Chapter IX

2 1 0
                                    

"Banyak pikiran bro?" Ujang.
"Begitulah Jang, aku kepikiran cewek yang suka ngobrol disini sama aku." Rafael.
"Sabar bro, kamu bakal dapatin yang lebih." Ujang.
Seharian di cafe aku merasa kehilangan semangat. Setiap hari curhat ke Ujang atau Irul, bahkan ke si boss, tapi si boss suka marah kalau aku curhat ke dia. Ujung-ujungnga nyuruh dibikinin kopi hitam. Ujang, dia adalah orang yang sudah memiliki istri dan 1 anak perempuan. Ujang sebelum kerja di sini dia adalah penganguran lama, soalnya ujang susah mendaptkan pekerjaan. Ujang memiliki tubuh yang kekar, kuat dan pantang menyerah. Nanti apabila aku sudah menjadi bos perusahaan sport, aku akan mengajak Ujang kerja diperusahaanku menjadi security.
Sedangkan Irul, dia sebelumnya kerja sebagai pembisnis online yang bangkrut. Dia juga adalah duda keren. Dia duda sejak 1 tahun kebelakang, karena dicerai in sama istrinya gara gara Irul ga mapan katanya. Dia awalnya mandang fisik ternyata ceweknya ga mampu neminin Irul dari 0 lagi. Apabila nanti aku jadi bos, aku juga bakal ajakin Irul untuk kerja bersamaku, dia akan dijadikan asisten manager.
Dihalte kota bandung jln.Soekarno.Tak seperti biasanya, yang dulu ceria sekarang sedih. Mencoba melupakan namun susah.

31 Agustus 2019, seperti biasa aku gajian akhir bulan. Ga besar cuman dapat 700rb perbulan, setidaknya halal. Malam hari aku mencoba main ke cafe, memakai jeans hitam, kaos hitam, jaket hitam pemberian si emak. Aku duduk dicafe dunkin soda. Melihat suasana cafe yang ramai, banyak orang orang yang sedang berkumpul. Ada yang pacaran juga sih. Aku solo, sendirian.

Dear SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang