Chapter I

7 1 0
                                    

Bandung 14 Maret 2019, namaku Rafael Indrapura Pratama, lahir 17 Maret 1994, aku adalah seorang anak tunggal dari 1 keluarga yang sangat berbahagia. Bapakku adalah pekerja keras, ibuku adalah desainer terkenal. Setelah aku berhasil lulus universitas mengambil S1, aku kerja dikota bandung, karena ayah memiliki perusahaan sport. Tak kusangka, kota bandung adalah kota yang hebat. Sejuk adem, dan sangat indah. Aku sehari hari selalu kerja keras, bangun pagi dari kost-an, berangkat kekantor untuk bekerja kembali. Pada suatu saat, Ibu menyuruhku berhenti bekerja, karena ayah sedang sakit.
Ayah memiliki 2 perusahaan sport diberbagi daerah, ayah sudah tidak kuat untuk mengurus perusaan tersebut, dari melayani, memimpin, berencana dan lainya. Tetapi ayah memiliki rekan rekannya yang sementara akan mengantikannya. Aku yang cuman bisa mengurus 1 perusahaan, tidak mampu juga jika harus seperti ayah. Lalu ayah menyuruhku untuk berhenti menjadi bos perusahaan diperusahaan ku itu.

Lalu, ayah menyuruhku agar bisa melayani pembeli dengan baik, dan benar. Bahkan dengan cara bagaimana untuk memajukan perusahaan perusahaan tersebut. Aku berhenti kerja menjadi bos yang cuman diem, dan mendata pemasukan saja. Lalu perusahaan tersebut dipegang sementara oleh pak cipto rekan lama ayah, yang menemani ayah sejak dari 0. Aku memutuskan untuk kerja dicafe coffe-L, aku diterima kerja hanya untuk melayani pembeli, gajinya tidak besar. Tidak seperti diperusahaan. Gpplah lagian ini giliran aku mandiri dan ingin merasakan menjadi orang hebat seperti ayah dan ibu.
"Mau pesan apa mbak?"
"Rafael? Kok kamu kerja disini?"
"Hah, ini Caca?"
"Iyh, aku temen kampus kamu dulu."
"Ca aku minta nomor kamu"
"Ini, nanti kontek aku yahh"
Sesingkat ini aku ngobrol sama Caca. Caca adalah temen kampus dulu, dia orangnya cantik, baik, pintar. Itu semua kelebihannya. Banyak orang yang menyukai Caca, bahkan cowok terganteng dan terpintar juga banyak yang mendekatinya, begitu pun aku, suka sama dia waktu itu. Malam pun tiba, suasana dikota bandung sangat ramai. Sempatkah aku membeli martabak di jln.Soekarno.Duduk dihalte menikmati angin malam sambil makan martabak asin.
"Uhfff... Nomor nya Caca!"
Seketika aku teringat sesuatu, yaitu nomornya Caca.
"Wahh.. Ini nomornya Caca, aku lupa kalau harus mengonteknya." Aku buru buru mengontek nomor tersebut.

Dear SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang