Chapter IV

3 1 0
                                    

"Pelayan!"
OMG(Oh My Got), ada yang pesan. Aku buru buru menghampirinya.
"Ehh, Caca. Pesan apa Ca?"
"Mocacino satu ya El."
"Siap!"
Sesudah melayani pesanan Caca, aku duduk didepan Caca. Rasanya itu deg -deg'an, kayak menerima hasil UN. Mata Caca melirik mataku sambil meminum Coffe. Mukaku merah, malu euy.
"Duhh,, ada apa Ca?" Rafael.
"Ngga ada apa apa, btw kamu lelah?" Caca.
"Banget hehe, tau aja wkwk." Rafael.
"Kelihatan banget, eh kenapa muka kamu merah?" Caca.
"Kalau itu mah ga usah ditanya atuh, tau mungkin aku teh malu." Rafael.
"Wkwk, malu kenapa coba El." Caca.
Kemarin, singkat padat dan jelas. Sekarang aku sama Caca menghabiskan waktu mengobrol panjang lebar di cafe. Canda tawa selalu ada. Hingga.
"Woy, kerja nape."
"Maaf bos, kelupaan hehe"
"Tapi sepi bos."
"Kamu cek dapur, persedian stock."
"Siap boss!"
Aku pun meninggalkan Caca sementara karena disuruh bos untuk cek persediaan stock coffe.
Ada 2 pekerja didapur yang asing, sombong sih ga nanya ga nyapa. Senyum juga ngga. Setelah beres cek stock, aku buru buru kembali, ketempat duduk Caca. Melihat susana cafe yang sepi kini menjadi ramai. Ada yang ngobrol bareng kawan, bahkan ada yang kencan.
"Ca, aku kembali. Btw sebentar lagi jadwal kerja aku selesai."
"Iyh El, aku pulang duluan yah, selamat beristirahat."
Setelah mendengar ucapan break dari Caca, rasanya kayak yang punya 7 Villa. Senang banget.
Jadwal pun selesai. Aku seperti biasa jalan kaki karena tidak ada angkutan kota dimalam hari.
Melihat pemandangan kota bandung yang sangat istimewa, kota ini akan melukiskan sebuah kebahagiaan.

Dear SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang