Sejak pagi Yin terlihat lebih diam. Ketika tiba di lokasi pun, dia terlihat lebih tenang daripada yang lainnya. Sangat berbeda dengan War yang terlihat begitu aktif kesana kemari mencoba memainkan berbagai macam benda disekitarnya. Yin hanya akan tersenyum dan mengusak lembut surai War saat pria yang lebih tua mendatangi dirinya untuk memamerkan mainan barunya.
War kemudian menghela nafasnya pelan melihat respon Yin yan berbeda dari biasanya. Kemudian ia memilih mendudukkan dirinya disamping Yin sambil memainkan ponselnya. Dirasa sekitarnya tidak terlalu memperhatikan mereka, War kemudian memiringkan tubuhnya menghadap Yin yang sedang memejamkan matanya. War kembali menghela nafas berat saat merasakan suhu hangat dari tubuh Yin.
"Berhenti menghela nafas seperti itu Nong" sentilan di dahi langsung diterima Yin.
"Berhenti bicara dan istirahatlah. Sudah sarapan tadi?" gelengen kecil diterima War. Dan Yin kembali mengaduh kecil ketika War kembali menyentil dahinya.
"Dahi tampanku akan memerah jika kau teruskan" bibir tebalnya menggerutu. Yin membuka sebelah matanya menatap wajah War yang begitu dekat dengannya saat ini. Tangan lainnya mengusap pipi chubby War sejenak. "Tidak perlu khawatir-"
"Kubilang diam" War menjepit kedua bibir Yin agar berhenti berbicara hingga terlihat seperti bebek. "Tidur. Nanti kubangunkan saat akan dimulai"
Yin hanya bisa mengangguk kecil dan pasrah pada War. Ia akan membiarkan Phi kesayangannya yang mengambil alih. Lagipula dirinya memang benar-benar dalam keadaan pusing.
.
.
.
Yin merasakan pipinya terus menerus ditekan-tekan hingga hidungnya yang dicubit cukup kencang, maniknya secara otomatis terbuka untuk melihat apa yang terjadi. Namun barusaja membuka sedikit matanya, kepalanya kembali berdenyut hebat. Ia mendesah karena rasa sakit dikepalanya mendadak seperti menyedot seluruh tenaganya.
"Pusing?" pijatan kecil Yin rasakan di pelipisnya.
"Hmm" bahkan hanya itu yang bisa ia jawab.
"Bangun dulu. Kau harus makan, minum obat baru tidur lagi" Yin memaksakan matanya untuk terbuka. Beberapa sentimeter dari wajahnya dapat Yin lihat dengan jelas raut khawatir War yang terlihat begitu dewasa namun juga menggemaskan. Digenggamnya jemari War yang sejak tadi memijat kecil pelipisnya lalu dikecupnya cepat.
"Terimakasih"
Didepannya sudah tersedia semangkuk bubur yang bahkan masih mengepulkan asap diatasnya, dengan beberapa menu ikan salmon di sebelahnya. Kesukaan Yin.
War terus berada disisi Yin selama dirinya makan dengan perlahan. Sesekali menanggapi ocehan teman-temannya yang lain seperti Fah, Folk, Benz, Prom hingga Win. Kadang juga menuruti keinginan Bever yang mengajaknya bermain PUBG atau game sepak bola diponselnya.
"Buka mulutmu Nong" War membuka mulutnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya saat Yin kemudian menyuapkan beberapa potongan salmon padanya. Yin terkekeh kecil melihat bagaimana menggemaskannya War yang bermain ponsel sambil disuapi seperti anak kecil. Terjadi beberapa kali hingga War mengernyit dan menatap Yin sengit.
"Harusnya kau yang makan, mengapa kau suapkan padaku?" gerutunya.
"Kau juga harus makan. Kan kau yang akan merawatku. Jadi makanlah" tangannya kembali menyuapkan potongan salmon ke mulut War yang secara otomatis terbuka. Uh! Benar benar menggemaskan.
"Habiskan buburmu. Aku tidak ingin bicara padamu jika tidak kau habiskan" kemudian ia kembali fokus pada ponselnya.
"Berhenti bermain ponsel dan fokus padaku" itu pernyataan dan perintah. Yin lalu mengambil ponsel War dan disembunyikannya ponsel War ke belakang tubuhnya.