dan penolongnya.

"Ngomong-ngomong, terima kasih bapak udah nyelametin saya," ucap Ariell dengan menundukkan kepalanya.

"Idihh, kamu manggil saya bapak-bapak? hello! sadar dong udah ditolongin manggil bapak-bapak lagi. Ini udah malem anak perawan ga boleh keluyuran. Kamu tuh harusnya mikir, ada otak kan?" nada ketus keluar dari mulut pria tampan didepannya.

Akhirnya Ariell berani menghadap penolongnya, dia membulatkan matanya saking terpesona melihat sosok dihadapannya saat ini. Tapi Ariell berubah kesal mengingat ucapan laki-laki itu.

"Heh, kamu tuh ya 'kan saya udah bilang terimakasih, masih aja tuh mulut nyerocos. Udah deh sekarang saya mau pulang bye!"

"Eh ... tunggu dulu! Kamu udah saya tolongin ga mau balas budi gitu?" pemuda itu menjepit kerah baju belakang Ariell.

"Oke, terus mau kamu apa?" tanya Ariell yang sudah jengah akan sikap pemuda itu.

"Hmm ... kasih saya nginep di rumah kamu MALAM INI!"

"WHAT!!!"

Tunggu chapter selanjutnya ya:)

Ariella & Revan (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang