Andrea berlarian keluar lift menuju unit apartementnya. Hari ini ia berjanji akan bertemu dengan Kai. Andrea sudah memberikan alamat apatermentnya tapi bodohnya semalam dia lupa dan malah pulang ke dorm.
Langkahnya terhenti ketika melihat Pria itu berdiri tepat di depan pintu apartementnya. Andrea mengerutkan dahi, seingatnya Kai baru tiba beberapa saat yang lalu di Incheon dan sepagi ini sudah berada di depan apartementnya. Apakah Ia benar-benar memiliki kekuatan teleportasi?
Mungkin merasa terus di perhatikan, Kai mengalihkan pandangannya. Tepat memandang Andrea yang masih mematung di tempatnya.
"Hai" Kai tersenyum.
Dan seketika jantung Andrea berdegup kencang.
"tidak ingin membukakan pintu untukku?"
"oh... sebentar" Akhirnya Andrea berjalan mendekat, memasukan kode apartementnya dalam diam.
"sudah sarapan?" Andrea akhirnya kembali bersuara ketika mereka sudah duduk di ruang tengah Apartementnya.
Kai menggeleng, masih dengan senyum yang mengembang.
"Aku akan membuatkanmu sesuatu" Andrea bangkit dari duduknya, namun belum sempat kakinya melangkah, tangan Kai sudah lebih dulu menahannya.
"Aku tidak lapar, duduk saja disini"
Pegangan tangan Kai membuat Andrea salah tingkah, Ia tidak berkata apa-apa hanya menuruti kemauan Kai untuk kembali duduk.
Sedetik kemudian Kai merebahkan badannya di sofa, menjadikan paha Andrea sebagai bantalan untuk kepalanya.
Lagi-lagi Andrea hanya diam, sibuk mengatur degupan jantungnya.
"Aku merindukanmu dan lelah bertanya-tanya"
Andrea memperhatikan Kai masih dalam diam.
"Apakah Ia senang bertemu denganku? Apakah Ia menyukaiku? Apakah Ia juga merindukanku Atau apakah Ia tidak menyukai pertemuan ini?" Kai terus menatap Andrea tepat dimatanya, "Tapi, beginipun sudah terasa nyaman" Pria itu lagi-lagi tersenyum.
"Kai, aku..."
"Tidak apa-apa. Jangan terbebani dengan janji masa kecil kita. Mari mulai dari awal"
Andrea melihat ketulusan dari mata Kai, akhirnya ia tersenyum.
"tidurlah, kau pasti lelah"
"Aku mencintaimu, itu saja yang perlu kau tau" Kai mengatakannya masih dengan menatap manik mata Andrea sebelum akhirnya memejamkan matanya. Tertidur dengan perasaan paling nyaman.
-
Aku mencintaimu, itu saja yang perlu kau tau.
Kata-kata itu berputar terus di kepala Andrea, Ia kembali menghela nafas berat entah untuk keberapa kalinya.
Bukan, bukan karena Andrea tidak suka Kai mengatakan itu. Andrea menyukainya, sungguh. Bahkan ia tersenyum semalaman. Tapi setelah dipikir-pikir lagi, Andrea menjadi ragu. Mengapa Kai begitu mudah mengatakan cinta padanya?
"Ada apa?"
Andrea mendongakan kepalanya, melihat Lind yang menatapnya penuh ingin tau.
"Bukannya materi album sudah selesai?"
Andrea mengangguk, lalu tersenyum di paksakan.
"Aneh sekali, aku tidak terbiasa dengan Andrea yang seperti ini" Lind mengambil tempat duduk tepat di hadapan Andrea.
"Aku yang seperti apa?"
"Seperti ini, hobi melamun dan menghela nafas seperti beban berat hanya kau yang punya"
Andrea mengerutkan dahinya, "Aku? Seperti itu?"
"Kau tidak merasa seperti itu? Bahkan aku mulai lupa kalau kau ini bawel dan suka berbicara seenaknya"
Andrea mulai tertawa, "Kau berlebihan, Lind!"
"Ck, ku kira dengan murung begini kau jadi sadar untuk memanggilku Eonni" Lind ikut tertawa, "Jadi ada apa? Pertemuannya tidak berjalan lancar?"
Andrea menggeleng, tawanya lenyap seketika. Lind tepat sasaran. Ini tentang pertemuannya dengan Kai minggu lalu.
"Lalu?"
"Kai bilang mencintaiku"
Kini giliran Lind yang mengerutkan dahinya, "Lalu? Apa salahnya?"
Andrea mengangkat bahunya, "Entahlah, bukankan aneh? Mengapa dia dengan mudah mengatakan mencintaiku"
"Kau mencintainya?"
"Entahlah"
"Kau mencintainya!"
Andrea membalikkan badannya, memandang Samantha dan Hanna yang mengambil tempat duduk di tempat yang tersisa. Mereka sedang berada di Ruang meeting Diamond, Andrea dan Lind memang datang lebih awal karena tidak berangkat dari dorm.
"Kau mencintainya" Samantha mengulangi ucapannya dengan tatapan -hello, masa kau tidak tau-nya.
Andrea masih terdiam.
"Drea, perlahan saja. Pikirkan perasaanmu perlahan. Kau dan Kai itu bukan orang yang baru berkenalan. Mungkin bagimu, Kai baru saja datang di kehidupanmu. Karena kau baru tau kalau Kai itu Jongin. Tapi bagi Kai, dulu ataupun sekarang kau adalah Andrea. Kai sudah tau kau Andrea yang Ia cari sejak beberapa tahun terakhir, karna itu aku yakin Kai juga sudah memperhatikanmu dengan intens, bahkan dia menyebutkan kalau kau tipe gadisnya. Jadi kurasa wajar ketika Kai mengatakan mencintaimu segera setelah kalian akhirnya bertemu" Hanna ikut berbicara panjang lebar yang di iyakan oleh anggukan Samantha dan Lind.
"Tapi, mengapa dia tidak langsung menemuiku setelah menemukanku?" Andrea bergumam, bertanya untuk dirinya sendiri, pertanyaan besar yang selalu hanya ada dipikirannya. Bila Jongin benar-benar selalu memikirkannya, mengapa tidak menemuinya sejak dulu?
"Tanyakanlah pada Kai, Aku yakin dia punya jawaban untuk semua pertanyaanmu"
"Lalu? Apa aku yang aneh karena merasakan perasaan cinta secepat ini? Padahal aku baru menemuinya lagi, bahkan aku tidak benar-benar tau apakah dia serius atau hanya main-main."
Hanna tersenyum, "Drea, kau mencintainya bahkan sebelum kalian bertemu lagi. Kau menantinya dengan seluruh hatimu. Itulah alasan mengapa hubunganmu dengan Taehyung tidak pernah berhasil" Hanna menatap Andrea sekilas, memberi jeda agar maknae itu bisa mencerna kalimatnya, "kami, orang terdekatmu tau kau sangat bahagia karna menemukan apa yang hilang dari dirimu. Perasaanmu untuk Jongin bukan perasaan baru, tapi perasaan yang kembali muncul setelah kau menemukan."
"Jadi Andrea, berhenti terlalu banyak berpikir. Itu sangat tidak mencerminkan dirimu. Kalau cinta ya cinta saja. Tidak perlu berdebat dengan dirimu sendiri dan mempertanyakan mengapa. Banyak hal yang tidak memerlukan alasan, Drea. Dan untuk pertanyaan-pertanyaanmu itu, benar kata Lind Eonni. Tanyakanlah langsung padanya." Samantha akhirnya bersuara.
"Tapi hubungan kalian baik-baik saja kan?" Lind menyela, "maksudku kau tidak menghidarinya lagi kan?"
"Tidak Eonni, setiap malam saja kulihat Andrea senyum senyum sendiri setelah Kai meneleponnya"
"Ya! Sam!" Andrea memicingkan matanya, "menyebalkan!"
"Sudah, berhenti merajuknya" Hanna mengusap kepala Andrea sambil berjalan kearah papan tulis di sudut ruangan, "Kita mulai meetingnya?"
Semua kompak mengangguk, sedetik kemudian mereka sudah larut dalam diskusi project yang akan datang.
-