Chapter 8

759 65 47
                                    

Will be a long one... Semoga enggak bosan sama ceritanya ya :)

___________________________________________________________


Terang lampu kamar hotel itu menyapa saat Fluke membuka matanya yang sembab. Ah, Fluke ingat. Ia habis menangis bersama pria itu. Menangis mendengarkan berbagai kalimat Ohm yang membuatnya ingin kembali percaya. Apakah ia boleh kembali percaya? Percaya pada pria yang ia cintai itu?

"Sudah saatnya kau mendengarkan penjelasannya."

Ucapan Iz bermain di kepalanya. Penjelasan. Baiklah. Ia akan mencoba mendengarkannya. Ia menoleh, namun tak menemukan siapa-siapa di sampingnya. Ia bangun, duduk di atas tempat tidur dan menelusuri kamar hotel itu dengan sepasang netranya.

"P'Ohm?"

Bingung. Dimana pria tampan itu? Seingatnya, Earth menelepon dan memintanya membuka pintu. Lalu saat ia membukanya, bukan Earth yang masuk. Melainkan Ohm. Ohm memeluknya kuat tanpa berniat melepasnya, juga menyatakan perasaannya selama ini. Ia juga ingat mereka menangis bersama, hingga memutuskan untuk berbaring dan berpelukan di tempat tidur, melepaskan rasa rindu dalam diam, merasakan kehadiran masing-masing.

Lalu dimana Ohm?

"P'Ohm..." gumam Fluke lagi

Pria kecil itu memilih berdiri, berjalan menuju pintu dan membukanya. Tak ada seorang pun di luar sana. Tak ada pula keberadaan Ohm di dalam kamarnya. Apakah Ohm pulang?

Fluke kembali masuk ke dalam kamarnya. Ia mematung saat melihat bayangan pada cermin.

Sesaat kemudian air matanya kembali menggenangi mata indahnya.

Ia masih mengenakan pakaian yang ia kenakan saat kembali dari rumah Kao dan Earth tadi. Pakaian yang ia kenakan saat ia tertidur karena kelelahan menangis. Bukan pakaian santai yang ia kenakan saat membukakan pintu untuk Ohm. ia bahkan belum sempat membersihkan diri.

Jadi...

Mimpikah semua itu?

Fluke berjongkok pelan, memeluk dirinya sendiri seiring air matanya yang terus turun membasahi wajahnya. Seiring dengan isak tangisnya.

"P'Ohm..." isaknya memanggil pria itu.

Serindu itu. Serindu itu ia pada mantan kekasihnya. Rindu hingga terbawa mimpi. Suara tangisan yang menggema dalam kamar itu terhenti saat suara dering ponsel terdengar. Fluke segera berlari, menyambar ponsel dan melihat peneleponnya. Earth.

Apakah Ohm ada di depan kamarnya?

Tanpa menjawab telepon itu, Fluke kembali berlari membuka pintu. Namun tak ada siapa-siapa. Tidak ada seorang pun.

Tak ada Ohm yang memeluknya. Tak ada Ohm yang menyatakan cintanya. Tak ada Ohm yang menangis bersamanya. Ia hanya jatuh terduduk, kembali memeluk dirinya sendiri dan menangis. Terus menangis.

Penyesalan itu, selalu datang terlambat....

"P'Ohm..." isaknya, "P'Ohm..."

Tak dipedulikannya lagi ponsel yang terus berdering. Ia hanya ingin menangis.

Tak peduli jika ada penghuni kamar lain atau petugas hotel yang melihatnya.

Noo.

Bahkan panggilan itu terus terngiang dalam kepalanya.

"P'Ohm..."

"Noo..."

"Maaf.."

"Noo... Noo bangun."

Precious (RaR's Spin-off)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang