Will Never Be Mine (2)

610 75 8
                                    

Flashback ON

          Yin merasa marah saat ini. Kabar tidak menyenangkan datang padanya mengenai War. Sahabatnya itu ternyata memiliki perasaan lebih padanya. Tentu saja ia tidak menyangka. Terkejut dan tidak percaya. Bagaimana bisa sahabat yang selalu ada disisinya ternyata memiliki perasaan yang berbeda untuknya. Sialan! Yin kira War tulus berteman dengannya, ia sangka War menganggapnya saudara hingga begitu dekat dan saling menyayangi. Dan Yin lupa, jika segala yang ditunjukkan War dapat menjadi kamuflase yang diperankan War dengan apik. Ia lupa jika sejak kecil sahabatnya itu dipaksa tampil berlawanan arah dengan hatinya. Dipaksa tampil sesuai keinginan orang tuanya. Yin lupa semua itu.

      Barusaja beberapa hari yang lalu Yin mengatakan akan mengenalkan gadis pilihannya pada kedua orang tua dan kakaknya. Tapi munculnya hal ini justru membuatnya tidak mengerti. Ini semua terlalu mendadak bahkan saat ayah War datang dan mengatakan akan memberikan War pada Yin secara cuma-cuma demi sebuah perusahaan cabang di Hongkong, dimana merupakan wilayah bisnis milik keluara Yin. Bagaimana bisa seorang ayah menjual anaknya sendiri seperti itu! Ia begitu marah pada Tuan Ratsameerat. Ia juga marah pada War. Marah pada ayahnya yang menerima begitu saja, dan marah pada dirinya sendiri yang tidak ia mengerti alasannya.

     Begitu mendengar berita tersebut, Yin langsung mendatangi kantor War. Mendobrak kasar pintu itu dan menguncinya rapat-rapat agar tak seorang pun diluar sana mencuri dengar tentang mereka. Ditariknya kerah kemeja War dengan kasar serta melayangkan satu pukulan dirahang milik sahabatnya itu. Yin seperti dirasuki iblis saat itu. Pukulan demi pukulan ia berikan pada War yang bahkan sudah tidak mampu melawan.

     Manik Yin menatap War penuh amarah. Hingga lelaki dibawahnya itu mengatakan jika mencintainya adalah suatu kesalahan. Yin benar-benar lepas kendali. Salah satu tangannya mengunci jemari War diatas kepala lelaki itu, bibirnya terus mencumbu milik sahabatnya dengan brutal. Yin bahkan tidak mengerti mengapa ia merasa harus melakukan ini. Rasa manis dan pahit kopilah yang pertama kali ia kecap dari bibir sahabatnya sebelum aroma anyir mengikuti dan mengambil alih indra perasanya. Tangannya yang lain menyentuh seluruh tubuh War dengan kasar dan tidak sabar. Saat bibir dan lidahnya turun ke dagu dan leher, Yin melihat jelas jika War menggigit bibir berdarahnya agar tak mendesah. Hal ini semakin membuat Yin marah.

    "Mendesahlah brengsek. Kau bilang kau mencintaiku. Bukankah kau menginginkan ini dariku, hah? Mendesahlah seperti jalang-jalang diluar sana yang sepertimu" dengan tidak sabar Yin menggesekkan lututnya diselangkangan War. Yin memaksa dan terus memaksa. Memberikan War tanda kemerahan seluruh bagian tubuh War yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

    Setiap inci tubuh War dikecupinya, ia membiarkan lidah dan jemarinya bergerilya diseluruh bagian tubuh War. Kulit putih yang punggungnya telah terdapat lebam kini semakin kesakitan ketika Yin berkali-kali membantingnya ke lantai. Yin begitu menikmati setiap raut kesakitan yang ditampakkan War. Ia kemudian mendekati telinga lelaki itu dan berbisik disana.

    "Bukankah lebih baik kau berekspresi kesakitan seperti ini daripada kau menunjukkan stoic face andalanmu, huh?" dengan lihai Yin membuka cepat resleting celana War dan menariknya turun. Menemukan bagian inti War yang nampak mungil namun setengah menegang. Jemarinya sengaja menggenggam erat dan mengocoknya cepat tanpa membiarkan War bernafas. Bibir Yin juga meraih puting tegang milik War yang sengaja ia hisap kuat-kuat. Ketika tubuh War merespon ia tutup lubang milik War dan tidak membiarkan lelaki itu mengeluarkan klimaksnya. Tanpa menunggu waktu Yin memasukkan dua jarinya ke lubang milik War. Suara teriakan kesakitan War seakan menjadi motivasi Yin untuk mempercepat pergerakan jemarinya dibawah sana. Yin kemudian menyumpal bibirnya dengan bibirnya, membiarkan lidahnya kembali mengeksplore mulut War dengan rasa anyir disana. Tanpa pelumas, dengan paksaan dan kocokan cepat membuat Yin merasa begitu puas melihat War seakan tak mampu bertahan lagi.

Yinwar CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang