[1] Rompi Getar

7.2K 643 136
                                    

Langkah Ben terhenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Langkah Ben terhenti. Sejenak bersandar pada dinding putih nan dingin. Ia menaikkan maskernya lalu mengusap peluh di sekitar kening. Buku-buku jari kirinya mulai dipatahkan satu per satu. Perlahan, degup jantung lelaki berjaket hitam itu telah melambat.

"Ben!"

Sang empunya nama menoleh. Tangan yang semula lunglai melambai semangat saat salah satu sahabatnya muncul dari ambang pintu. Seperti biasa mereka tak saling mendekat, juga tak segera bersalaman, apalagi berpelukan seperti teletubbies.

"Pulang sekolah?" tanyanya, yang bisa dikatakan berteriak.

Meski samar, Ben tetap mengangguk. Ia segera mengambil ponsel dari kantong celana dan menelepon gadis serupa dirinya--bermasker dan membawa oksigen portabel--tersebut.

"Abis check up, Ta?"

"He'eh. Ini mau balik. Gimana kabar lo?"

Lelaki itu menelan ludah yang membuatnya kembali terbatuk. Ia menurunkan masker lalu menyunggingkan senyum. Meski pucat dan kebiruan, bibir Ben terlalu indah untuk disembunyikan.

"Em, entahlah."

Dita turut melakukan hal yang sama. "Tadi dokter sempat bilang kalau ada yang kena B. Cepacia, apa itu--"

"He'em," potong Ben. "Itu gue."

Gadis itu menutup mulutnya tak percaya. "Ben, gu-gue ...."

"Santai, Ta. Gue tau diri, kok."

"Ta-tapi--"

"Gue OK." Laki-laki itu tersenyum dan mengangguk pasti untuk meyakinkan. "Duluan, ya."

Ben mengakhiri percakapan tersebut secara sepihak. Ia kembali mengenakan masker dan beranjak tanpa menoleh sedikit pun. Detik ini--atau tepatnya sejak hasil lab dua hari yang lalu--jarak di antara mereka makin melebar, bahkan sampai dua meter. Ya, lebih jauh, lebih baik, daripada harus saling tukar bakteri.

Anak yang sebentar lagi mengakhiri masa remajanya itu tidaklah sial. Ia hanya orang yang dipilih oleh Burkholderia Cepacia sebagai tempat bernaung. Dita dan pejuang lainnya masih bisa bersorak karena tidak memenangkan nominasi bakteri ganas tersebut.

Kaki yang seolah diseret sejauh dua ratus meter itu berhenti di depan ruang rawat. Dengan malas, Ben membuka pintu dan melempar tasnya ke sembarang arah. Ia lekas melepas jaket yang senantiasa menutupi selang oksigennya, lalu menggantungkan di kapstok dekat pintu kamar mandi.

Hidup yang Saya Tuju Sedang Tidak Aktif ✔ [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang