Jadwal yang cukup padat membuat Yin dan War sedikit kewalahan beberapa hari ini. Bahkan manager mereka, P'Aun juga terlihat kelelahan akhir-akhir ini. Kantung mata terlihat jelas diwajah kedua anak asuhnya itu. Ah, Prom dan Benz juga. Beruntung jadwal Folk dan Win tidak sepadat keempat anak asuhnya ini. Tapi tetap saja, Aun mengkhawatirkan kesehatan mereka.
"Phi aku akan pulang ke rumah saja. Jadwalku dan P'Benz memiliki jeda tiga hari, kan?" yang paling muda mulai menata barang bawaannya dan Benz. Membiarkan Benz tetap berbaring di sofa sana bersama Yin dan War yang bahkan sudah terlihat menutup matanya.
"Kau akan kembali sekarang? Tidak ingin besok pagi saja? Kalian akan kelelahan jika langsung pulang" secepat kilat Aun membuat sandwich apa adanya untuk bekal kedua anak asuhnya ini. Setidaknya perut mereka akan terganjal makanan.
"Iya, Phi. Lebih cepat lebih baik. Agar kami segera istirahat dirumah" setelah mengepak barang miliknya dan Benz, Prom menghampiri Benz yang mungkin telah setengah sadar. Diusapnya lembut rambut pria itu dan mengecup cepat pipi gembil Benz. "Ayo Phi kita pulang"
"Baiklah, hati-hati dijalan. Sempatkan makan ini agar kalian tidak sakit"
"Terimakasih, Phi"
.
.
.
War bangun dalam keadaan lebih baik dari sebelumnya. Semalam rasanya ia begitu lelah, tentu saja Yin, P'Aun, Prom dan Benz juga merasakan hal yang sama. Beberapa hari ini jadwal nya terutama bersama Yin terasa begitu gila-gilaan. Meskipun terlihat sangat menikmati dengan bermain, namun tetap saja terasa lelah.
Diliriknya pria yang tidur disampingnya. Biasanya ia akan memilih tidur dengan Phi Aun, tapi semalam setelah mandi ia tidak sampai hati mengganggu managernya itu yang ketiduran dengan ponsel dan ipad yang penuh pekerjaan masih menyala disamping tubuh terlelapnya. Ia kemudian masuk ke kamar yang digunakan oleh Yin dan langsung merebahkan dirinya disana. Sesaat setelahnya ia segera hilang ke alam mimpi, menjemput bunga tidur yang mungkin memberi pertanda positif untuknya kelak.
Ia mengecek ponselnya dan kembali merebahkan diri disamping Yin. Menekan-nekan pipi Yin dengan telunjuknya dan mencubit hidung pria itu. "Anan bangun, ini sudah siang".
Pria kelahiran oktober itu mengerang pelan berusaha membuka sebelah matanya yang bahkan masih terasa berat. Tangannya meraba nakas disamping tempat tidur dan mengintip angka yang tertera pada layar ponselnya, sesaat kemudian meletakkannya sembarangan dan kembali ke posisi semula. "Belum jam sembilan" gerutunya kecil. Tangannya menarik pinggang War untuk mendekat padanya dan memeluk erat tubuh berisi Phi nya itu. Menyandarkan kepalanya diatas kepala War yang dengan senang hati justru masuk dan menyamankam diri dalam dekapan Yin.
"Jam sembilan nanti kau harus bangun" keluh War disela pelukannya. Rasanya nyaman sekali, ketika pagi hari yang hujan ini War justru sedang bermanja-manja ria dengan Yin. Siapapun juga menginginkannya. Cuddle in the rain season.
.
.
.
Masuk ke dunia hiburan tidaklah cukup dengan wajah tampan dan bakat. Namun juga kepribadian dan sikap yang harus dijaga ketat. Begitulah mereka seharusnya. Ketika di lokasi pekerjaan, Yin dan War harus mampu menjaga diri mereka. Menyembunyikan sisi lain mereka dan bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Setelah kembali ke rumah, barulah mereka dapat menjadi diri sendiri.
Aun selalu dapat mengandalkan mereka dalam setiap pekerjaan. Hanya satu hal yang tidak mampu ia kendalikan, yaitu kondisi mental anak asuhnya. Bagaimanapun pro dan kontra selalu ada di dunia ini, terutama dunia hiburan seperti yang mereka geluti saat ini. Berita miring dan ucapan-ucapan tidak nyaman akan selalu datang pada mereka meskipun pekerjaan telah dilakukan sebaik mungkin. Bahkan telah sangat hati-hati dalam bersikap.