War menatap bosan pada asisten ayahnya yang sedang membacakan jadwal dirinya hari ini. Masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan seraya kakinya terus melangkah ke bagasinya. Menatap lemari kaca berisi koleksi helm miliknya penuh minat. Pilihannya jatuh pada helm warna merah favoritnya. Mengambil kunci motornya asal. Dan memilih Ducati V4s untuk menemaninya hari ini.
"Kirimkan itu padaku" ucapnya seraya melajukan motornya pergi. Ia sangat tidak suka dengan orang yang banyak bicara, terutama asisten ayahnya itu. Mengapa orang-orang suka membuat sesuatu menjadi runyam.
Sesekali ia melirik jam tangannya, memastikan ia tidak terlambat dalam acara penerimaan mahasiswa baru ini. Ia turut serta menjadi panitia pada Sotus kali ini. Bukan paksaan dari teman-temannya, hanya saja ia ingin menambah kesibukan ditengah kesibukkannya.
Hari ini ia hanya butuh menemani Bright berpidato. Tentu saja, sebagai ketua ospek tahun ini Bright memiliki tanggungjawab yang besar. Tidak seperti dirinya yang hanya bertugas mendampingi dan membantu sahabatnya itu. Dan sahabat tampannya itu bahkan sudah menunggunya tepat di tempat parkir motornya yang biasa ia gunakan. Jangan lupakan Win dan Gulf yang selalu disampingnya.
War mengikuti ketiga temannya menuju hall pertemuan. Keempatnya menunduk memberi wai saat melihat Mew berada disana. Apa yang kau harapkan dari senior yang sudah sukses dan beralasan mendampingi atau ingin akrab dengan adik-adik mahasiswanya yang baru, padahal hanya ingin menemani Gulf disini.
"Lebih baik Phi menunggu di ruang panitia saja" suara Krist yang lembut terdengar begitu menyenangkan. Senior yang bahkan nampak tampan dan manis disaat bersamaan itu juga menyempatkan diri untuk datang hari ini meskipun kegiatan kantornya sedang gila-gilaan.
"Tidak masalah, lagipula sebentar lagi Tay juga datang. Jadi aku tidak akan sendiri" dan kami tau manik menawan itu tetap tertuju pada Gulf. Sebelum beralih pada Bright. "Segera katakan ketika ada waktu senggang untuk kami menyapa pada junior itu"
.
.
.
Anan bukan tidak menyukainya, hanya ia malas mengikuti kegiatan seperti ini. Tidakkah ini membuang-buang waktunya? Tenaganya? Pikirannya?
"Siapa Phi mentormu?" Teman barunya, Prom. Menyikut dirinya yang sedang melamun. Tidak, tapi sedang istirahat. Para senior gila itu membuat mereka berlari mengitari lapangan dihari pertama acara. Belum mengenal satu sama lain, malah dihukum. Mengapa tidak disuruh mengakrabkan diri saja?
"Entah"
"Lihatlah di papan mading. Sudah tertempel disana ternyata" itu Bever. Mahasiswa baru yang sepertinya sedari tadi berada di grup yang sama dengan Anan.
Anan mengerutkan dahinya melihat nama mentor nya yang tidak asing. War Wanarat. Fokusnya terpecah karena ponselnya yang berbunyi. Ayahnya. Sialan. Merepotkan.
Dengan cepat Anan bersembunyi dari tempat ramai itu. Hei, ini hari pertamanya. Ada aturan tidak boleh menggunakan ponsel sebelum jam pulang.
"Kurasa kau bisa ikut denganku, Nong!"
DOUBLE SIALAN!
.
.
.
War sedang membantu Bright memilah beberapa kegiatan untuk malam inagurasi bulan depan saat Mike dan Arm menyeret seorang mahasiswa baru dengan sebuah ponsel ditangannya.
"Milikmu" manik Mike bertemu dengan War. Dan War tau, bahwa anak ini membawa masalah untuknya. Dengan tegas War menengadahkan tangannya. Mengisyaratkan mahasiswa baru yang bahkan lebih tinggi darinya itu untuk menyerahkan ponsel sebagai barang sitaan.