Sorry

470 49 3
                                        

      War terdiam di kursinya ketika sang kepala keluarga diujung meja makan mulai angkat bicara.

    "Sabtu besok kau harus bertemu dengannya War. Berkenalanlah lebih dahulu baru Minggu malam kita akan mengadakan makan malam bersama keluarganya juga. Dia wanita yang baik, dan berpendidikkan" genggaman tangan War pada sendok dan garpu mengerat.

     "Mengapa aku harus berkenalan dengannya?" Ia mencoba menatap tepat di mata sang ayah, mengirim isyarat bahwa ia sedang sangat serius akan hal ini.

      "Ayah tidak menerim penolakan jika kau lupa"

     "Aku juga tidak menerima pemaksaan jika ayah lupa" suasana di meja makan ini benar-benar tidak nyaman, menbuat adik, kakak dan ibu War ingin pergi dari sana.

     "Sayang, tidak bisakah kau mencobanya?"

       "Ibu-"

      "Kurasa kau terlalu nyaman dalam semua keputusanmu sendiri. Ayah bahkan tidak memaksamu sama sekali untuk mengikuti keinginan ayah tentang karir dan pendidikanmu jika kau lupa. Tidak bisakah kau menuruti ayah kali ini? Tidak. Kau harus menurut. Kali ini, ayah tidak menerima penolakan atau argumentasi apapun" dengan ini ayahnya berdiri dan meninggalkan meja makan begitu saja.

     War pergi ke kamarnya begitu saja. Meninggalkan meja makan dengan emosi memuncak. Bagaimana bisa ayahnya mengatakan seperti itu saat dirinya jelas-jelas dalam masa pendekatan dengan seseorang yang bahkan ayahnya sendiri pun tahu.

    "Boleh ibu masuk?" pintu itu diketuk pelan kemudian kepala ibunya menyembul dari sana. Manik yang sama dengan milik War itu mengerjap pelan, mencoba memperhatikan kondisi anak lelakinya itu.
"Maafkan ayahmu, War" tangan hangatnya mengusap helai rambut War, mencoba menenangkan War.

    "Bahkan ayah tahu aku sedang dekat dengan Yin, Ibu! Bagaimana bisa ayah bicara seperti itu!" manik War nampak jelas bergetar, nada bicara juga mulai goyah. Ibu War tahu, War sangat tulus memiliki perasaan dengan Yin. Aktor muda yang terakhir kali beradu acting dengan anaknya itu. Sejak series itu muncul, keduanya makin dekat. Dan beberapa waktu lalu, dengan jelas dan tegas Yin meminta ijin padanya dan suami untuk mendekati War. Anak lelaki satu-satunya dalam keluarga.

    "Mungkin ayah belum bisa menerima Yin untuk tahap yang kalian inginkan, jadi ayah sedang mencoba membuatmu kembali pada wanita. Ayahmu hanya khawatir akan dunia luar. Orang-orang diluar sana bahkan akan memikirkan yang lebih buruk dari itu, kau jelas mengerti itu" ia menangkup wajah War yang akan tetap menjadi baby boy nya. "Ibu mohon, hanya kali ini. Bisakah kau coba?"

.

.

.

    War berkali-kali kehilangan fokus saat take untuk beberapa iklan bersama Yin. Maniknya akan goyah saat kedua kelereng gelap Yin menatapnya lembut. Pikirannya akan kembali pada ucapan sang ibu dan ayahnya tempo hari. Jadi sekarang apa yang harus ia lakukan? Apakah benar jika diluar sana banyak orang-orang memiliki pemikiran yang sama dengan ayahnya? Apakah benar diluar sana bahkan lebih mengerikan dari yang ia dengar sebelumnya? Apakah ia harus mengikuti saran orang tuanya atau tetap teguh pada Yin? Apa ia harus memberitahu Yin akan hal ini?

    "CUT!! Istirahatlah dulu sejenak. Khun War! Tenangkan dirimu, dan kami harap kau kembali fokus setelah break time ini" mengedarkan pandangannya bingung. Orang-orang disekitarnya nampak kecewa padanya. Ada apa?

    "Mengapa kau menangis?" kali ini War lebih terkejut saat Yin tiba-tiba mengusap pipinya. Benar. Basah. Ia menangis tanpa ia sadari. "Ayo kita istirahat dulu"

    Yin merengkuh War untuk masuk kedalam pelukannya. Membiarkan yang lebih tua bersandar disana. Lagi-lagi Phi nya itu menangis, jelas teras basah dibajunya. Ada apa? Mengapa kesayangannya tiba-tiba menangis seperti ini?

Yinwar CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang