Part 3 | Boy with Luv

101 20 0
                                    

Terjatuh dengan kepala yang mendarat terlebih dahulu di depan gerbang fakultas bukanlah sesuatu yang baik, belum lagi terdengar tawa dari orang-orang sekitar membuatku merasa sangat malu.

Ugh. Untung saja aku memakai celana pagi ini, kalau aku memakai rok, sudah dipastikan aku akan lebih memalukan daripada ini.

Aku sebenarnya tidak mau bangun! Aku ingin terus meringuk di sini sampai semua orang menghilang, namun ada seseorang yang mengulurkan tangannya di hadapanku dan begitu aku mendongak, aku melihat laki-laki yang menatapku datar.

Aku menghela napas lalu menyambut uluran tangan laki-laki tersebut. "Lo, oke?" tanya Aksara kepadaku.

Iya, yang menolongku itu adalah kakak dari Arkana bernama Aksara.

"Gue, oke." Ucapku sambil memberikan tanda oke dengan tangan.

Mata Aksara menyipit melihat ke arah kepalaku, "kepala lo berdarah." Refleks, aku menyentuh kepalaku, dan benar saja ada bercak darah yang tertinggal di telapak tanganku, dan ngomong-ngomong kepalaku langsung pening. Ugh.

Aku meringis pelan sebelum berteriak memanggil Yasir. Yap, aku terjatuh karena Yasir mengajakku berlari dari parkiran ke gedung fakultas karena kami kesiangan, namun karena langkah kakinya yang panjang tidak bisa aku samai, aku berakhir tragis seperti yang kalian lihat.

Yasir menoleh sekilas di lorong fakultas kami dan megacungkan dua jarinya meminta damai sambil berteriak memohon maaf.

Damai dari Hongkong?!

Aku meringis kembali ketika merasakan sakit pada kepalaku, semoga kepalaku baik-baik saja setelah ini. Aku tidak mau tambah bodoh.

"Sebaiknya lo ke poli klinik." Ucap Aksara lalu berjalan masuk ke gedung fakultas.

"Terima kasih." Ucapku yang di balas dengan anggukan kecil darinya.

Aku melangkah dengan perlahan untuk mencapai poli klinik dan aku baru menyadari bahwa poli klinik fakultasku kenapa jauh sekali sih?! Rasanya aku sudah tidak tahan dengan sakitnya.

Aku mengatur napasku saat sampai di depan poli klinik dan meminta dokter jaga di sana untuk membebat kepalaku dengan kain kasa.

Duh, kepalaku terasa aneh dan aku juga baru menyadari bahwa ada benjolan sebesar telur puyuh di dekat dahiku.

Setelah diobati, aku menidurkan diriku ke salah satu kasur di sana, aku juga melihat seorang perempuan yang tertidur di salah satu kasur tersebut, karena poli klinik di sini memiliki tiga kasur dan aku menempati kasur paling pojok, menyisakan kasur yang tidak di pakai di tengah.

Aku harus memberitahu Maugy bahwa aku tidak masuk kelas karena insiden tersebut, dan mungkin karena efek obat aku merasa sangat mengantuk sekarang.

Maugy

Gy, tolong absenin gue yaa. Kepala gue jadi mumi!!!!

Setelah mengirim pesan tersebut, aku langsung memejamkan mataku, aku juga mendengar dokter jaga tersebut meminta izin untuk keluar sebentar karena harus ada yang ia urus di ruang administrasi.

Entah berapa lama aku tertidur, namun aku mendengar seseorang berteriak dengan kencang membuatku terkejut, dan aku melihat perempuan yang tertidur di kasur jaga tersebut, yang tentu saja aku tahu dia siapa, sedang berdebat dengan laki-laki yang tidak aku ketahui.

Oke, lebih baik aku segera pergi dari sini.

Begitu aku keluar dari poli klinik aku langsung bertemu dengan Arkana yang sepertinya hendak masuk ke dalam, aku hanya berjalan ke samping dan pergi menghiraukannya, namun ia segera menangkap lenganku sehingga mau tak mau aku mendongak dan ia melihatku dengan wajah datar.

Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Good Looking!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang